Rasulullah SAW kepada Yasir: Kalian Akan Menemukan Tempat Tinggal di Surga
loading...
A
A
A
Pada permulaan tahun ke-4 sejak masa kenabian, Rasulullah SAW mulai melancarkan dakwahnya secara terang-terangan di Mekkah. Kaum kafir Quraisy pun membendung dakwah ini dengan kekerasan, terutama kepada kaum miskin Mekkah yang memeluk Islam. Mereka yang mengalami pedihnya penyiksaan itu antara lain adalah keluarga Yasir.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Al-Bidayah wan Nihayah" mengutip kisah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah bahwa Abdullah bin Masud meriwayatkan, terdapat tujuh orang pertama yang menyatakan keislamannya di depan umum. Mereka adalah Rasulullah SAW, Abu Bakar , Ammar (bin Yasir) , ibunya (Sumayyah), Shuhaib (bin Sinan), Bilal (bin Rabah), dan Miqdad (bin Aswad).
Sementara Allah melindungi Rasulullah melalui pamannya dan Abu Bakar melalui sukunya, yang lainnya (Ammar, Sumayyah, Shuhaib, Bilal, dan Miqdad) ditangkap oleh Kaum Musyrikin dan dipaksa mengenakan baju baja dan dibiarkan berjemur di bawah sinar matahari yang terik.
Orang Yaman
Sejatinya Yasir bin Amir, yakni ayah Ammar, bukan orang Mekkah asli. Dia asli Yaman. Lelaki ini berangkat meninggalkan Yaman, untuk mencari dan menemui salah seorang saudaranya di Mekkah. Di kota ini ia merasa cocok sehingga tinggallah ia di Mekkah.
Setelah menetap di Mekkah, Yasir mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah bin al-Mughirah. Abu Hudzaifah kemudian menikahkannya dengan salah satu budak perempuannya yang bernama Summayah binti Khayyat, dan dari pernikahan mereka lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama Ammar.
Keluarga kecil ini termasuk dalam golongan orang-orang yang masuk Islam pada masa awal. Dan sebagaimana orang-orang saleh lainnya yang masuk Islam pada masa awal, mereka juga mengalami penderitaan karena siksa dan kekejaman Kaum Quraisy.
Di antara anggota keluarga ini, tidak diketahui siapa yang terlebih dahulu masuk Islam, namun dalam sebuah riwayat, Ammar bin Yasir mengaku bahwa dia masuk Islam atas ajakan Rasulullah langsung.
Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar meriwayatkan pengakuan dari Ammar bin Yasir:
Aku bertemu Shuhaib bin Sinan di depan pintu rumah Arqam. Aku bertanya padanya, “Apa yang engkau lakukan di sini?”
Dia bertanya kepadaku, “Apa yang engkau lakukan di sini?”
Aku menjawab, “Aku ingin bertemu Muhammad dan mendengar apa yang dia katakan.”
Dia kemudian berkata, “Aku memiliki maksud yang sama.”
Kami memasuki rumah dan bertemu dengan Rasulullah SAW. Beliau menyampaikan tentang lslam kepada kami dan kami berdua masuk (Islam). Kami kemudian tinggal di sana sepanjang hari, sampai malam tiba kami pergi secara diam-diam.
Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar berkata, “Ammar bin Yasir dan Shuhaib masuk (Islam) setelah lebih dari tiga puluh orang pertama masuk (Islam). Semoga Allah meridai mereka semua.”
Turunnya Surat al-An’am Ayat 51-52
Abdullah bin Masud meriwayatkan, bahwa suatu waktu sekelompok orang Quraisy melewati Rasulullah saat beliau sedang bercengkerama bersama beberapa Muslim yang miskin seperti Shuhaib, Bilal, Khabbab (bin Arats), dan Ammar.
Orang-orang musyrik itu berkata, “Hai Muhammad! Apakah engkau bahagia bersama orang-orang semacam ini dari umatmu? Haruskah kami menjadi pengikut orang-orang ini? Apakah ini orang-orang yang olehnya Allah SWT menganugerahkan bantuan-Nya? Usirlah mereka darimu, karena barangkali kami dapat menjadi pengikutmu jika engkau melakukannya.”
Saat itulah kemudian Allah menurunkan ayat-ayat ini:
“Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaatpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).” ( QS al-An’am [6] : 51-52)
Demikianlah, Ammar bin Yasir bersama keluarga dan beberapa sahabat miskin lainnya telah masuk Islam sejak masa awal. Namun karena orang-orang ini tidak memiliki pelindung atau kabilah di Mekkah, kelak merekalah yang akan menjadi sasaran kemarahan orang-orang Quraisy yang menolak Islam.
Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul "Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah" menyebut khusus kepada keluarga Yasir, orang-orang Quraisy memerintahkan orang-orang Bani Makhzum untuk menangkap mereka.
Dalam sebuah riwayat dalam kitab Eijaz At-Tanzil, dikatakan bahwa Ammar bin Yasir dulunya adalah budak milik Bani Makhzum yang telah dibebaskan.
Doa Rasulullah SAW
Bani Makhzum pun menggelandang Yasir, Sumayyah, dan Ammar ke padang pasir Mekkah yang sangat panas, lalu dideranyalah mereka dengan berbagai macam siksaan.
Tindakan ini bukan hanya dilakukan sekali waktu, namun setiap hari. Rasulullah SAW, yang pada waktu itu masih belum memiliki daya dan upaya untuk menolong mereka, hanya bisa mengunjungi ke tempat-tempat keluarga ini disiksa. Hati beliau hancur menyaksikan mereka disiksa.
Pada suatu hari, Rasulullah mengunjungi mereka kembali. Mereka sedang disiksa, dipaksa untuk berbaring di atas pasir yang membara, serta dipukuli habis-habisan.
Ammar beberapa kali dihempaskan ke atas bara api. Rasulullah sangat tersentuh atas kekejaman yang ditimpakan terhadap Ammar dan keluarganya. Beliau selalu menghibur mereka dan mengangkat tangannya dalam doa dan berkata, “Sabarlah, kalian sesungguhnya akan menemukan tempat tinggal kalian di Surga.”
Dalam riwayat lain, sebagaimana disampaikan oleh Jabir bin Abdullah, disebutkan bahwa Rasulullah dalam kesempatan itu berkata, “Wahai keluarga Yasir! Dengarkanlah kabar gembira ini, bahwa tempat tinggal yang dijanjikan untuk kalian adalah Jannah.”
Dalam riwayat lainnya, Utsman bin Affan mengisahkan, bahwa suatu waktu dia sedang berjalan bersama Rasulullah di Bathaa (daerah berbatu di Mekkah), lalu mereka melihat Ammar dan orang tuanya disiksa di bawah sinar matahari untuk membuat mereka meninggalkan Islam.
Ayahanda Ammar (Yasir) menangis, “Wahai Rasulullah! (Penyiksaan) ini telah berlangsung selamanya.”
Rasulullah berkata, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Ya Allah! Ampunilah keluarga Yasir, yang mana tentunya sudah Engkau kabulkan.” Yasir akhirnya meninggal karena penyiksaan yang terus menerus.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Al-Bidayah wan Nihayah" mengutip kisah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah bahwa Abdullah bin Masud meriwayatkan, terdapat tujuh orang pertama yang menyatakan keislamannya di depan umum. Mereka adalah Rasulullah SAW, Abu Bakar , Ammar (bin Yasir) , ibunya (Sumayyah), Shuhaib (bin Sinan), Bilal (bin Rabah), dan Miqdad (bin Aswad).
Sementara Allah melindungi Rasulullah melalui pamannya dan Abu Bakar melalui sukunya, yang lainnya (Ammar, Sumayyah, Shuhaib, Bilal, dan Miqdad) ditangkap oleh Kaum Musyrikin dan dipaksa mengenakan baju baja dan dibiarkan berjemur di bawah sinar matahari yang terik.
Orang Yaman
Sejatinya Yasir bin Amir, yakni ayah Ammar, bukan orang Mekkah asli. Dia asli Yaman. Lelaki ini berangkat meninggalkan Yaman, untuk mencari dan menemui salah seorang saudaranya di Mekkah. Di kota ini ia merasa cocok sehingga tinggallah ia di Mekkah.
Setelah menetap di Mekkah, Yasir mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah bin al-Mughirah. Abu Hudzaifah kemudian menikahkannya dengan salah satu budak perempuannya yang bernama Summayah binti Khayyat, dan dari pernikahan mereka lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama Ammar.
Keluarga kecil ini termasuk dalam golongan orang-orang yang masuk Islam pada masa awal. Dan sebagaimana orang-orang saleh lainnya yang masuk Islam pada masa awal, mereka juga mengalami penderitaan karena siksa dan kekejaman Kaum Quraisy.
Di antara anggota keluarga ini, tidak diketahui siapa yang terlebih dahulu masuk Islam, namun dalam sebuah riwayat, Ammar bin Yasir mengaku bahwa dia masuk Islam atas ajakan Rasulullah langsung.
Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar meriwayatkan pengakuan dari Ammar bin Yasir:
Aku bertemu Shuhaib bin Sinan di depan pintu rumah Arqam. Aku bertanya padanya, “Apa yang engkau lakukan di sini?”
Dia bertanya kepadaku, “Apa yang engkau lakukan di sini?”
Aku menjawab, “Aku ingin bertemu Muhammad dan mendengar apa yang dia katakan.”
Dia kemudian berkata, “Aku memiliki maksud yang sama.”
Kami memasuki rumah dan bertemu dengan Rasulullah SAW. Beliau menyampaikan tentang lslam kepada kami dan kami berdua masuk (Islam). Kami kemudian tinggal di sana sepanjang hari, sampai malam tiba kami pergi secara diam-diam.
Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar berkata, “Ammar bin Yasir dan Shuhaib masuk (Islam) setelah lebih dari tiga puluh orang pertama masuk (Islam). Semoga Allah meridai mereka semua.”
Turunnya Surat al-An’am Ayat 51-52
Abdullah bin Masud meriwayatkan, bahwa suatu waktu sekelompok orang Quraisy melewati Rasulullah saat beliau sedang bercengkerama bersama beberapa Muslim yang miskin seperti Shuhaib, Bilal, Khabbab (bin Arats), dan Ammar.
Orang-orang musyrik itu berkata, “Hai Muhammad! Apakah engkau bahagia bersama orang-orang semacam ini dari umatmu? Haruskah kami menjadi pengikut orang-orang ini? Apakah ini orang-orang yang olehnya Allah SWT menganugerahkan bantuan-Nya? Usirlah mereka darimu, karena barangkali kami dapat menjadi pengikutmu jika engkau melakukannya.”
Saat itulah kemudian Allah menurunkan ayat-ayat ini:
“Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaatpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).” ( QS al-An’am [6] : 51-52)
Demikianlah, Ammar bin Yasir bersama keluarga dan beberapa sahabat miskin lainnya telah masuk Islam sejak masa awal. Namun karena orang-orang ini tidak memiliki pelindung atau kabilah di Mekkah, kelak merekalah yang akan menjadi sasaran kemarahan orang-orang Quraisy yang menolak Islam.
Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul "Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah" menyebut khusus kepada keluarga Yasir, orang-orang Quraisy memerintahkan orang-orang Bani Makhzum untuk menangkap mereka.
Dalam sebuah riwayat dalam kitab Eijaz At-Tanzil, dikatakan bahwa Ammar bin Yasir dulunya adalah budak milik Bani Makhzum yang telah dibebaskan.
Doa Rasulullah SAW
Bani Makhzum pun menggelandang Yasir, Sumayyah, dan Ammar ke padang pasir Mekkah yang sangat panas, lalu dideranyalah mereka dengan berbagai macam siksaan.
Tindakan ini bukan hanya dilakukan sekali waktu, namun setiap hari. Rasulullah SAW, yang pada waktu itu masih belum memiliki daya dan upaya untuk menolong mereka, hanya bisa mengunjungi ke tempat-tempat keluarga ini disiksa. Hati beliau hancur menyaksikan mereka disiksa.
Pada suatu hari, Rasulullah mengunjungi mereka kembali. Mereka sedang disiksa, dipaksa untuk berbaring di atas pasir yang membara, serta dipukuli habis-habisan.
Ammar beberapa kali dihempaskan ke atas bara api. Rasulullah sangat tersentuh atas kekejaman yang ditimpakan terhadap Ammar dan keluarganya. Beliau selalu menghibur mereka dan mengangkat tangannya dalam doa dan berkata, “Sabarlah, kalian sesungguhnya akan menemukan tempat tinggal kalian di Surga.”
Dalam riwayat lain, sebagaimana disampaikan oleh Jabir bin Abdullah, disebutkan bahwa Rasulullah dalam kesempatan itu berkata, “Wahai keluarga Yasir! Dengarkanlah kabar gembira ini, bahwa tempat tinggal yang dijanjikan untuk kalian adalah Jannah.”
Dalam riwayat lainnya, Utsman bin Affan mengisahkan, bahwa suatu waktu dia sedang berjalan bersama Rasulullah di Bathaa (daerah berbatu di Mekkah), lalu mereka melihat Ammar dan orang tuanya disiksa di bawah sinar matahari untuk membuat mereka meninggalkan Islam.
Ayahanda Ammar (Yasir) menangis, “Wahai Rasulullah! (Penyiksaan) ini telah berlangsung selamanya.”
Rasulullah berkata, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Ya Allah! Ampunilah keluarga Yasir, yang mana tentunya sudah Engkau kabulkan.” Yasir akhirnya meninggal karena penyiksaan yang terus menerus.
(mhy)