Nabi Muhammad SAW Terima Wahyu, Atap Istana Persia Runtuh dan Bendungan Jebol

Senin, 06 Desember 2021 - 17:29 WIB
loading...
Nabi Muhammad SAW Terima Wahyu, Atap Istana Persia Runtuh dan Bendungan Jebol
Raja Kisra atau Khosrow II (Khusraw Parvez). King of the Sasanian Empire, 570-628 by Adriano Laruccia (sumber: art-girona.com)
A A A
Pada saat Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul, di Persia terjadi peristiwa tragis. Atap lengkung istana kerajaan runtuh, bendungan di Dijlah al-Awra jebol. Raja Kisra II panik. "Selidiki masalah ini dan lihat apa sebenarnya itu," perintah Kisra kepada 360 'orang pintar' yang ada di kerajaannya.



Al-Tabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk mengatakan pada saat Allah SWT mengangkat Muhammad sebagai rasul, Persia dipimpin oleh Abarwiz atau Kisra II. Kala itu usia Muhammad 40 tahun dan Kisra II sudah memerintah selama 20 tahun.

Pada 610 M itu, Kisra II tengah membangun proyek bendungan di Dijlah al-Awra (Mata Satu Tigris). Ini adalah sebuah muara yang membentang hampir 160 km, dari gabungan Sungai Efrat dan Tigris sebelum mengalir ke Teluk Persia di Abadan. Kini, sungai ini bernama Sungai Shatt al-Arab di Irak.

Proyek ini untuk mengatasi banjir yang berlebihan di Irak bagian bawah. Yakni, memperbaiki atau membangun bendungan dengan dibuatnya pintu air (musannayat) dan saluran pengalihan dari sungai untuk dialihkan ke kanal (buthuq). "Usahanya ini berujung dengan kegagalan," tulis Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam bukunya berjudulSirah Nabawiyah.

Kerahkan Ahli Nujum
Al-Tabari menambahkan kegagalannya ini ternyata berkaitan dengan peristiwa diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi. Al-Tabari meriwayatkan dari Wahab bin Munabbih:

"Kisra (Abarwiz) membangun bendungan di Dijlah al-Awra dan menghabiskan (uang)nya dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak ada yang tahu seberapa besarnya. Juga, ruang takhta istananya (taq majlisihi) dibangun (dengan kemegahan) yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Dia biasa melepaskan mahkota dan duduk di singgasananya ketika dia berada di depan umum. Dia memiliki 360 orang pintar (huzat), mereka adalah orang-orang terpelajar, termasuk peramal, ahli sihir, dan ahli nujum.

Di antara mereka terdapat seorang pria dari Arab yang bernama al-Saib yang biasa membaca pertanda berdasarkan cara terbang burung, sebuah cara dari orang-orang Arab yang jarang salah (kebenarannya). Badhan (gubernur Persia di Yaman) telah mengutusnya ke Kisra dari Yaman.



Manakala Kisra terganggu oleh suatu masalah, dia akan memerintahkan para peramal, penyihir, dan ahli nujum untuk berkumpul dan berkata kepada mereka, “Selidiki masalah ini dan lihat apa sebenarnya itu.”

Kini, ketika Allah mengutus nabi-Nya, Muhammad, Kisra bangun pada suatu pagi dan menemukan bahwa atap lengkung istana kerajaannya (taq mulkihi) telah runtuh di tengah tanpa ada beban apapun di atasnya; juga, bahwa (bendungan di) Dijlah al-Awra telah jebol.

Ketika dia melihat semua itu, dia menjadi sangat sedih dan berkata, “Atap lengkung istana kerajaanku telah runtuh di tengahnya tanpa ada beban apapun yang diletakkan di atasnya, dan (bendungan di) Dijlah al-Awra telah jebol: Shah bishikast,” yang (dalam bahasa Arab) berarti “raja telah digulingkan (secara harfiah, ‘dihancurkan’).”

Kemudian dia memanggil peramal, ahli sihir, dan ahli nujum, dan juga memanggil al-Saib bersama mereka. Dia berkata kepada mereka, “Atap lengkung istanaku telah runtuh di tengah tanpa ada beban apapun yang diletakkan di atasnya, dan Dijlah al-Awra telah jebol: Shah bishikast. Selidiki masalah ini dan lihat apa sebenarnya itu.”

Setelah sebelumnya para peramal, ahli sihir, dan ahli nujum diperintahkan oleh Kisra untuk mencari tahu dan menyelidiki sebab-sebab runtuhnya atap istana dan jebolnya bendungan di Tigris, mereka pergi untuk melakukan tugas mereka.



Tak Ada Gunanya

Selanjutnya, Wahab bin Munabbih menuturkan:

Mereka pergi dari hadapannya dan menyelidiki urusannya, namun seluruh penjuru langit menjadi tertutup bagi mereka dan bumi menjadi gelap. Mereka memanfaatkan sepenuhnya sumber-sumber pengetahuan mereka, tetapi tidak satu pun sihir para penyihir atau kemampuan para peramal itu untuk melihat ke masa depan yang terbukti manjur. Begitu pula pengetahuan para ahli nujum tentang bintang-bintang tidak ada gunanya.

Al-Saib menghabiskan seluruh malam yang gelap dan mendung di sebuah bukit kecil, di mana dia melihat kilatan petir yang muncul dari arah Hijaz, terbang melintasi langit, dan mencapai sejauh Timur. Keesokan paginya, dia melihat apa yang ada di bawah kakinya, dan lihatlah, ada padang rumput hijau.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2467 seconds (0.1#10.140)