Kontroversi Nabi Zulkifli dan Perempuan Seharga 60 Dirham
loading...
A
A
A
Ada pula yang mengatakan bahwa makna al-Kifl adalah pelipatgandaan balasan dan pahala.
Allah SWT berfirman,
“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS Shaad: 48)
Dalam Tafsir Jalalain Bab Tafsir Surah al-Anbiyaa disebutkan bahwa Zulkifli dinamakan seperti itu karena dia menanggung untuk berpuasa setiap hari dan menunaikan ibadah sholat di malam hari.
Selain itu, dia juga memberi keputusan kepada manusia dengan adil dan tidak pernah marah. Dengan demikian, ia telah memenuhi apa yang menjadi tanggungannya. Ada pula yang mengatakan bahwa dinamakan Zulkifli karena dia menanggung seratus orang nabi yang lari karena akan dibunuh. (Tafsir Surah Shaad)
Para ulama selalu menghubungkan antara Nabi Zulkifli dan Nabi Alyasa', sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim bahwa ketika Nabi Alyasa' sudah mulai besar, dia berkata, “Dapatkah aku menggantikan tugasku kepada seorang laki-laki mumpung aku masih hidup, supaya aku bisa melihat apa yang akan dilakukannya?”
Lalu orang-orang pun berkumpul. Alyasa' kemudian berkata, “Barangsiapa yang menerima tiga hal dariku, maka aku akan melimpahkan tugasku kepadanya. Yaitu berpuasa di siang hari, menunaikan ibadah sholat di malam hari, dan tidak pernah marah.” Ternyata yang menyanggupinya adalah Zulkifli.
Banyak sekali ulama yang meriwayatkan seperti ini sehingga kesahihan riwayat ini mendekati hadits hasan.
Para ulama juga mengaitkannya dengan Ilyas. Firman Allah SWT:
“Ingatlah kisah Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. Kami masukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sungguh mereka termasuk orang-orang yang saleh.” (QS al-Anbiyaa : 85-86)
Di dalam tafsir ayat itu dikatakan bahwa Zulkifli merupakan anak dari Ayyub. Meskipun sebagian pakar sejarah lebih cenderung menyatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah anak dari Nabi Ilyas.
Beda Pendapat
Dalam Tafsir al-Wasith Bab Tafsir Surah al-Anbiyaa' disebutkan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang kenabian Zulkifli, meskipun mayoritas ulama menyatakan bahwa Zulkifli adalah salah seorang nabi yang berasal dari Bani Israel, walaupun tidak diketahui ujian yang pernah menimpanya.
Demikianlah, tiga nabi tersebut saling berkaitan dan ulama berbeda pendapat mengenai kenabiannya. Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa Zulkifli bukanlah seorang nabi, tapi dia hanyalah seorang laki-laki biasa yang saleh.
Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa Zulkifli adalah seorang nabi. Mereka berdalil bahwa Al-Qur'an menuturkannya lebih dari satu tempat bersama dengan para nabi. Inilah pendapat yang paling unggul (rajih).
Adapun Nabi Alyasa' dalam banyak referensi disebutkan bahwa dia memilih Zulkifli untuk menjadi penggantinya dalam memberi keputusan hukum kepada manusia. Meskipun demikian, para ulama sepakat bahwa Zulkifli senantiasa berpegang teguh dengan manhaj (metode) yang dipakai oleh Nabi Ilyas AS .
Kisah Nabi Zulkifli dituturkan dalam surah ash-Shaffat secara singkat namun jelas. Dikisahkan bahwa Zulkifli mengajak kaumnya untuk menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala, tapi mereka mendustakan, mengingkari dan bahkan berencana membunuh Zulkifli.
Allah SWT berfirman,
وَاذْكُرْ إِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ وَكُلٌّ مِنَ الْأَخْيَارِ
“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS Shaad: 48)
Dalam Tafsir Jalalain Bab Tafsir Surah al-Anbiyaa disebutkan bahwa Zulkifli dinamakan seperti itu karena dia menanggung untuk berpuasa setiap hari dan menunaikan ibadah sholat di malam hari.
Selain itu, dia juga memberi keputusan kepada manusia dengan adil dan tidak pernah marah. Dengan demikian, ia telah memenuhi apa yang menjadi tanggungannya. Ada pula yang mengatakan bahwa dinamakan Zulkifli karena dia menanggung seratus orang nabi yang lari karena akan dibunuh. (Tafsir Surah Shaad)
Para ulama selalu menghubungkan antara Nabi Zulkifli dan Nabi Alyasa', sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim bahwa ketika Nabi Alyasa' sudah mulai besar, dia berkata, “Dapatkah aku menggantikan tugasku kepada seorang laki-laki mumpung aku masih hidup, supaya aku bisa melihat apa yang akan dilakukannya?”
Lalu orang-orang pun berkumpul. Alyasa' kemudian berkata, “Barangsiapa yang menerima tiga hal dariku, maka aku akan melimpahkan tugasku kepadanya. Yaitu berpuasa di siang hari, menunaikan ibadah sholat di malam hari, dan tidak pernah marah.” Ternyata yang menyanggupinya adalah Zulkifli.
Banyak sekali ulama yang meriwayatkan seperti ini sehingga kesahihan riwayat ini mendekati hadits hasan.
Para ulama juga mengaitkannya dengan Ilyas. Firman Allah SWT:
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ
وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا ۖ إِنَّهُمْ مِنَ الصَّالِحِينَ
وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا ۖ إِنَّهُمْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ingatlah kisah Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. Kami masukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sungguh mereka termasuk orang-orang yang saleh.” (QS al-Anbiyaa : 85-86)
Di dalam tafsir ayat itu dikatakan bahwa Zulkifli merupakan anak dari Ayyub. Meskipun sebagian pakar sejarah lebih cenderung menyatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah anak dari Nabi Ilyas.
Beda Pendapat
Dalam Tafsir al-Wasith Bab Tafsir Surah al-Anbiyaa' disebutkan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang kenabian Zulkifli, meskipun mayoritas ulama menyatakan bahwa Zulkifli adalah salah seorang nabi yang berasal dari Bani Israel, walaupun tidak diketahui ujian yang pernah menimpanya.
Demikianlah, tiga nabi tersebut saling berkaitan dan ulama berbeda pendapat mengenai kenabiannya. Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa Zulkifli bukanlah seorang nabi, tapi dia hanyalah seorang laki-laki biasa yang saleh.
Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa Zulkifli adalah seorang nabi. Mereka berdalil bahwa Al-Qur'an menuturkannya lebih dari satu tempat bersama dengan para nabi. Inilah pendapat yang paling unggul (rajih).
Adapun Nabi Alyasa' dalam banyak referensi disebutkan bahwa dia memilih Zulkifli untuk menjadi penggantinya dalam memberi keputusan hukum kepada manusia. Meskipun demikian, para ulama sepakat bahwa Zulkifli senantiasa berpegang teguh dengan manhaj (metode) yang dipakai oleh Nabi Ilyas AS .
Kisah Nabi Zulkifli dituturkan dalam surah ash-Shaffat secara singkat namun jelas. Dikisahkan bahwa Zulkifli mengajak kaumnya untuk menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala, tapi mereka mendustakan, mengingkari dan bahkan berencana membunuh Zulkifli.