Umar bin Abdul Aziz: Lebaran Bukan bagi Orang yang Memakai Pakaian Baru
loading...
A
A
A
“Dari Zaid bin Al Hasan bin Ali, dari ayahnya, radliyallahu ‘anhuma, ia berkata: Kami diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam pada hari hari untuk memakai pakaian yang ada dan memakai wangi-wangi dengan apa yang ada”
Hikmah
Setidaknya ada tiga hal hikmah dari anjuran ini. Pertama sebagai wujud syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan; kedua untuk mengagungkan hari raya; dan ketiga untuk mengagungkan malaikat yang hadir (di sekeliling manusia) pada hari raya.
Muhammad Thahir bin ‘Asyur dalam At-Tahrir wat Tanwir mengatakan di antara ekspresi syukur (kepada Allah) adalah memakai pakaian terbaik pada hari raya Idul Fitri.
Abu Sa’id Al-Khadimi dalam Bariqah Mahmadiyyah juga berkata: “Anjuran memakai baju bagus pada hari Jumat dan hari raya niscaya untuk mengagungkan waktu-waktu tersebut, bukan agar telihat baik dalam pandangan manusia; atau untuk mengagungkan malaikat yang hadir (di sekeliling manusia) pada waktu-waktu tersebut.”
Kemudian hadis, atsar, dan ijtihad ulama yang menganjurkan memakai baju terbaik pada hari raya ini dimaknai sebagai anjuran untuk memakai baju baru sebagaimana dikatakan oleh pakar fiqih Maliki Syekh Ahmad bin Ghunaim An-Nafrawi (wafat 1126 H/1714 M) dalam Al-Fawakihud Dawani, “Yang dimaksud dengan ‘baju baik’ (yang disunahkan) dalam hari raya adalah baju baru, meskipun berwarna hitam.”
Kendati demikian, berhias dan memakai pakaian baru pada Idul Fitri, meskipun disunahkan, kita tidak boleh terjebak pada sifat boros dan berlebihan dalam berpakaian atau berdandan.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS Al-Ahzab: 33). Wallahu a’lam.
Hikmah
Setidaknya ada tiga hal hikmah dari anjuran ini. Pertama sebagai wujud syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan; kedua untuk mengagungkan hari raya; dan ketiga untuk mengagungkan malaikat yang hadir (di sekeliling manusia) pada hari raya.
Muhammad Thahir bin ‘Asyur dalam At-Tahrir wat Tanwir mengatakan di antara ekspresi syukur (kepada Allah) adalah memakai pakaian terbaik pada hari raya Idul Fitri.
Abu Sa’id Al-Khadimi dalam Bariqah Mahmadiyyah juga berkata: “Anjuran memakai baju bagus pada hari Jumat dan hari raya niscaya untuk mengagungkan waktu-waktu tersebut, bukan agar telihat baik dalam pandangan manusia; atau untuk mengagungkan malaikat yang hadir (di sekeliling manusia) pada waktu-waktu tersebut.”
Kemudian hadis, atsar, dan ijtihad ulama yang menganjurkan memakai baju terbaik pada hari raya ini dimaknai sebagai anjuran untuk memakai baju baru sebagaimana dikatakan oleh pakar fiqih Maliki Syekh Ahmad bin Ghunaim An-Nafrawi (wafat 1126 H/1714 M) dalam Al-Fawakihud Dawani, “Yang dimaksud dengan ‘baju baik’ (yang disunahkan) dalam hari raya adalah baju baru, meskipun berwarna hitam.”
Kendati demikian, berhias dan memakai pakaian baru pada Idul Fitri, meskipun disunahkan, kita tidak boleh terjebak pada sifat boros dan berlebihan dalam berpakaian atau berdandan.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS Al-Ahzab: 33). Wallahu a’lam.
(mhy)