Doa Nabi Ibrahim dan Begini Gambaran Mekkah Pra-Islam
loading...
A
A
A
Jawwad Ali mengatakan tampaknya Abu Qubais adalah bagian dari tempat-tempat yang disucikan di masa jahiliah. Dahulu, para ahli ibadah dan zuhud Mekkah, juga orang yang ingin bertahanus dan bersemedi serta para rahibnya suka mendaki dan berdiam diri di gunung ini. Mungkin Abu Qubais dianggap sebagai dataran yang mulia oleh penduduk Mekkah sebelum akhirnya mereka menetap di lembah, lalu ke Masjidil Haram dan membangun perumahan di sekitarnya.
Para ahli sejarah tidak menyebutkan sedikit pun mengenai keberadaan benteng yang menjaga Mekkah. Ini menunjukkan bahwa Mekkah adalah kota yang aman, sehingga tidak memerlukan benteng, menara, atau tembok yang melindunginya dari serangan orang badui atau musuh mereka. Atau, lebih jelasnya, sebelum menjadi pusat Baitul Haram, di lembah ini belum ada kota, tepatnya sebelum masa kekuasaan Qushay. Pada masa itu, kota berada di dataran tinggi di lembah.
Adapun lembah adalah tempat yang mulia dan aman. Ia dinaungi oleh pepohonan yang tumbuh akibat siraman banjir dan cuaca yang mendukung. Tetapi, di sini tidak terdapat rumah atau tempat tinggal permanen. Orang yang datang menuju lembah hanya membuat kemah.
Sedangkan mereka yang tinggal di bukit tinggi, jika diserang musuh atau terlibat dalam peperangan, mereka segera berlindung ke puncak bukit yang lebih tinggi. Dari sana mereka akan terus melakukan perlawanan dan serangan terhadap posisi musuh.
Dalam kondisi semacam itu, musuh menjadi sangat sulit untuk mencapai mereka sehingga terpaksa mundur dan melarikan diri. Dengan demikian, barisan pegunungan di lembah dan jalur utama menjadi pertahanan alamiah mereka.
Ketika Qushay tinggal di lembah dan membangun perumahan permanen, sebagian penduduk dataran tinggi turun dan ikut tinggal di lembah. Sehingga, jumlah orang yang masih tinggal di situ menurun drastis.
Dari dataran tinggi itu, mereka menjaga diri dan tetangganya yang masih tersisa. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan “Quraisy Zhawahir”. Karena itu, penduduk Mekkah yang berada di lembah tidak menganggap penting membuat tembok dan benteng untuk melindungi kota dari serangan musuh. Terlebih, ia adalah kota yang aman di bawah naungan Baitullah dan perlindungan alamiahnya.
Qushay sendiri menegaskan kepada penduduk Mekkah agar menghormati tamu, menjaga orang asing, menjauhi pertikaian serta menolong orang yang kesulitan dan memberikan pelayanan terbaik.
Qushay juga membuat berbagai aturan dalam hal ibadah haji. Inilah yang membuat orang datang berbondong-bondong ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji dan berdagang.
Para pemimpin setelah Qushay kemudian menetapkan sistem politik yang secara nyata memberikan jaminan keamanan dan kelimpahan ekonomi bagi penduduknya.
Para ahli sejarah tidak menyebutkan sedikit pun mengenai keberadaan benteng yang menjaga Mekkah. Ini menunjukkan bahwa Mekkah adalah kota yang aman, sehingga tidak memerlukan benteng, menara, atau tembok yang melindunginya dari serangan orang badui atau musuh mereka. Atau, lebih jelasnya, sebelum menjadi pusat Baitul Haram, di lembah ini belum ada kota, tepatnya sebelum masa kekuasaan Qushay. Pada masa itu, kota berada di dataran tinggi di lembah.
Adapun lembah adalah tempat yang mulia dan aman. Ia dinaungi oleh pepohonan yang tumbuh akibat siraman banjir dan cuaca yang mendukung. Tetapi, di sini tidak terdapat rumah atau tempat tinggal permanen. Orang yang datang menuju lembah hanya membuat kemah.
Sedangkan mereka yang tinggal di bukit tinggi, jika diserang musuh atau terlibat dalam peperangan, mereka segera berlindung ke puncak bukit yang lebih tinggi. Dari sana mereka akan terus melakukan perlawanan dan serangan terhadap posisi musuh.
Dalam kondisi semacam itu, musuh menjadi sangat sulit untuk mencapai mereka sehingga terpaksa mundur dan melarikan diri. Dengan demikian, barisan pegunungan di lembah dan jalur utama menjadi pertahanan alamiah mereka.
Ketika Qushay tinggal di lembah dan membangun perumahan permanen, sebagian penduduk dataran tinggi turun dan ikut tinggal di lembah. Sehingga, jumlah orang yang masih tinggal di situ menurun drastis.
Dari dataran tinggi itu, mereka menjaga diri dan tetangganya yang masih tersisa. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan “Quraisy Zhawahir”. Karena itu, penduduk Mekkah yang berada di lembah tidak menganggap penting membuat tembok dan benteng untuk melindungi kota dari serangan musuh. Terlebih, ia adalah kota yang aman di bawah naungan Baitullah dan perlindungan alamiahnya.
Qushay sendiri menegaskan kepada penduduk Mekkah agar menghormati tamu, menjaga orang asing, menjauhi pertikaian serta menolong orang yang kesulitan dan memberikan pelayanan terbaik.
Qushay juga membuat berbagai aturan dalam hal ibadah haji. Inilah yang membuat orang datang berbondong-bondong ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji dan berdagang.
Para pemimpin setelah Qushay kemudian menetapkan sistem politik yang secara nyata memberikan jaminan keamanan dan kelimpahan ekonomi bagi penduduknya.
(mhy)