Azab Allah Taala kepada Kaum Luth dan Hasil Penelitian Ilmiah di Lokasi Kejadian
loading...
A
A
A
Menafsirkan ayat ini, Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, bahwa sementara ulama memahami dari penggunaan bentuk nakirah/indefinite terhadap kata matharan (hujan) di dalam ayat di atas adalah sebagai isyarat bahwa hujan yang dimaksud adalah sesuatu yang luar biasa dan ajaib.
Hujan tersebut juga dijelaskan dalam Surat Hud ayat 82 sampai 83 yang berbunyi: “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan (negeri kaum Luth itu) yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS Hud [11]: 82-83)
Di dalam ayat lainnya, juga dijelaskan: “Demi umurmu! Sesungguhnya mereka di dalam kemabukan mereka terombang-ambing.” Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan yang di atasnya ke bawahnya dan Kami hujani mereka dengan (batu) sijjil."
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya ia benar-benar terletak di jalan yang masih tetap. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang mukmin.” (QS al-Hijr [15]: 72-77)
Terkait penggambaran azab dalam ayat di atas, Quraish Shihab mengatakan, jangan duga apa yang diuraikan ini tanpa dasar atau kisah khayal. Peristiwanya benar-benar terjadi dan masih segar dalam ingatan masyarakat dan sesungguhnya ia, yakni pemukiman kaum Luth itu, benar-benar terletak di jalan umum yang masih tetap sehingga dapat dilalui dan dilihat bekas-bekas kehancurannya oleh para pejalan.
Firman-Nya faja alna alaiha safilaha (Kami jadikan yang di atasnya ke bawahnya), di samping memberi gambaran tentang kehancuran total, juga mengesankan persamaan sanksi itu dengan kedurhakaan mereka. Bukankah mereka juga memutarbalikkan fitrah?
Sedangkan kata sijjil dalam ayat di atas, menurut al-Biqai mengandung makna ketinggian. Atas dasar itu, ulama ini memahami batu-batu tersebut dilemparkan dari tempat yang tinggi.
Sementara itu Thabathabai mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Persia yang mengandung makna batu dan tanah yang basah.
Mengenai bekas-bekas kehancuran setelah turunnya azab, ayat lain berkata: “Dan sesungguhnya Kami tinggalkan darinya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.” (QS al-Ankabut [29]: 35)
Kata min pada firman-Nya: tarakna minha (Kami tinggalkan darinya) di dalam ayat di atas, dapat juga berarti sebagian, sehingga penggalan ayat itu bermakna: “Kami tinggalkan pada sebagian negeri itu bukti yang jelas yang menunjukkan Kuasa Kami.”
Apa pun maknanya, yang jelas di Sodom yang terletak di sebelah selatan Laut Mati Yordania, terdapat bukti tentang kebinasaan kaum Luth itu. Bukti dimaksud menurut Ibnu Asyur adalah apa yang di temukan di “Danau Luth” berupa bekas-bekas negeri itu serta sisa belerang dan benda-benda yang digunakan menghujani mereka dengan siksa dari langit itu.
Menurut al-Biqai, warna air di sana sangat hitam, berbeda dengan warna di tempat lain. Thabathabai yang hidup di masa kontemporer ini berpendapat bahwa kini kita tidak lagi mengetahui tempatnya tidak juga bekas-bekasnya, tetapi ayat ini menyatakan bahwa tanda itu jelas dikenal paling tidak pada masa turunnya Al-Qur'an.
Dalam berbagai penelitian yang dilakukan, peristiwa atau lokasi kejadian diazabnya umat Luth AS ini adalah di Kota Sodom, di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Laut Mati atau di danau Luth yang terletak di perbatasan antara Israel dan Yordania.
Sisa-Sisa Kehancuran
Selama ribuan tahun terkubur, kini jejak atau sisa-sisa kehancuran umat Nabi Luth ini berhasil ditemukan oleh para ahli arkeologi di sekitar Laut Mati.
Tim ilmuwan dari New Mexico Tech, Northern Arizona University, NC State University, Elizabeth City (NC) State University, DePaul University, Trinity Southwest University, Comet Research Group, dan Los Alamos National Laboratories mendapati hancurnya Tall el-Hammam akibat asteroid.
Di luar penelitian tersebut, jauh sebelum itu juga sudah dilakukan penelitian oleh ilmuan yang berbeda. Pada awalnya, penelitian dilakukan oleh seorang ahli purbakala, William Albright, pada 1924 di sekitar Laut Mati.
Beberapa orang yang bersama William Albright mencari keberadaan sisa-sisa Kota Sodom dan Gomorah, hingga akhirnya mereka menemukan situs purbakala Bab-Edh-dhra (dibaca: Babhedra).
Bab-edh-dhra adalah makam terbesar khas zaman perunggu yang mereka gali, panjangnya 15 meter dan lebarnya 7 meter. Di sini mereka juga menemukan makam berisi perhiasan emas dan menggali lebih 700 tembikar yang merupakan hadiah penguburan, termasuk tempat parfum kecil dan banyak benda lain, seperti kain.
Konon, makam ini telah digunakan selama 1000 tahun lamanya, dari zaman Ibrahim hingga penghancuran Kota Sodom.
Hujan tersebut juga dijelaskan dalam Surat Hud ayat 82 sampai 83 yang berbunyi: “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan (negeri kaum Luth itu) yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS Hud [11]: 82-83)
Di dalam ayat lainnya, juga dijelaskan: “Demi umurmu! Sesungguhnya mereka di dalam kemabukan mereka terombang-ambing.” Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan yang di atasnya ke bawahnya dan Kami hujani mereka dengan (batu) sijjil."
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya ia benar-benar terletak di jalan yang masih tetap. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang mukmin.” (QS al-Hijr [15]: 72-77)
Terkait penggambaran azab dalam ayat di atas, Quraish Shihab mengatakan, jangan duga apa yang diuraikan ini tanpa dasar atau kisah khayal. Peristiwanya benar-benar terjadi dan masih segar dalam ingatan masyarakat dan sesungguhnya ia, yakni pemukiman kaum Luth itu, benar-benar terletak di jalan umum yang masih tetap sehingga dapat dilalui dan dilihat bekas-bekas kehancurannya oleh para pejalan.
Firman-Nya faja alna alaiha safilaha (Kami jadikan yang di atasnya ke bawahnya), di samping memberi gambaran tentang kehancuran total, juga mengesankan persamaan sanksi itu dengan kedurhakaan mereka. Bukankah mereka juga memutarbalikkan fitrah?
Sedangkan kata sijjil dalam ayat di atas, menurut al-Biqai mengandung makna ketinggian. Atas dasar itu, ulama ini memahami batu-batu tersebut dilemparkan dari tempat yang tinggi.
Sementara itu Thabathabai mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Persia yang mengandung makna batu dan tanah yang basah.
Mengenai bekas-bekas kehancuran setelah turunnya azab, ayat lain berkata: “Dan sesungguhnya Kami tinggalkan darinya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.” (QS al-Ankabut [29]: 35)
Kata min pada firman-Nya: tarakna minha (Kami tinggalkan darinya) di dalam ayat di atas, dapat juga berarti sebagian, sehingga penggalan ayat itu bermakna: “Kami tinggalkan pada sebagian negeri itu bukti yang jelas yang menunjukkan Kuasa Kami.”
Apa pun maknanya, yang jelas di Sodom yang terletak di sebelah selatan Laut Mati Yordania, terdapat bukti tentang kebinasaan kaum Luth itu. Bukti dimaksud menurut Ibnu Asyur adalah apa yang di temukan di “Danau Luth” berupa bekas-bekas negeri itu serta sisa belerang dan benda-benda yang digunakan menghujani mereka dengan siksa dari langit itu.
Menurut al-Biqai, warna air di sana sangat hitam, berbeda dengan warna di tempat lain. Thabathabai yang hidup di masa kontemporer ini berpendapat bahwa kini kita tidak lagi mengetahui tempatnya tidak juga bekas-bekasnya, tetapi ayat ini menyatakan bahwa tanda itu jelas dikenal paling tidak pada masa turunnya Al-Qur'an.
Dalam berbagai penelitian yang dilakukan, peristiwa atau lokasi kejadian diazabnya umat Luth AS ini adalah di Kota Sodom, di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Laut Mati atau di danau Luth yang terletak di perbatasan antara Israel dan Yordania.
Sisa-Sisa Kehancuran
Selama ribuan tahun terkubur, kini jejak atau sisa-sisa kehancuran umat Nabi Luth ini berhasil ditemukan oleh para ahli arkeologi di sekitar Laut Mati.
Tim ilmuwan dari New Mexico Tech, Northern Arizona University, NC State University, Elizabeth City (NC) State University, DePaul University, Trinity Southwest University, Comet Research Group, dan Los Alamos National Laboratories mendapati hancurnya Tall el-Hammam akibat asteroid.
Di luar penelitian tersebut, jauh sebelum itu juga sudah dilakukan penelitian oleh ilmuan yang berbeda. Pada awalnya, penelitian dilakukan oleh seorang ahli purbakala, William Albright, pada 1924 di sekitar Laut Mati.
Beberapa orang yang bersama William Albright mencari keberadaan sisa-sisa Kota Sodom dan Gomorah, hingga akhirnya mereka menemukan situs purbakala Bab-Edh-dhra (dibaca: Babhedra).
Bab-edh-dhra adalah makam terbesar khas zaman perunggu yang mereka gali, panjangnya 15 meter dan lebarnya 7 meter. Di sini mereka juga menemukan makam berisi perhiasan emas dan menggali lebih 700 tembikar yang merupakan hadiah penguburan, termasuk tempat parfum kecil dan banyak benda lain, seperti kain.
Konon, makam ini telah digunakan selama 1000 tahun lamanya, dari zaman Ibrahim hingga penghancuran Kota Sodom.