Kisah Sufi Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani: Orang yang Waktunya Keliru
loading...
A
A
A
Hiyat i Hazrat (Kehidupan Kehadiran), yang termasuk salah satu buku semacam itu, diawali paragraf seperti ini:
"Penampilannya hebat. Suatu hari, hanya seorang murid yang berani mengajukan sebuah pertanyaan. Pertanyaannya adalah, "Bisakah Guru memberi kami kuasa untuk memperbaiki bumi dan banyak orang di bumi?"
Alisnya menebal, dan ia berkata, 'Aku akan berbuat yang lebih baik kuasa ini akan kuberikan kepada keturunanmu. Sebab, masih belum ada harapan untuk peningkatan semacam itu yang bisa dibuat dalam derajat yang cukup besar. Peralatannya belum ada. Kalian akan memperoleh imbalan; dan mereka akan mendapat balasan atas usaha mereka dan karena cita-cita kalian.'"
Makna urutan waktu yang hampir sama terdapat dalam 'Orang yang Waktunya Keliru'.
Kisah ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam buku berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi.
Lihat Juga: Kisah Nenek Nabi Isa Alaihissalam, Wanita Penyabar yang Selalu Ingin Mengabdi kepada Allah
"Penampilannya hebat. Suatu hari, hanya seorang murid yang berani mengajukan sebuah pertanyaan. Pertanyaannya adalah, "Bisakah Guru memberi kami kuasa untuk memperbaiki bumi dan banyak orang di bumi?"
Alisnya menebal, dan ia berkata, 'Aku akan berbuat yang lebih baik kuasa ini akan kuberikan kepada keturunanmu. Sebab, masih belum ada harapan untuk peningkatan semacam itu yang bisa dibuat dalam derajat yang cukup besar. Peralatannya belum ada. Kalian akan memperoleh imbalan; dan mereka akan mendapat balasan atas usaha mereka dan karena cita-cita kalian.'"
Makna urutan waktu yang hampir sama terdapat dalam 'Orang yang Waktunya Keliru'.
Kisah ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam buku berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi.
Lihat Juga: Kisah Nenek Nabi Isa Alaihissalam, Wanita Penyabar yang Selalu Ingin Mengabdi kepada Allah
(mhy)