Surah Maryam Ayat 26: Kisah Maryam Berpuasa Bicara
loading...
A
A
A
Di tengah-tengah kehamilannya, Maryam kemudian menyisihkan diri dari hiruk-pikuk keramaian dan pergi ke tempat yang jauh. Meskipun ia merasakan tekanan mental yang cukup tinggi karena tuduhan bani Israil terhadapnya terkait kehamilannya, namun ia menjalani semua itu dengan penuh kesabaran dan keyakinan terhadap Allah SWT.
Tatkala waktu melahirkan sudah dekat, rasa sakit menjelang melahirkan membuat Maryam menuju ke bawah pohon kurma dan ia bersandar di bawahnya. Rasa sakit itu teramat mendalam, Maryam bahkan dikisahkan berkata, “Wahai betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”
Ketika itu, “Maka dia Jibril berseru kepadanya dari tempat yang rendah. Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”
Jibril menyampaikan pesan dari Allah SWT agar Maryam jangan bersedih hati bersusah pikiran, karena Allah telah menyediakan air yaitu sebuah anak sungai yang kecil dan airnya jernih.
Setelah melahirkan (pasca nifas), Maryam kemudian kembali kepada kaumnya. Namun sebelum itu, Allah telah mengilhamkan kepadanya agar berpuasa bicara dan tidak berbicara kepada seorang manusia pun. Menurut Qatadah dan as-Suddi, puasa berbicara ini merupakan salah satu syariat puasa zaman itu dan sudah lumrah bagi kalangan bani Israil.
Ketika Bani Israil ingin bertanya mengenai kondisinya dan anaknya, Maryam memberikan isyarat tangan bahwa ia sedang berpuasa bicara sehingga tidak mungkin menjawab segala pertanyaan dan tuduhan yang dilancarkan kepadanya. Ia juga menunjuk ke arah bayinya yang berada dalam pelukan sebagai isyarat “jika ingin bertanya silakan tanyakan padanya secara langsung.”
Melihat isyarat Maryam yang berpuasa bicara, sebagian masyarakat Israil menjadi marah, sebab hal itu seakan-akan menghina mereka. Salah seorang di antara mereka berkata, “bagaimana mungkin kami akan berbicara kepada anak kecil yang masih dalam ayunan?”
Saat itu juga, atas izin Allah swt, sang bayi ( nabi Isa ) menjawab dan menjelaskan siapa dirinya sekaligus membersihkan nama Maryam dari berbagai tuduhan keji.
Tatkala waktu melahirkan sudah dekat, rasa sakit menjelang melahirkan membuat Maryam menuju ke bawah pohon kurma dan ia bersandar di bawahnya. Rasa sakit itu teramat mendalam, Maryam bahkan dikisahkan berkata, “Wahai betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”
Ketika itu, “Maka dia Jibril berseru kepadanya dari tempat yang rendah. Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”
Jibril menyampaikan pesan dari Allah SWT agar Maryam jangan bersedih hati bersusah pikiran, karena Allah telah menyediakan air yaitu sebuah anak sungai yang kecil dan airnya jernih.
Setelah melahirkan (pasca nifas), Maryam kemudian kembali kepada kaumnya. Namun sebelum itu, Allah telah mengilhamkan kepadanya agar berpuasa bicara dan tidak berbicara kepada seorang manusia pun. Menurut Qatadah dan as-Suddi, puasa berbicara ini merupakan salah satu syariat puasa zaman itu dan sudah lumrah bagi kalangan bani Israil.
Ketika Bani Israil ingin bertanya mengenai kondisinya dan anaknya, Maryam memberikan isyarat tangan bahwa ia sedang berpuasa bicara sehingga tidak mungkin menjawab segala pertanyaan dan tuduhan yang dilancarkan kepadanya. Ia juga menunjuk ke arah bayinya yang berada dalam pelukan sebagai isyarat “jika ingin bertanya silakan tanyakan padanya secara langsung.”
Melihat isyarat Maryam yang berpuasa bicara, sebagian masyarakat Israil menjadi marah, sebab hal itu seakan-akan menghina mereka. Salah seorang di antara mereka berkata, “bagaimana mungkin kami akan berbicara kepada anak kecil yang masih dalam ayunan?”
Saat itu juga, atas izin Allah swt, sang bayi ( nabi Isa ) menjawab dan menjelaskan siapa dirinya sekaligus membersihkan nama Maryam dari berbagai tuduhan keji.
(mhy)