Prof Haedar Nashir: Ramadhan sebagai Momen Berhijrah secara Spiritual, Intelektual dan Peran Sosial

Jum'at, 01 April 2022 - 16:21 WIB
loading...
Prof Haedar Nashir: Ramadhan sebagai Momen Berhijrah secara Spiritual, Intelektual dan Peran Sosial
Prof Haedar Nasher, Ketua Umum PP Muhammadiyah. Foto/Ilustrasi Ist
A A A
JAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir , berharap umat Islam menjadikan bulan Ramadhan sebagai momen untuk berhijrah secara spiritual, intelektual, dan peran sosial yang mampu membawa kepada pencerdasan, pembebasan, kemajuan dan membangun peradaban yang utama.

“Insya Allah jika ibadah puasa dan seluruh rangkaian ibadah di Bulan Ramadhan ditunaikan dengan rukun, khusyu’, dan tahsinah yang baik, maka akan melahirkan insan-insan yang al muttaqun,” ujarnya, sebagaimana dilansir laman resmi PP Muhammadiyah , Jumat (1/4).



Di sisi lain, Haedar juga mengajak pelaksanaan ibadah selama Bulan Ramadhan seperti ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lain dapat meningkatkan kedekatan dan hubungan dengan Allah SWT, sehingga melahirkan sikap rendah hati.

“Kami juga berharap ibadah puasa dan lain sebagainya yang dilakukan oleh kaum muslimin dapat meningkatkan kesalehan pribadi, yang memancar dalam kesalehan keluarga dan kehidupan masyarakat, bangsa, serta dunia kemanusiaan semesta,” tutur Prof Haedar.

Peningkatan kedekatan dan hubungan dengan Allah melalui ibadah selama bulan suci umat Islam ini, Haedar berharap umat Islam mampu menebar nilai-nilai perdamaian, kebaikan, keluhuran moral, serta berbagi dan keutamaan dalam hidup.

Haedar juga menjelaskan bahwa, Bulan Ramadhan sebagai wahana untuk mempererat ukhuwah. “Ramadhan sebagai wahana mempererat ukhuwah sesama kaum muslimin, serta sesama umat bangsa. Serta panggilan suci untuk merekat kebersamaan saling tolong menolong, berbagi dan peduli, serta membangun kehidupan bersama dalam keragaman,” ujarnya.

Guru Besar Sosiologi ini berharap, Bulan Ramadhan juga dimanfaatkan sebagai momen untuk berhijrah secara spiritual, intelektual, dan peran sosial yang mampu membawa kepada pencerdasan, pembebasan, kemajuan dan membangun peradaban yang utama.

“Insya Allah jika ibadah puasa dan seluruh rangkaian ibadah di Bulan Ramadhan ditunaikan dengan rukun, khusyu’, dan tahsinah yang baik, maka akan melahirkan insan-insan yang al muttaqun,” imbuhnya.

Terbentuknya Umat Islam yang bertaqwa sebab pelaksanaan ibadah selama Bulan Ramadan diharapkan akan menjadi insan yang memancarkan pencerahan di kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia semesta dengan membawa misi rahmatan lil alamin.



Meningkatkan Ketakwaan
Sementara itu, Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto mengatakan bulan Ramadan 1443 H merupakan momentum bagi segenap umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah, menumbuhkan solidaritas bangsa, dan menahan diri dari berbagai bentuk keburukan dan hal-hal yang dapat merusak harmoni sosial.

Pria yang akrab disapa Cak Nanto ini juga mengajak kaum muslimin agar mengucap rasa syukur telah diberikan kesempatan berjumpa kembali dengan bulan penuh ampunan ini. Pasalnya, tidak semua orang bisa beribadah di Bulan Ramadhan. Apalagi, banyak keutamaan dan hikmah, baik rohani maupun jasmani, yang didapatkan selama satu bulan penuh.

“Tidak semua orang bisa sampai pada bulan suci Ramadhan 1443 H, sehingga kita patut bersyukur dan memanfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya,” jelas Cak Nanto.



Haedar Nashir menambahkan bahwa tujuan utama disyariatkan ibadah pada bulan Ramadan adalah untuk meningkatkan ketakwaan orang-orang yang beriman ( QS. Al-Baqarah : 183).

Kata “tattaqun” dalam penggalan QS Al Baqarah ayat 183 cenderung dipahami sebagai hadiah yang akan didapatkan oleh orang yang telah berpuasa. Seringkali “takwa” diposisikan sebagai pangkat, gelar, dan identitas yang melekat pada diri orang yang berpuasa. Padahal ungkapan “tattaqun” merupakan bentuk fiil mudlari yang berarti proses berkelanjutan dari perilaku takwa. Karenanya, bila selepas Ramadhan perbuatan takwa tidak dilanjutkan, maka “la’allakum tattaqun” tidak akan didapat.

Selain itu, Haedar juga menyampaikan agar warga Muhammadiyah melaksanakan setiap butir pedoman berpuasa di tengah pandemi Covid-19 yang baru-baru ini telah dikeluarkan PP Muhammadiyah . Meski tren positif Covid-19 terus melandai, bukan berarti umat Islam abai dengan segenap protokol kesehatan.

“Walau saat ini Pandemi Covid-19 melandai namun kita tidak boleh melonggarkan protokol kesehatan. Melalui Majelis Tarjih dan MCCC telah terbit panduan berpuasa di tengah Pandemi,” jelas Haedar Nashir.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3513 seconds (0.1#10.140)