Dituduh Menyimpang karena Tidak Menikah dan Menolak Makan Daging

Senin, 22 Juni 2020 - 11:35 WIB
loading...
A A A
Amir menjawab: “Silakan Anda bertanya sesuai dengan yang diinginkan amirul mukminin.”

Lalu wali Bashrah bertanya: ‘Mengapa Anda menjauhi sunnah Rasulullah dan tidak mau menikah?”

Beliau menjawab: “Aku tidak menikah bukan karena ingin menyimpang dan sunnah Rasulullah karena aku tahu bahwa tidak ada kerahiban (hidup membujang untuk beribadah) dalam Islam. Namun aku hanya memiliki satu jiwa saja, maka aku jadikan ia untuk Allah dan aku hawatir jika istriku kelak akan niengalahkan hal itu.”


Wali berkata: “Lalu mengapa Anda tidak mau makan daging?”

Beliau menjawab: “Aku bersedia memakannya bila aku berselera dan aku mendapatkannya. Namun apabila aku tidak berselera atau aku berselera namun tidak mendapatkannya maka aku tidak memakannya.”

Beliau ditanya lagi: “Mengapa Anda tidak mau makan keju?”

ahi Munkar

Beliau menjawab: “Sesungguhnya di daerah saya banyak tinggal orang-orang Majusi yang membuat keju, mereka adalah suatu kaum yang tidak membedakan antara bangkai dengan hewan yang disembelih, sehingga saya khawatir jika minyak yang merupakan satu bagian dari bahan pembuat keju berasal dari hewan yang tidak disembelih. Jika telah ada dua orang muslim yang melihat bahwa keju tersebut dibuat dari minyak hewan yang disembelih, tentulah aku akan memakannya.”

Beliau ditanya: “Apa yang menghalangi Anda untuk mendatangi pertemuan yang diadakan pemerintah dan menyaksikannya?”



Beliau menjawab: “Sesungguhnya di depan pintu kalian begitu banyak orang yang ingin dipenuhi hajatnya, maka undanglah mereka ke tempat kalian dan cukupilah kebutuhan mereka dengan apa yang kalian punya, dan biarkanlah orang yang tidak meminta kebutuhan kepada kalian.”

Usai pertemuan tersebut, jawaban Amir bin Abdillah ini dilaporkan pada amirul mukminin Utsman bin Affan dan khalifah memandang tidak ada indikasi menyimpang dan ketaatan atau keluar dari ahlus sunnah wal jama’ah pada diri Amir.



Hanya saja api kejahatan belum padam sampai di situ, isu yang membicarakan keburukan Amir bin Abdillah makin gencar, hingga nyaris saja terjadi fitnah antara pembela beliau dengan orang-orang yang menjadi saingannya, lalu Utsman bin Affan memerintahkan beliau untuk berpindah ke negeri Syam dan menjadikan negeri tersebut sebagai tempat tinggalnya.

Khalifah mewasiatkan wali kota Mu’awiyah bin Abi Sufyan untuk menyambut baik kedatangan dan menjaga kehormatannya.



Sampailah hari di mana Amir bin Abdillah memutuskan untuk pindah dari Bashrah. Para sahabat dan murid-murid beliau keluar untuk mengucapkan perpisahan dengan beliau.

Mereka mengantar beliau hingga sampai di Marbad, setibanya di sana beliau berkata kepada mereka: “Sesungguhnya saya adalah penyeru maka jagalah seruanku.” ( )

Lalu orang-orang melongok agar dapat melihat beliau dan mereka tenang tak bergerak dan mata mereka tertuju kepada beliau, sementara beliau mengangkat kedua tangannya dan berdo’a: ‘Ya Allah, orang yang telah menghasut dan mendustaiku serta menjadi sebab terusirnya aku dan negeriku, memisahkan antara diriku dengan para sahabatku, ya Allah sesungguhnya aku telah memaafkannya, maka maafkanlah dia. Berilah ia karunia kesehatan dalam agama dan dunianya. Limpahkanlah aku, dia dan juga seluruh kaum muslimin dengan rahmat-Mu, ampunan-Mu dan kebaikan-Mu wahai Yang Paling pengasih” kemudian beliau mengarahkan kendaraannya menuju Syam.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2721 seconds (0.1#10.140)