Kemuliaan Sejati Bagi Para Pemaaf

Rabu, 11 Mei 2022 - 12:24 WIB
loading...
A A A

Beliau hidup menderita dibawa kafilah dagang ke negeri Mesir. Nun jauh di sana. Dijual sebagai budak dengan nilai yang teramat murah. Terhitung, peristiwa memilukan tersebut terjadi hampir empat puluh tahun lamanya. Ya, empat puluh tahun terpisah dari pelukan sang ayah.

Kemudian apa yang terjadi? Setelah Allah mengangkat Yusuf menjadi nabi. Setelah Allah membebaskannya dari perbudakan. Menjadikannya bendaharawan Al-Aziz, raja Mesir. Setelah negeri Mesir berada di bawah kekuasaannya. Dan saudara-saudaranya yang dahulu berusaha membunuhnya datang. Memohon belas kasihan.

Di saat Nabi Yusuf memiliki kuasa atas mereka, apa yang beliau katakan,

قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ


“Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Yusuf: 92)

Lihatlah akhlak Nabi Yusuf, bahkan sebelum saudara-saudaranya meminta maaf, beliau sudah memberikan maaf. Bahkan memohonkan, agar Allah mengampuni mereka. Inilah contoh sifat pemaaf yang sesungguhnya.

2. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki sifat mulia. Begitu banyak sikap Beliau yang melukiskan contoh sifat pemaaf yang sesungguhnya.

Penduduk Thaif menghalau, menolak dakwah beliau. Mereka melempari Rasulullah dengan batu, sehingga tumit Rasulullah berdarah. Sepanjang perjalanan mereka terus melontarkan kata-kata kotor kepada Rasulullah. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sekuat tenaga, hanya bisa tertatih berjalan menjauh darinya.

Manakala malaikat penjaga gunung menawarkan untuk memindahkan gunung, dan menimpakannya kepada penduduk Thaif, Rasulullah menolak. Bahkan sebaliknya, beliau mendoakan, “Bahkan aku sangat berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang-tulang sulbi mereka, orang yang mau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (HR. Al-Bukhari No.3231)

Inilah Rasulullah, tantangan dakwah yang teramat berat menimpa beliau. Yang notabene menjadi musuh dakwah justru datang dari keluarga beliau sendiri. Gigi Rasul dibuat patah. Bertubi-tubi beliau disakiti. Berkali-kali beliau hendak dibunuh.

Beliau menahan sedih karena banyak sahabat beliau disiksa hingga syahid di tangan musuh. Beliau terusir dari Makkah, kota kelahiran yang beliau cintai. Tapi apa kata Rasulullah kepada kaum kafir Quraisy kala pasukan Islam menguasai Makkah,

اذْهَبُوا فَأَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ


“Pergilah kalian semua, saat ini kalian bebas.” (Tarikh ath-Thabari No. 758)

Di dalam hadis yang lain, terkisah kesabaran para nabi menghadapi umatnya,

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي نَبِيًّا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ فَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ رَبِّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ


“Abdullah mengatakan, seakan-akan aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan seorang Nabi yang ditempeleng oleh kaumnya sambil ia menyeka darah dari wajahnya dan memanjatkan doa; ‘ya Rabbi, ampunilah kaumku, sebab mereka adalah orang yang tidak tahu.” (HR. Bukhari No. 6417)



Wallahu A'lam
(wid)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2973 seconds (0.1#10.140)