Itik Panggang Berkaki Satu, Hadiah Abu Nawas untuk Baginda
loading...
A
A
A
Suatu ketika Abu Nawas diminta istrinya mengantar itik panggang kepada Baginda Harun Ar-Rasyid . Abu Nawas agak keberatan, soalnya dia sendiri makan tanpa lauk yang memadai. "Sudahlah, agar Baginda makin sayang sama Abu," bujuk istrinya.
Abu Nawas pun mengalah. Dengan berat hati ia menenteng bungkusan itik panggang yang menggoda itu. Diam-diam Abu Nawas tak tahan juga. "Ah, biar saja kuambil paha yang satu itu," pikir Abu Nawas sembari mematahkan kaki itik tersebut. Tanpa pikir panjang Abu Nawas pun memakannya.
Akhirnya Abu Nawas sampai juga ke istana dengan membawa itik panggang berkaki satu menghadap Baginda.
Abu Nawas disambut Baginda dengan ramah. Rupanya, pada saat Abu Nawas datang, baginda juga sedang makan. "Apa yang kamu bawa Abu?" tanya Baginda melihat Abu Nawas menenteng sesuatu.
Tanpa banyak cakap Abu Nawas menyerahkan bawaannya kepada Baginda. "Hemm... itik panggang," guman Baginda tersenyum cerah.
Belum lagi menikmati itik panggang hadiah dari Abu Nawas, Baginda terdiam beberapa saat ketika mendapati itik panggang yang hanya berkaki satu. "Mengapa itik panggang ini hanya berkaki satu, Abu?"
"Memang di negeri ini itik-itik hanya memiliki satu kaki. Kalau Baginda tidak percaya, cobalah lihat di kolam," jawab Abu Nawas enteng.
Mereka berdua pun berjalan menuju kolam. Di sana, banyak itik berendam sambil mengangkat sebuah kakinya, sehingga tampak hanya berkaki satu.
"Lihatlah," kata Abu Nawas cengengesan, "Di sini itik hanya berkaki satu," lanjutnya sembari jarinya menunjuk gerombolan itik di kolam.
Tentu saja, Baginda tidak mau ditipu. Maka ia pun berteriak keras. Semua itik kaget, menurunkan kaki yang dilipat, dan beterbangan.
Tapi Abu Nawas juga tidak kehilangan akal. "Subhanallah," katanya, "Bahkan itik pun takut pada keinginan Baginda. Barangkali kalau Baginda meneriaki paduka, paduka akan ketakutan dan secara reflek menggandakan kaki jadi empat dan kemudian terbang juga."
Mata Baginda melotot ke arah Abu Nawas. Sepertinya marah tapi yang terjadi jusru ledakan tawa Baginda. "Yuk, kita makan sama-sama itik berkaki satu itu," ajak Baginda. Abu Nawas pun makan dengan lahab. "Alhamdulillah, rejeki memang nggak ke mana ..." ucap Abu Nawas sembari mengapungkan senyum di bibirnya.
Abu Nawas pun mengalah. Dengan berat hati ia menenteng bungkusan itik panggang yang menggoda itu. Diam-diam Abu Nawas tak tahan juga. "Ah, biar saja kuambil paha yang satu itu," pikir Abu Nawas sembari mematahkan kaki itik tersebut. Tanpa pikir panjang Abu Nawas pun memakannya.
Akhirnya Abu Nawas sampai juga ke istana dengan membawa itik panggang berkaki satu menghadap Baginda.
Abu Nawas disambut Baginda dengan ramah. Rupanya, pada saat Abu Nawas datang, baginda juga sedang makan. "Apa yang kamu bawa Abu?" tanya Baginda melihat Abu Nawas menenteng sesuatu.
Tanpa banyak cakap Abu Nawas menyerahkan bawaannya kepada Baginda. "Hemm... itik panggang," guman Baginda tersenyum cerah.
Belum lagi menikmati itik panggang hadiah dari Abu Nawas, Baginda terdiam beberapa saat ketika mendapati itik panggang yang hanya berkaki satu. "Mengapa itik panggang ini hanya berkaki satu, Abu?"
"Memang di negeri ini itik-itik hanya memiliki satu kaki. Kalau Baginda tidak percaya, cobalah lihat di kolam," jawab Abu Nawas enteng.
Mereka berdua pun berjalan menuju kolam. Di sana, banyak itik berendam sambil mengangkat sebuah kakinya, sehingga tampak hanya berkaki satu.
"Lihatlah," kata Abu Nawas cengengesan, "Di sini itik hanya berkaki satu," lanjutnya sembari jarinya menunjuk gerombolan itik di kolam.
Tentu saja, Baginda tidak mau ditipu. Maka ia pun berteriak keras. Semua itik kaget, menurunkan kaki yang dilipat, dan beterbangan.
Tapi Abu Nawas juga tidak kehilangan akal. "Subhanallah," katanya, "Bahkan itik pun takut pada keinginan Baginda. Barangkali kalau Baginda meneriaki paduka, paduka akan ketakutan dan secara reflek menggandakan kaki jadi empat dan kemudian terbang juga."
Mata Baginda melotot ke arah Abu Nawas. Sepertinya marah tapi yang terjadi jusru ledakan tawa Baginda. "Yuk, kita makan sama-sama itik berkaki satu itu," ajak Baginda. Abu Nawas pun makan dengan lahab. "Alhamdulillah, rejeki memang nggak ke mana ..." ucap Abu Nawas sembari mengapungkan senyum di bibirnya.
(mhy)