Sholat Nisfu Syaban Bidah? Begini Penjelasan Gus Baha

Jum'at, 11 Maret 2022 - 17:03 WIB
loading...
Sholat Nisfu Syaban...
Gus Baha menanggapi adanya pendapat yang menyatakan bahwa sholat pada malam Nisfu Syaban sebagai amalan bidah. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Gus Baha menanggapi adanya pendapat yang menyatakan bahwa sholat pada malam Nisfu Syaban sebagai amalan bidah . Sebagai pengingat, bahwa sebagian kaum muslimin merayakan malam nisfu Syaban, mereka berpuasa di siang harinya dan melaksanakan sholat malam di malam harinya.

Menurut kiai ahli tafsir Al-Quran yang bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini, sholat Nisyfu Saban selama diakhiri dengan lillahi taala baik-baik saja. "Shalat di luar waktu yang dilarang mestinya baik," katanya sebagaimana disiarkan kanal Kalam dalam jaringan YouTube.



Ada lima waktu yang dilarang sholat yakni, ketika terbitnya matahari, ketika waktu istiwa sampai dengan tergelincirnya matahari selain pada hari Jum’at, ketika matahari berwarna kekuning-kuningan sampai dengan tenggelam, setelah melakukan sholat subuh sampai dengan terbitnya matahari, dan setelah melakukan sholat ashar sampai dengan tenggelamnya matahari.

Di luar itu, menurut Gus Baha, sholat adalah baik. "Kemudian menjadi persoalan karena ada amalan-amalan yang menunjuk waktu, seperti Nisfu Syaban," kata Gus Baha. "Tapi itu hanya penamaan, hakikatnya saat kita sholat kan lillahi taala. Jadi menurut saya itu tidak masalah. Yang menjadi masalah itu ketika kita sholat tidak seperti zaman Nabi," jelasnya.

Pernyataan Gus Baha ini menanggapi banyaknya pendapat yang menyatakan bahwa banyak amalan Nisfu Syaban yang tidak berdasar hadis yang sahih.

Tidak sedikit ulama yang menganggap tindakan menghidupkan malam ini dengan perayaan sebagai bid’ah.

Asy-Syatibi adalah salah satu saja. Ia menganggap rutin berpuasa pada hari Nishfu Syaban dan shalat malam pada malam harinya adalah bidah.” [Al-I’tisham, 1/37-39]



Muhammad Abdussalam As-Suqairy juga senada. “Imam Al-Fatany berkata dalam ‘Tazkiratul Mau’dhu’aat’, ‘Di antara perbuatan bid’ah pada malam Nisfhu Sya’ban adalah Sholat Alfiyah, yaitu sholat seratus rakaat, yaitu dengan membaca surat Al-Ikhlas sepuluh secara berjamaah."

Al-Iraqi berkata, “Hadits tentang sholat pada malam Nisfhu Sya’ban adalah batil.”

Ibnu Al-Jauzi meriwayatkan dalam kitab Al-Maudhu’at, bab tentang hadits sholat dan doa pada malam Nisfhu Sya’ban,

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، الحديث رواه ابن ماجه عن علي

“Jika datang malam Nisfhu Sya’ban, dirikan sholat di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya.” [Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ali]

Mahsyiah berkata, “Dalam kitab Az-Zawaid dikatakan bahwa sanadnya dha’if, karena Ibnu Abi Busrah dianggap lemah. Ahmad dan Ibnu Ma’in berkata bahwa dia memalsukan hadis.

Sholat enam rakaat pada malam Nisfhu Sya’ban dengan niat menolak bencana, panjang usia dan kecukupan dari manusia, lalu membaca surat Yasin dan berdoa di sela-selanya, tidak diragukan lagi bahwa itu ada perkara yang diada-adakan dalam agama dan bertentangan dengan sunah pemimpin para rasul.



Definisi Bidah
Di sisi lain, Gus Baha juga mengutip hadis Rasulullah SAW tentang bidah.

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR Bukhari no. 2697 dan Muslim no 1718)

Menurut Gus Baha, Rasulullah SAW mengingatkan agar kita berhati-hati dengan hal-hal yang baru menyangkut ajaran agama.

Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda,

وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)



Gus Baha mengatakan para era ulama, era Imam Syafii, Imam Hambali lalu membahas definisi bidah. Lalu muncullah dua kategori bid’ah: bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah (dholalah).

Imam Syafi’i –rahimahullah– yang menyebutkan:

الْبِدْعَة بِدْعَتَانِ : مَحْمُودَة وَمَذْمُومَة ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّة فَهُوَ مَحْمُود وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوم

Bid’ah itu ada dua: terpuji dan tercela. Bid’ah yang sesuai dengan sunnah berarti terpuji, sedangkan yang menyelisihinya berarti tercela.

Apakah sholat Nisfu Syaban sebagai bidah tercela? Gus Baha mengatakan selama sholat itu dilakukan lillahi taala, karena Allah taala, dan dilakukan bukan pada waktu dilarang sholat maka Sholat Syaban adalah amalan yang baik.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3027 seconds (0.1#10.140)