Doa Nabi Hud agar Istri-Istri Kaum Raksasa Mandul dan Azab Allah Terhadap Kabilah Ad

Selasa, 08 Februari 2022 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Selanjutnya, Allah menghentikan hujan dari mereka selama tujuh tahun. Setelah tanah mereka mengering, hewan-hewan ternak mereka binasa, sementara kebutuhan mereka kian meningkat sehingga mereka banyak yang mati hingga mencapai setengahnya.



Delegasi Kaum Ad
Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul "Qashash Al-Anbiyaa" mengatakan kaum Ad sempat mengirim delegasi ke Baitul Haram untuk berdoa.

Menurut Ibnu Katsir, terkait doa yang mereka panjatkan, para ulama tafsir dan ulama lainnya menukilkan sebuah riwayat yang pernah disebutkan oleh Imam Muhammad bin Ishaq bin Yashar yang mengisahkan sbb:

Ketika kaum Ad terus menolak dan memilih untuk kafir kepada Allah, maka setelah itu mereka dilanda kekeringan selama tiga tahun tanpa ada hujan sedikit pun, hingga kehidupan mereka terasa semakin sulit.

Dan pada masa itu, jika masyarakat merasa sedang dalam kesulitan mereka meminta kepada Allah untuk dibebaskan dari kesulitan itu, dengan cara mendatangi rumah suci di tanah Haram, dan cara itu dikenal oleh seluruh masyarakat pada zaman itu.

Saat itu, tanah Haram ditinggali oleh Bani Amalik, yaitu keturunan dari Imlik bin Laudz bin Sam bin Nuh.

Sedangkan orang yang dituakan di sana adalah seorang laki-laki yang bernama Muawiyah bin Bakar, dan kebetulan ibunda Muawiyah yang bernama Jalhadzah binti Al-Khaibari juga berasal dari kaum Ad.

Kemudian, kaum Ad mengutus delegasinya yang kira-kira berjumlah tujuh puluh orang, mereka ditugaskan untuk berdoa di tanah Haram memohon agar kaumnya segera diturunkan hujan.

Lalu sesampainya delegasi itu di Kota Mekkah, mereka langsung menemui Muawiyah bin Bakar dan menceritakan kondisi masyarakat mereka, kemudian mereka meminta izin kepada Muawiyah untuk menetap di sana untuk sementara.

Hanya saja, di sana mereka dihidangkan dengan minuman keras dan mendengarkan senandung nyanyian dari dua orang penyanyi wanita yang memang disediakan oleh Muawiyah.



Setelah satu bulan mereka di sana dan Muawiyah merasa sudah terlalu lama menjamu mereka, ia juga tidak enak hati dengan para penduduk Haram lainnya, maka ia berkeinginan agar para delegasi itu segera pulang. Tapi tentu saja ia juga tidak sanggup untuk mengusir para delegasi itu secara langsung. Maka ia pun membuat syair yang menyinggung mereka agar segera pergi, dan menyuruh dua orang penyanyi wanitanya untuk melantunkan syair itu di hadapan mereka.

Isi syair tersebut antara lain,

Hei orang-orang yang meminta jawaban, sadarlah dan bangunlah,
Berdoalah kalian, semoga Allah mengirimkan mendung esok pagi.
Hingga bumi Ad dapat terkucurkan dengan hujan,
Kaum Ad sudah tidak mampu berkata-kata lagi akibat kehausan.
Kita tidak ingin kehilangan para orang tua,
Begitu juga anak-anak kecil dan kaum wanita.

Kemarin mereka masih dalam keadaan baik-baik saja,
Namun sekarang para wanita harus menjadi janda tanpa harta.
Kekejaman itu telah datang kepada mereka terang-terangan,
Tidak takut dengan panah-panah kaum Ad yang terhunus.
Dan kalian di sini hendak mengubah keadaan itu,
Namun siang dan malam silih berganti kondisi tetap sama.

Karena delegasi yang diutus tidak mampu menyelesaikannya,
Hingga tidak mendapatkan penghargaan dan ucapan selamat.

Setelah mendengar senandung itu, para delegasi tersadar dengan tujuan utama mereka datang ke tanah Haram. Maka mereka segera bangkit dan berangkat menuju rumah suci untuk mendoakan kaum mereka.



Sesampainya mereka di sana, pemimpin delegasi yang bernama Qail bin Atir segera memanjatkan doa. Setelah doa itu dipanjatkan, Allah menyiapkan tiga awan bagi mereka, awan putih, awan merah, dan awan hitam.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2782 seconds (0.1#10.140)