Allah Mencintai Orang-Orang yang Lisannya Basah karena Zikir
loading...
A
A
A
ADA belasan ibadah yang sangat dicintai Allah. Iman kepada Allah adalah yang paling utama. Ibadah lainnya yang juga dicintai Allah adalah silaturahim, amar ma'ruf dan nahi munkar, juga faraidh (kewajiban), witir dan masih banyak lagi. Memang, banyak riwayat hadis tentang fadhail amal yang menjelaskan tentang amalan yang paling dicintai Allah. Namun para ulama hadis berkata bahwa jawaban Rasulullah dalam hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan sang penanya. (
)
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam " Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut zikir kepada Allah juga salah satu ibadah yang sangat dicintai Allah SWT. ( )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( Ø£Øب الأعمال إلى الله أن تموت ولسانك رطب من ذكر الله ))
“Ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala bahwa engkau wafat sedangkan lisanmu basah karena zikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala.’
Menurut Ath-Thibiy, basahnya lisan adalah ungkapan karena mudahnya berlakunya sebagaimana keringnya adalah ungkapan kebalikannya, kemudian mengalirnya lisan adalah ungkapan tentang selalu berzikir.
Asma' mengatakan asal zikir adalah ingatnya hati kepada yang disebutkan dan terjagi baginya. Zikir dengan lisan dinamakan zikir karena ia menunjukan atas zikir hati, namun ketika banyak penggunaan zikir terhadap ucapan dengan lisan, jadilah ia yang dipahami.
Zikir adalah mendatangkan dengan lafazh-lafazh ada dorongan mengucapkan dan memperbanyaknya, seperti al-Baqiyat ash-shalihat, yaitu subhanallah, al-hamdulillah, laailaaha illallah, dan Allahu Akbar.
Dan yang lainnya semisal, hauqalah (laahaula wa laaquwwata illa billah), basmalah, hasbalah (hasbiyallahu ...), istighfar dan semisal yang demikian itu serta doa untuk kebaikan dunia dan akhirat .
Zikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala juga ditujukkan dan dimaksudkan tekun melakukan amal ibadah yang wajib atau sunnah seperti membaca al-Qur`an, membaca hadis, mempelajari ilmu dan salat sunnah.
Menurut Asma', zikir bisa dengan lisan dan pembacanya diberi pahala, akan tetapi disyaratkan bahwa ia tidak bermaksud selain maknanya. Dan bila ditambahkan kepada zikir lisan dengan zikir hati maka ia lebih sempurna. Dan bila ditambahkan kepada hal itu menghadirkan makna zikir dan kandungannya berupa pengagungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menafikan kekurangan dari-Nya niscaya bertambah sempurna. Maka jika hal itu terjadi dalam amal shalih niscaya bertambah sempurna.
Jika benar pengarahan dan ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal itu maka ia lebih sempurna.
Zikir Hati
Asma' mengatakan yang dimaksud zikir lisan adalah lafazh-lafazh yang menunjukkan tasbih, tahmid, dan tamjid.
Yang dimaksud zikir hati adalah tafakkur pada dalil-dalil zat dan sifat, pada dalil-dalil perintah dan larangan sehingga ia mengetahui hukum-hukumnya, pada dalil-dalil berita pembalasan, dan pada rahasia rahasia makhluk-makhluk Allah subhanahu wa ta’ala.
Menurut Asma' zikir hati ada dua bagian. Salah satunya, yaitu zikir tertinggi dan paling agung, yaitu memikirkan keagungan Allah subhanahu wa ta’ala, jabarut-Nya, malakut-Nya, dan ayat-ayat-Nya di langit dan bumi-Nya.
.
Kedua, zikir hati di sisi perintah dan larangan, maka ia melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang, karena mengharapkan pahala dan takut terhadap siksa-Nya.
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam " Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut zikir kepada Allah juga salah satu ibadah yang sangat dicintai Allah SWT. ( )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( Ø£Øب الأعمال إلى الله أن تموت ولسانك رطب من ذكر الله ))
“Ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala bahwa engkau wafat sedangkan lisanmu basah karena zikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala.’
Menurut Ath-Thibiy, basahnya lisan adalah ungkapan karena mudahnya berlakunya sebagaimana keringnya adalah ungkapan kebalikannya, kemudian mengalirnya lisan adalah ungkapan tentang selalu berzikir.
Asma' mengatakan asal zikir adalah ingatnya hati kepada yang disebutkan dan terjagi baginya. Zikir dengan lisan dinamakan zikir karena ia menunjukan atas zikir hati, namun ketika banyak penggunaan zikir terhadap ucapan dengan lisan, jadilah ia yang dipahami.
Zikir adalah mendatangkan dengan lafazh-lafazh ada dorongan mengucapkan dan memperbanyaknya, seperti al-Baqiyat ash-shalihat, yaitu subhanallah, al-hamdulillah, laailaaha illallah, dan Allahu Akbar.
Dan yang lainnya semisal, hauqalah (laahaula wa laaquwwata illa billah), basmalah, hasbalah (hasbiyallahu ...), istighfar dan semisal yang demikian itu serta doa untuk kebaikan dunia dan akhirat .
Zikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala juga ditujukkan dan dimaksudkan tekun melakukan amal ibadah yang wajib atau sunnah seperti membaca al-Qur`an, membaca hadis, mempelajari ilmu dan salat sunnah.
Menurut Asma', zikir bisa dengan lisan dan pembacanya diberi pahala, akan tetapi disyaratkan bahwa ia tidak bermaksud selain maknanya. Dan bila ditambahkan kepada zikir lisan dengan zikir hati maka ia lebih sempurna. Dan bila ditambahkan kepada hal itu menghadirkan makna zikir dan kandungannya berupa pengagungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menafikan kekurangan dari-Nya niscaya bertambah sempurna. Maka jika hal itu terjadi dalam amal shalih niscaya bertambah sempurna.
Jika benar pengarahan dan ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal itu maka ia lebih sempurna.
Zikir Hati
Asma' mengatakan yang dimaksud zikir lisan adalah lafazh-lafazh yang menunjukkan tasbih, tahmid, dan tamjid.
Yang dimaksud zikir hati adalah tafakkur pada dalil-dalil zat dan sifat, pada dalil-dalil perintah dan larangan sehingga ia mengetahui hukum-hukumnya, pada dalil-dalil berita pembalasan, dan pada rahasia rahasia makhluk-makhluk Allah subhanahu wa ta’ala.
Menurut Asma' zikir hati ada dua bagian. Salah satunya, yaitu zikir tertinggi dan paling agung, yaitu memikirkan keagungan Allah subhanahu wa ta’ala, jabarut-Nya, malakut-Nya, dan ayat-ayat-Nya di langit dan bumi-Nya.
.
Kedua, zikir hati di sisi perintah dan larangan, maka ia melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang, karena mengharapkan pahala dan takut terhadap siksa-Nya.