Hati-hati Meninggalkan Ibadah karena Takut Riya, Itulah Riya!
loading...
A
A
A
Terkadang banyak orang tak sadar telah terjebak ke dalam riya ketika beribadah. Para ulama mengatakan, orang yang meninggalkan amal ibadah karena takut riya, itulah riya.
Menurut bahasa, riya (الرياء) berasal dari kata الرؤية (ru'yah) yang artinya menampakkan. Riya adalah menampakkan ibadah atau amal kebaikan agar dilihat dan dipuji orang lain. Riya termasuk syirik kecil dan penyakit hati yang dapat menghilangkan pahala amal saleh.
Diceritakan, ulama Kharismatik asal Kalimantan Selatan Abah Guru Sekumpul (KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari) saat mudahnya sangat rajin beribadah. Berbeda dengan pemuda sebayanya yang suka bergaul dan senang bermain-main.
Sampai-sampai beliau disindir orang bahwa ibadah beliau karena riya. Dilansir dari akun @abahgurusekumpul, ketika masa mudanya beliau sering di mushalla, sholat dan beribadah. Ketika beberapa orang di mushalla itu sedang ngobrol dan berkata kepada teman-temannya:
"Zaman wahini (sekarang) banyak orang beribadah karena riya."
Abah Guru mendengar itu, beliau cuma berkata dalam hati: "Kasian orang itu.". Dan beliau tetap meneruskan ibadahnya.
Setelah menceritakan pengalaman di masa muda itu, Abah Guru Sekumpul berkata: "Janganlah beribadah karena minta (ingin) dilihat manusia (riya), dan jangan pula meninggalkan ibadah karena takut dibilang riya. Sebab, orang yang meninggalkan ibadah karena takut riya, itulah riya."
Apa yang disampaikan Abah Guru Sekumpul ini sejalan dengan perkataan Al-Fudhail bin 'Iyadh, beliau berkata: "Meninggalkan amal karena manusia adalah riya', sedangkan beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah apabila Allah menyelamatkanmu dari keduanya."
Memang seharusnya seorang muslim takut dan khawatir terhadap riya. Namun tidak boleh berlebihan sehingga menyebabkannya meninggalkan amal shalih dan ketaatan.
Karena meninggalkan amal karena takut riya termasuk tipu daya setan. Karena setan, pada satu kondisi berusaha menjerumuskan seorang hamba ke dalam riya untuk merusak amalnya.
Pada kondisi yang lain menipunya dengan meninggalkan amal karena takut riya supaya tidak melakukan amal saleh. Disinilah halusnya tipu daya setan. Padahal dia diperintahkan untuk beramal dan bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan dengan berharap ridha Allah dan meninggalkan godaan setan dan tipu dayanya.
Maka siapa yang sudah berazam menjalankan satu ibadah lalu meninggalkannya karena takut riya, sebenarnya dia telah berbuat riya. Karena dia meninggakan amal karena manusia.
Tetapi jika meninggalkannya untuk dikerjakan saat sendirian, maka ini dianjurkan kecuali pada amal-amal wajib (seperti sholat fardhu.
Agar selamat dari riya kata Abah Guru Sekumpul, jangan merasa ibadah itu perbuatan kita. Intinya semuanya fi'lulloh atau perbuatan Allah.
Teruslah beramal dan berbuat kebaikan, jika kita istiqomah insya Allah akan dianugerahi sifat ikhlas. Orang yang beramal lebih baik daripada orang yang diam bermalas-malasan tanpa berbuat apa-apa atau yang sia-sia. Semoga Allah memelihar kita dari sifat Riya.
Wallahu A'lam
Menurut bahasa, riya (الرياء) berasal dari kata الرؤية (ru'yah) yang artinya menampakkan. Riya adalah menampakkan ibadah atau amal kebaikan agar dilihat dan dipuji orang lain. Riya termasuk syirik kecil dan penyakit hati yang dapat menghilangkan pahala amal saleh.
Diceritakan, ulama Kharismatik asal Kalimantan Selatan Abah Guru Sekumpul (KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Al-Banjari) saat mudahnya sangat rajin beribadah. Berbeda dengan pemuda sebayanya yang suka bergaul dan senang bermain-main.
Sampai-sampai beliau disindir orang bahwa ibadah beliau karena riya. Dilansir dari akun @abahgurusekumpul, ketika masa mudanya beliau sering di mushalla, sholat dan beribadah. Ketika beberapa orang di mushalla itu sedang ngobrol dan berkata kepada teman-temannya:
"Zaman wahini (sekarang) banyak orang beribadah karena riya."
Abah Guru mendengar itu, beliau cuma berkata dalam hati: "Kasian orang itu.". Dan beliau tetap meneruskan ibadahnya.
Setelah menceritakan pengalaman di masa muda itu, Abah Guru Sekumpul berkata: "Janganlah beribadah karena minta (ingin) dilihat manusia (riya), dan jangan pula meninggalkan ibadah karena takut dibilang riya. Sebab, orang yang meninggalkan ibadah karena takut riya, itulah riya."
Apa yang disampaikan Abah Guru Sekumpul ini sejalan dengan perkataan Al-Fudhail bin 'Iyadh, beliau berkata: "Meninggalkan amal karena manusia adalah riya', sedangkan beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah apabila Allah menyelamatkanmu dari keduanya."
Memang seharusnya seorang muslim takut dan khawatir terhadap riya. Namun tidak boleh berlebihan sehingga menyebabkannya meninggalkan amal shalih dan ketaatan.
Karena meninggalkan amal karena takut riya termasuk tipu daya setan. Karena setan, pada satu kondisi berusaha menjerumuskan seorang hamba ke dalam riya untuk merusak amalnya.
Pada kondisi yang lain menipunya dengan meninggalkan amal karena takut riya supaya tidak melakukan amal saleh. Disinilah halusnya tipu daya setan. Padahal dia diperintahkan untuk beramal dan bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan dengan berharap ridha Allah dan meninggalkan godaan setan dan tipu dayanya.
Maka siapa yang sudah berazam menjalankan satu ibadah lalu meninggalkannya karena takut riya, sebenarnya dia telah berbuat riya. Karena dia meninggakan amal karena manusia.
Tetapi jika meninggalkannya untuk dikerjakan saat sendirian, maka ini dianjurkan kecuali pada amal-amal wajib (seperti sholat fardhu.
Agar selamat dari riya kata Abah Guru Sekumpul, jangan merasa ibadah itu perbuatan kita. Intinya semuanya fi'lulloh atau perbuatan Allah.
Teruslah beramal dan berbuat kebaikan, jika kita istiqomah insya Allah akan dianugerahi sifat ikhlas. Orang yang beramal lebih baik daripada orang yang diam bermalas-malasan tanpa berbuat apa-apa atau yang sia-sia. Semoga Allah memelihar kita dari sifat Riya.
Wallahu A'lam
(rhs)