Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Pemeriksaan Diri dan Zikir Kepada Allah (2)

Jum'at, 12 Juni 2020 - 15:40 WIB
loading...
A A A
Tetapi sebagian besar manusia bersifat lalai dan tidak pernah berpikir untuk meminta pertanggungjawaban dirinya sendiri. Jika bagi setiap dosa yang dilakukannya, seseorang menempatkan sebutir batu di dalam sebuah rumah kosong, segera saja akan ia dapati rumah itu penuh dengan batu.

Jika malaikat pencatat menuntut upah darinya bagi pekerjaan menuliskan dosa-dosanya, maka semua uangnya akan cepat sirna. Orang menghitung biji tasbih dengan rasa puas diri setiap kali mereka selesai menyebut nama Allah, tetapi mereka tidak mempunyai tasbih untuk menghitung kata-kata sia-sia yang tak terbilang banyaknya yang telah mereka ucapkan.

Oleh karena itu, Khalifah Umar berkata, "Timbang benar-benar kata-kata dan tindakan-tindakanmu sebelum semuanya itu ditimbang pada saat pengadilan nanti."

Ia sendiri sebelum beristirahat pada setiap malamnya biasa memukul kakinya dengan disertai rasa ngeri kemudian berseru, "Apa yang telah kau lakukan hari ini?"

Abu Thalhah suatu kali salat di sebuah kebun korma ketika menampak seekor burung indah yang melintas menyebabkannya salah hitung jumlah sujud yang telah dilakukannya. Untuk menghukum dirinya karena kelalaiannya ini, ia memberikan kebun kormanya kepada orang lain.

"Wali-wali seperti itu tahu bahwa sifat inderawi mereka cenderung untuk tersesat. Oleh karena itu mereka mengawasi dengan ketat dan menghukumnya untuk setiap kesalahan yang dilakukannya," tutur Al-Ghazali..



Jika seseorang mendapati dirinya bebal dan menolak sikap cermat dan disiplin diri, ia mesti selalu bersama-sama dengan seseorang yang cakap dalam praktik-praktik seperti itu agar ia tertulari entusiasme sang ahli tersebut.

Seorang wali biasa berkata, "Jika saya ogah-ogahan dalam melakukan disiplin diri, saya menatap Muhammad ibn Wasi, dan memandangnya saja sudah akan menyalakan kembali semangat saya, paling tidak untuk seminggu."

Jika seorang tidak bisa menemukan teladan sikap cermat seperti itu di sekitarnya, maka baik baginya untuk mempelajari kehidupan para Wali. Ia juga mesti mendorong jiwanya!



Berkata Al-Ghazali: "Wahai jiwaku, kau anggap dirimu cerdas, dan marah jika disebut tolol. Lalu sebetulnya kau ini apa?

Kau persiapkan pakaianmu untuk menutupi dirimu dari gigitan musim dingin, tapi tidak kaupersiapkan diri untuk akhiratmu. Keadaanmu seperti seseorang yang di tengah musim dingin berkata, 'Saya tak akan mengenakan pakaian hangat, tetapi percaya pada rahmat Tuhan untuk melindungi saya dari dingin.'

Ia lupa bahwa bersamaan dengan menciptakan dingin, Allah menunjuki manusia cara membuat pakaian untuk melindungi diri darinya dan menyediakan bahan-bahan untuk pakaian itu. Ingatlah juga, wahai diri, bahwa hukumanmu di akhirat bukan karena Allah marah pada ketidaktaatanmu, dan jangan berpikir: "Bagaimana mungkin dosa saya mengganggu Allah?"

Nafsumu sendirilah yang akan menyalakan kobaran neraka dalam dirimu. Makanan tidak sehat yang dimakan seseorang menimbulkan penyakit pada tubuh orang itu, bukan karena dokter jengkel kepadanya karena melanggar nasehat-nasehatnya. ( )

"Celakalah 'kau, wahai diri, karena cintamu yang berlebihan kepada dunia! Jika kau tidak percaya pada surga dan neraka, bagaimana mungkin kau percaya pada mati yang akan merenggut semua kenikmatan duniawi dirimu dan menyebabkan kau menderita oleh perpisahan itu sebanding dengan keterikatanmu pada kenikmatan duniawi itu.

Kenapa kau dicipta setelah dunia? Jika semuanya, dari timur sampai barat, adalah milikmu dan menyembahmu, toh dalam waktu singkat semuanya itu akan menjelma menjadi debu bersama dirimu, dan pemusnahan akan menghapuskan namamu sebagaimana raja-raja sebelummu. Tetapi sekarang, mengingat bahwa kau hanyalah memiliki sebagian sangat kecil dari dunia ini dan itu pun bagian yang kotor daripadanya, akankah kau begitu gila untuk menukar kebahagiaan abadi dengannya, permata yang mahal dengan sebuah gelas pecah yang terbuat dari lempung dan menjadikan dirimu bahan tertawaan orang-orang di sekitarmu?" (Baca juga: Iman Kepada Allah: Ibadah Hati yang Paling Dicintai Allah )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3670 seconds (0.1#10.140)