Khalifah Walid bin Yazid, Digambarkan sebagai Zindiq yang Menikahi Istri Ayahnya
loading...
A
A
A
Walid bin Yazid atau lebih dikenal dengan sebutan Walid II menjabat sebagai Khalifah pada Dinasti Umayyah antara 743 sampai 744. Ia menggantikan pamannya, Hisham bin Abdul-Malik. Imam Suyuthi mengatakan al-Walid II adalah seorang fasik, peminum khamr, dan banyak melanggar aturan syari’at.
Naiknya Walid ke tampuk kekuasaan secara keras ditantang banyak orang dalam istana karena reputasi Walid yang gaya hidupnya tak bermoral. Walau begitu, ia telah dijadikan khalifah.
Dalam buku The History of al-Tabaridipaparkan bahwa Walid II adalah sosok yang terkenal perangai buruknya. Awalnya, ketika Hisham bin Abdul-Malik pertama kali menjabat sebagai khalifah, ia bersikap baik dan menaruh hormat pada Walid II. Akan tetapi sejak Walid II mulai menunjukkan perangai buruk dan meminum anggur, sikap Hisham jadi berubah terhadapnya.
Tabari menceritakan, bahwa untuk mengubah perangai buruk Walid II, Hisham mengirimnya untuk menjadi pemimpinan jamaah haji tahun 116 H. Tapi pada momen ini Walid II justru melunasi kebejatannya. Ia dikabarkan membawa beberapa ekor anjing dan anggur ke tanah suci. Ia meletakkan anjing tersebut di dalam sebuah kotak. Satu ketika, kotak yang berisi anjing tersebut jatuh dari unta, dan masyarakat melihatnya.
Ia juga dikabarkan membawa kanopi sebesar Kakbah. Rencananya kanopi itu akan ia bentangkan di atas Kakbah dan ia akan duduk di atasnya. Namun rencana tersebut dibatalkan karena pertimbangan dari teman-temannya. Akhirnya kanopi itu tetap digelar di pelataran Masjidil Haram.
Imam Suyuthi dalam kitabnya,Tarikh al-Khulafa, mengatakan al-Walid II naik haji ke Mekkah dengan tujuan hendak minum khamr(yang memabukkan) di depan Kakbah. Dia juga menikahi istri-istri ayahnya–sesuatu yang diharamkan dalam Islam.
Imam Suyuthi meriwayatkan dari Dzahabi bahwa al-Walid II juga melakukan liwath. Karenanya, ada yang sampai hati mengatakan dia seorang zindiq.
Berita tentang perilaku buruk Walid II sampai ke telinga Khalifah Hisham. Sejak itu, Hisham berencana mengubah daftar khalifah setelahnya, diturunkan kepada putranya, Maslamah bin Hisham.
Rencana itu tidak terlaksana mengingat Walid II adalah pasangan yang satu paket dengan Hisham yang merupakan wasiat Khalifah Yazid bin Abdul Malik. Mendelegitimasi Walid II, sama halnya mendelegitimasi dirinya sendiri. Dan hal ini akan menuai protes dari keluarga besar bani Umayyah dan banyak bawahannya.
Bodoh dan Ceroboh
Walid II akhirnya naik tahta pada tahun 125 H di usia 39 tahun. Tidak hanya berperangai buruk, Walid II juga ternyata bodoh dalam berstrategi dan ceroboh dalam bertindak.
Hal yang pertama yang dilakukannya justru menjadikan seluruh keluarganya sebagai musuh. Belum genap setahun menjabat sebagai khalifah, ia langsung mengangkat satu paket penggantinya, yaitu dua orang putranya bernama Utsman dan Hakam yang ketika itu masih kecil.
Kebijakan ini tentu saja tidak disetujui oleh banyak pihak. Tapi ia justru mengancam akan menghukum bagi siapa saja yang tidak mematuhinya.
Akbar Shah Najeebabadi dalam bukunya berjudul "The History Of Islam" menceritakan, bahwa perangai buruk Walid II sejak sebelum menjabat sebagai khalifah sebenarnya sudah banyak kritik dan tidak disetujui oleh beberapa anggota keluarganya. Dan ketika ia menjabat, semua orang anggota keluarganya yang berseberangan dengannya diperlakukan semena-mena.
Beberapa di antara mereka ada yang diturunkan gajinya, dan sebagian lagi ada yang ditahan. Ia menangkap Sulaiman bin Hisham, mencambuknya, dan menggunduli rambut serta mencukur jenggotnya, lalu dipertontonkannya di depan umum.
Walid II juga menahan beberapa anak dari Yazid bin Hisham dan Walid bin Abdul Malik. Intinya, pada masa Walid II, ikatan keluarga Umayyah terpecah belah dan mulai menyimpan dendam yang tak berkesudahan. Satu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kepalanya Dipenggal
Di tengah perburuan Walid II terhadap anggota keluarganya yang tidak sepaham dengan keinginannya, Yazid putra Walid bin Abdul Malik melarikan diri, dan berhasil menghimpun kekuatan untuk melakukan perlawanan. Ia pun dibaiat oleh keluarga Yamani di daerah Syria dan Palestina.
Melihat terjadinya perpecahan di dalam keluarga Umayyah, tentara dan aparatur kerajaan menjadi rentan berkhianat. Walid II menaikkan gaji mereka beberapa kali lipat untuk menjamin kesetiaan dari prajuritnya.
Tapi itu semua tidak cukup. Yazid bin Walid datang bersama bersama pasukannya mengepung Istana.
Pada detik-detik menentukan, sebagian besar pasukan justru membelot dan berbalik menyerang Walid II. Pasukan Walid II pun kocar-kacir. Meski sudah berusaha melarikan diri, namun pasukan Yazid bin Walid berhasil menemukannya, dan membunuhnya.
Ketika dikepung ia sempat berkata, “Bukankah aku telah memberikan hadiah kepada kalian? Bukankah aku telah meringankan beban kalian yang berat? Bukankah aku telah memberi makan orang-orang fakir di antara kalian?”
Mereka yang mengepungnya menjawab, “Kami tidak membencimu dari diri kami sendiri. Kami mengepungmu karena engkau terlalu banyak melanggar batasan-batasan aturan Allah. Engkau minum minuman keras, menikahi istri ayahmu dan melecehkan perintah Allah.”
Kepala Walid II akhirnya dipenggal dan diarak di jalan-jalan kota Damaskus. Hal yang membuat kebencian antarkeluarga Bani Umayyah semakin memuncak satu sama lain.
Walid II hanya mampu bertahan selama 14 bulan di atas singgasananya. Setelah itu, Yazid bin Walid dinobatkan sebagai khalifah pada tahun 126 H.
Naiknya Walid ke tampuk kekuasaan secara keras ditantang banyak orang dalam istana karena reputasi Walid yang gaya hidupnya tak bermoral. Walau begitu, ia telah dijadikan khalifah.
Dalam buku The History of al-Tabaridipaparkan bahwa Walid II adalah sosok yang terkenal perangai buruknya. Awalnya, ketika Hisham bin Abdul-Malik pertama kali menjabat sebagai khalifah, ia bersikap baik dan menaruh hormat pada Walid II. Akan tetapi sejak Walid II mulai menunjukkan perangai buruk dan meminum anggur, sikap Hisham jadi berubah terhadapnya.
Tabari menceritakan, bahwa untuk mengubah perangai buruk Walid II, Hisham mengirimnya untuk menjadi pemimpinan jamaah haji tahun 116 H. Tapi pada momen ini Walid II justru melunasi kebejatannya. Ia dikabarkan membawa beberapa ekor anjing dan anggur ke tanah suci. Ia meletakkan anjing tersebut di dalam sebuah kotak. Satu ketika, kotak yang berisi anjing tersebut jatuh dari unta, dan masyarakat melihatnya.
Ia juga dikabarkan membawa kanopi sebesar Kakbah. Rencananya kanopi itu akan ia bentangkan di atas Kakbah dan ia akan duduk di atasnya. Namun rencana tersebut dibatalkan karena pertimbangan dari teman-temannya. Akhirnya kanopi itu tetap digelar di pelataran Masjidil Haram.
Imam Suyuthi dalam kitabnya,Tarikh al-Khulafa, mengatakan al-Walid II naik haji ke Mekkah dengan tujuan hendak minum khamr(yang memabukkan) di depan Kakbah. Dia juga menikahi istri-istri ayahnya–sesuatu yang diharamkan dalam Islam.
Imam Suyuthi meriwayatkan dari Dzahabi bahwa al-Walid II juga melakukan liwath. Karenanya, ada yang sampai hati mengatakan dia seorang zindiq.
Berita tentang perilaku buruk Walid II sampai ke telinga Khalifah Hisham. Sejak itu, Hisham berencana mengubah daftar khalifah setelahnya, diturunkan kepada putranya, Maslamah bin Hisham.
Rencana itu tidak terlaksana mengingat Walid II adalah pasangan yang satu paket dengan Hisham yang merupakan wasiat Khalifah Yazid bin Abdul Malik. Mendelegitimasi Walid II, sama halnya mendelegitimasi dirinya sendiri. Dan hal ini akan menuai protes dari keluarga besar bani Umayyah dan banyak bawahannya.
Bodoh dan Ceroboh
Walid II akhirnya naik tahta pada tahun 125 H di usia 39 tahun. Tidak hanya berperangai buruk, Walid II juga ternyata bodoh dalam berstrategi dan ceroboh dalam bertindak.
Hal yang pertama yang dilakukannya justru menjadikan seluruh keluarganya sebagai musuh. Belum genap setahun menjabat sebagai khalifah, ia langsung mengangkat satu paket penggantinya, yaitu dua orang putranya bernama Utsman dan Hakam yang ketika itu masih kecil.
Kebijakan ini tentu saja tidak disetujui oleh banyak pihak. Tapi ia justru mengancam akan menghukum bagi siapa saja yang tidak mematuhinya.
Akbar Shah Najeebabadi dalam bukunya berjudul "The History Of Islam" menceritakan, bahwa perangai buruk Walid II sejak sebelum menjabat sebagai khalifah sebenarnya sudah banyak kritik dan tidak disetujui oleh beberapa anggota keluarganya. Dan ketika ia menjabat, semua orang anggota keluarganya yang berseberangan dengannya diperlakukan semena-mena.
Beberapa di antara mereka ada yang diturunkan gajinya, dan sebagian lagi ada yang ditahan. Ia menangkap Sulaiman bin Hisham, mencambuknya, dan menggunduli rambut serta mencukur jenggotnya, lalu dipertontonkannya di depan umum.
Walid II juga menahan beberapa anak dari Yazid bin Hisham dan Walid bin Abdul Malik. Intinya, pada masa Walid II, ikatan keluarga Umayyah terpecah belah dan mulai menyimpan dendam yang tak berkesudahan. Satu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kepalanya Dipenggal
Di tengah perburuan Walid II terhadap anggota keluarganya yang tidak sepaham dengan keinginannya, Yazid putra Walid bin Abdul Malik melarikan diri, dan berhasil menghimpun kekuatan untuk melakukan perlawanan. Ia pun dibaiat oleh keluarga Yamani di daerah Syria dan Palestina.
Melihat terjadinya perpecahan di dalam keluarga Umayyah, tentara dan aparatur kerajaan menjadi rentan berkhianat. Walid II menaikkan gaji mereka beberapa kali lipat untuk menjamin kesetiaan dari prajuritnya.
Tapi itu semua tidak cukup. Yazid bin Walid datang bersama bersama pasukannya mengepung Istana.
Pada detik-detik menentukan, sebagian besar pasukan justru membelot dan berbalik menyerang Walid II. Pasukan Walid II pun kocar-kacir. Meski sudah berusaha melarikan diri, namun pasukan Yazid bin Walid berhasil menemukannya, dan membunuhnya.
Ketika dikepung ia sempat berkata, “Bukankah aku telah memberikan hadiah kepada kalian? Bukankah aku telah meringankan beban kalian yang berat? Bukankah aku telah memberi makan orang-orang fakir di antara kalian?”
Mereka yang mengepungnya menjawab, “Kami tidak membencimu dari diri kami sendiri. Kami mengepungmu karena engkau terlalu banyak melanggar batasan-batasan aturan Allah. Engkau minum minuman keras, menikahi istri ayahmu dan melecehkan perintah Allah.”
Kepala Walid II akhirnya dipenggal dan diarak di jalan-jalan kota Damaskus. Hal yang membuat kebencian antarkeluarga Bani Umayyah semakin memuncak satu sama lain.
Walid II hanya mampu bertahan selama 14 bulan di atas singgasananya. Setelah itu, Yazid bin Walid dinobatkan sebagai khalifah pada tahun 126 H.
(mhy)