Berikut Ini Hadis Dha'if Mengenai Kiamat dan Hadis Palsu tentang Al-Mahdi
loading...
A
A
A
Ada sejumlah hadis dhaif terkait hari kiamat juga hadis palsu terkait Imam Al-Mahdi . Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani menyebut salah satu hadis dhaifmengenai kiamat ituberbunyi:
"Pada hari kiamat nanti, semua manusia berdiri berbaris. Lalu lewatlah seorang dari ahli neraka seraya berkata kepada seseorang, 'Wahai Fulan! Ingatkah ketika engkau meminta air minum, lalu aku memberimu minuman?' Maka ia diberi syafaat.
Kemudian ia berkata kepada yang lain, 'Wahai Fulan! Ingatkah engkau ketika aku memberi air suci untuk berwudhu?' Maka ia diberi syafaat.
Kemudian ia berkata kepada yang lain lagi, 'Wahai Fulan! Ingatkah kau ketika menyuruhku mengerjakan keperluan ini dan keperluan itu kemudian aku mendatangimu memenuhi permintaanmu?' Maka ia diberi syafaat."
"Hadis ini dha'if," ujar Al-Albani dalam kitabnya berjudul "Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah" dan telah diterjemahkan AM Basamalah menjadi "Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'".
Menurutnya, hadis ini telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/394, dari sanad Yazid ar-Raqasyi. Ibnu Hajar berkata, "Yazid ar-Raqasyi adalah Ibnu Aban yang dikenal dha'ifnya oleh pakar hadis." (at-Taqrib II/50-51).
Hadis kedua lebih rendah lagi yakni hadis maudhu atau palsu. Hadis palsu itu berbunyi: "Bila di akhir zaman nanti terjadi perbedaan hawa nafsu, maka hendaklah kalian berpegang pada agama orang-orang badui dan kaum wanita."
"Ini adalah hadis maudhu'," ujar al-Albani. Ibnu Thahir menyatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Ibnu Bilimani seorang yang termasuk deretan perawi hadis yang tertuduh (pendusta).
Dari sanad Ibnu Hibban, oleh Ibnul Jauzi dimasukkan ke dalam deretan hadis-hadis maudhu'. "Tampak di situ adanya aib lain yaitu orang yang meriwayatkan dari al-Bilimani bernama Muhammad bin Harits. Orang ini dha'if. Bahkan oleh Ibnu Adi dikatakan bahwa seluruh perawinya sangat lemah," katanya.
Hadis selanjutnya, tentang al-Mahdi yang berbunyi: "Tidak ada al-Mahdi kecuali Isa as"
Menurut al-Albani, hadits ini munkar. Ia telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/ 495, juga oleh al-Hakim IV/441, Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya Jami' al-Ilmi I/155, dari sanad Muhammad bin Khalid al-Jundi, dari Ibnu Aban biin Shaleh, dari al-Hasan, dari Anas.
"Menurut saya, sanad ini sangat lemah," katanya.
Kelemahannya terletak pada 3 hal, yaitu:
1. 'An 'anah (maksudnya yang sanadnya dengan menggunakan kata 'an Fulan, 'an Fulan dan seterusnya). Hasan Basri, terbukti telah dengan sengaja pernah mencampur-aduk riwayat.
2. Kemajhulan perawi Muhammad bin Khalid seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib.
3. Perselisihan dan perbedaan sanadnya. Al-Baihaqi berkata, "Al-Hafizh Abu Abdullah menyatakan bahwa Muhammad bin Khalid adalah majhul, tidak dikenal di kalangan pakar hadis."
Adz-Dzahabi berkata, "Riwayat ini munkar sambil mengutarakan hadis serupa dengan sanad dari Ibnu Abi Ayyasyi dari Hasan secara mursal (terhenti sanadnya sampai kepada tabiin atau sahabat; penj.)."
Ringkasnya, hadis-hadis yang menyatakan akan munculnya al-Mahdi di akhir zaman nanti adalah sahih. Diriwayatkan oleh seluruh ashabus sunan dan sahihain.
Hadis dha'if yang oleh ash-Shaghani dan Asy Syaukani bahkan dinyatakan maudhu' ini adalah riwayat yang dijadikan landasan dalil bagi firqah Ahmadiyah dalam usahanya menguatkan anggapan mereka (para pengikutnya) bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi. Kemudian ia mendakwa sebagai Isa, atas dasar hadis tersebut tadi.
Dakwaan Mirza ini telah banyak menggoyahkan iman kaum dhuafa' yang pengetahuan agamanya sangat minim. Dan seperti biasa, para penyeru ajakan yang batil selalu hanya diikuti oleh orang-orang yang lemah imannya dan sangat minim pengetahuan agamanya. Wallahul musta'an.
Selanjutnya hadis maudhu berbunyi: "Al-Mahdi adalah anak dari keturunan al-Abbas pamanku."
Menurut Al-Albani, hadis ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Daru Quthni dalam kitab al-Afrad. Ia berkata, "Riwayat ini dengan sanad tunggal Muhammad bin al-Walid. Karena itu, merupakan riwayat yang gharib (asing)."
"Menurut saya, ia itu termasuk sederetan perawi yang tertuduh. Bahkan Ibnu Adi menyatakannya sebagai pemalsu (hadis)," kata al-Albani.
Sebagai bukti kepalsuannya, menurutnya, hadis tersebut telah menyalahi makna hadis sahih, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Al-Mandi adalah keturunan dari anak Fatimah." (HR Abu Daud, 11/207, Ibnu Majah, II/ 519, al-Hakim, IV/557, dari sanad Ziyad bin Bayan, dan seterusnya yang semuanya tsiqah).
Hadis maudhu lainnya berbunyi:
"Wahai Abbas, sesungguhnya Allah telah membuka perkara ini dengan keberadaanku, kelak akan disudahi oleh seorang anak laki-laki dari keturunanmu, yang bakal menyebar keadilan sebagaimana tersebarnya kezaliman. Dialah yang akan menjadi imam kala sholat bersama Nabi Isa as"
Al-Albani mengatakan hadis ini maudhu' dan telah diriwayatkan oleh al-Khatib dalam kitab Tarikh Baghdad IV/177, dengan sanad dari Ahmad bin al-Hajaj bin Shalt, dari Said bin Sulaiman dari Khalaf bin Khalifah dari Mughirah dari Ibrahim dari al-Qamah dari Amar bin Yasir ra.
"Menurut saya, semua sanadnya masyhur dan tsiqah dari deretan perawi-perawi yang digunakan Imam Muslim, kecuali Ahmad bin al-Hajjaj. Ia telah tercela, seperti yang dinyatakan oleh adz-Dzahabi. Kemudian hadis tersebut telah dirangkum oleh Ibnul Jauzi dalam keterangan hadis-hadis maudhu'," katanya.
Menurut al-Albani, adapun bahwa Imam Mahdi sholat dan menjadi imam bagi Nabi Isa ketika turun kelak adalah benar adanya seperti yang tertera dalam banyak hadis sahih, dalam Kutubus Sunan.
Hadis maudhu lainnya berbunyi: "Maukah aku beri kabar gembira wahai Abul Fazl (al-Abbas)? Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah membuka bagiku perkara ini dan Ia akan mengakhirinya dari keturunanmu."
Ini hadis maudhu' dan telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab al-Haliyyah I/35 dari sanad Lahij bin Ja'far at-Taimi, dari Abdul Azis bin Abdus Samad al-Ami, dari Ali bin Zaid bin Jad'an, dari Said bin Musayyab, dari Abu Hurairah r.a.
"Menurut saya, Lahij bin Ja'far tercela," ujar al-Albani.
Ibnu Adi berkata bahwa ia adalah perawi dari Baghdad yang majhul yang telah meriwayatkan dari perawi tsiqah (kuat; dapat dipercaya) dengan mencampur-aduk dengan riwayat-riwayat munkar.
Bahkan adz-Dzahabi berkata, "Demi Allah, riwayat ini merupakan hadis-hadis maudhu' yang sangat besar dustanya. Dan semoga Allah mengutuk siapa saja yang tidak menyukai Ali."
"Satu hal yang perlu diperhatikan oleh para penuntut ilmu, kata al-Albani, jika telah mengetahui kelemahan dan kepalsuan hadis-hadis ini dan yang sebelumnya, tidak perlu bersusah payah menentukan hadis sahih yang baru saya sebutkan tadi bahwa al-Mahdi adalah anak keturunan Fatimah. Wallahu Waliyyut Taufiq," ujar al-Albani.
"Pada hari kiamat nanti, semua manusia berdiri berbaris. Lalu lewatlah seorang dari ahli neraka seraya berkata kepada seseorang, 'Wahai Fulan! Ingatkah ketika engkau meminta air minum, lalu aku memberimu minuman?' Maka ia diberi syafaat.
Kemudian ia berkata kepada yang lain, 'Wahai Fulan! Ingatkah engkau ketika aku memberi air suci untuk berwudhu?' Maka ia diberi syafaat.
Kemudian ia berkata kepada yang lain lagi, 'Wahai Fulan! Ingatkah kau ketika menyuruhku mengerjakan keperluan ini dan keperluan itu kemudian aku mendatangimu memenuhi permintaanmu?' Maka ia diberi syafaat."
"Hadis ini dha'if," ujar Al-Albani dalam kitabnya berjudul "Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah" dan telah diterjemahkan AM Basamalah menjadi "Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'".
Menurutnya, hadis ini telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/394, dari sanad Yazid ar-Raqasyi. Ibnu Hajar berkata, "Yazid ar-Raqasyi adalah Ibnu Aban yang dikenal dha'ifnya oleh pakar hadis." (at-Taqrib II/50-51).
Hadis kedua lebih rendah lagi yakni hadis maudhu atau palsu. Hadis palsu itu berbunyi: "Bila di akhir zaman nanti terjadi perbedaan hawa nafsu, maka hendaklah kalian berpegang pada agama orang-orang badui dan kaum wanita."
"Ini adalah hadis maudhu'," ujar al-Albani. Ibnu Thahir menyatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Ibnu Bilimani seorang yang termasuk deretan perawi hadis yang tertuduh (pendusta).
Dari sanad Ibnu Hibban, oleh Ibnul Jauzi dimasukkan ke dalam deretan hadis-hadis maudhu'. "Tampak di situ adanya aib lain yaitu orang yang meriwayatkan dari al-Bilimani bernama Muhammad bin Harits. Orang ini dha'if. Bahkan oleh Ibnu Adi dikatakan bahwa seluruh perawinya sangat lemah," katanya.
Hadis selanjutnya, tentang al-Mahdi yang berbunyi: "Tidak ada al-Mahdi kecuali Isa as"
Menurut al-Albani, hadits ini munkar. Ia telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/ 495, juga oleh al-Hakim IV/441, Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya Jami' al-Ilmi I/155, dari sanad Muhammad bin Khalid al-Jundi, dari Ibnu Aban biin Shaleh, dari al-Hasan, dari Anas.
"Menurut saya, sanad ini sangat lemah," katanya.
Kelemahannya terletak pada 3 hal, yaitu:
1. 'An 'anah (maksudnya yang sanadnya dengan menggunakan kata 'an Fulan, 'an Fulan dan seterusnya). Hasan Basri, terbukti telah dengan sengaja pernah mencampur-aduk riwayat.
2. Kemajhulan perawi Muhammad bin Khalid seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib.
3. Perselisihan dan perbedaan sanadnya. Al-Baihaqi berkata, "Al-Hafizh Abu Abdullah menyatakan bahwa Muhammad bin Khalid adalah majhul, tidak dikenal di kalangan pakar hadis."
Adz-Dzahabi berkata, "Riwayat ini munkar sambil mengutarakan hadis serupa dengan sanad dari Ibnu Abi Ayyasyi dari Hasan secara mursal (terhenti sanadnya sampai kepada tabiin atau sahabat; penj.)."
Ringkasnya, hadis-hadis yang menyatakan akan munculnya al-Mahdi di akhir zaman nanti adalah sahih. Diriwayatkan oleh seluruh ashabus sunan dan sahihain.
Hadis dha'if yang oleh ash-Shaghani dan Asy Syaukani bahkan dinyatakan maudhu' ini adalah riwayat yang dijadikan landasan dalil bagi firqah Ahmadiyah dalam usahanya menguatkan anggapan mereka (para pengikutnya) bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi. Kemudian ia mendakwa sebagai Isa, atas dasar hadis tersebut tadi.
Dakwaan Mirza ini telah banyak menggoyahkan iman kaum dhuafa' yang pengetahuan agamanya sangat minim. Dan seperti biasa, para penyeru ajakan yang batil selalu hanya diikuti oleh orang-orang yang lemah imannya dan sangat minim pengetahuan agamanya. Wallahul musta'an.
Selanjutnya hadis maudhu berbunyi: "Al-Mahdi adalah anak dari keturunan al-Abbas pamanku."
Menurut Al-Albani, hadis ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Daru Quthni dalam kitab al-Afrad. Ia berkata, "Riwayat ini dengan sanad tunggal Muhammad bin al-Walid. Karena itu, merupakan riwayat yang gharib (asing)."
"Menurut saya, ia itu termasuk sederetan perawi yang tertuduh. Bahkan Ibnu Adi menyatakannya sebagai pemalsu (hadis)," kata al-Albani.
Sebagai bukti kepalsuannya, menurutnya, hadis tersebut telah menyalahi makna hadis sahih, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Al-Mandi adalah keturunan dari anak Fatimah." (HR Abu Daud, 11/207, Ibnu Majah, II/ 519, al-Hakim, IV/557, dari sanad Ziyad bin Bayan, dan seterusnya yang semuanya tsiqah).
Hadis maudhu lainnya berbunyi:
"Wahai Abbas, sesungguhnya Allah telah membuka perkara ini dengan keberadaanku, kelak akan disudahi oleh seorang anak laki-laki dari keturunanmu, yang bakal menyebar keadilan sebagaimana tersebarnya kezaliman. Dialah yang akan menjadi imam kala sholat bersama Nabi Isa as"
Al-Albani mengatakan hadis ini maudhu' dan telah diriwayatkan oleh al-Khatib dalam kitab Tarikh Baghdad IV/177, dengan sanad dari Ahmad bin al-Hajaj bin Shalt, dari Said bin Sulaiman dari Khalaf bin Khalifah dari Mughirah dari Ibrahim dari al-Qamah dari Amar bin Yasir ra.
"Menurut saya, semua sanadnya masyhur dan tsiqah dari deretan perawi-perawi yang digunakan Imam Muslim, kecuali Ahmad bin al-Hajjaj. Ia telah tercela, seperti yang dinyatakan oleh adz-Dzahabi. Kemudian hadis tersebut telah dirangkum oleh Ibnul Jauzi dalam keterangan hadis-hadis maudhu'," katanya.
Menurut al-Albani, adapun bahwa Imam Mahdi sholat dan menjadi imam bagi Nabi Isa ketika turun kelak adalah benar adanya seperti yang tertera dalam banyak hadis sahih, dalam Kutubus Sunan.
Hadis maudhu lainnya berbunyi: "Maukah aku beri kabar gembira wahai Abul Fazl (al-Abbas)? Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah membuka bagiku perkara ini dan Ia akan mengakhirinya dari keturunanmu."
Ini hadis maudhu' dan telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab al-Haliyyah I/35 dari sanad Lahij bin Ja'far at-Taimi, dari Abdul Azis bin Abdus Samad al-Ami, dari Ali bin Zaid bin Jad'an, dari Said bin Musayyab, dari Abu Hurairah r.a.
"Menurut saya, Lahij bin Ja'far tercela," ujar al-Albani.
Ibnu Adi berkata bahwa ia adalah perawi dari Baghdad yang majhul yang telah meriwayatkan dari perawi tsiqah (kuat; dapat dipercaya) dengan mencampur-aduk dengan riwayat-riwayat munkar.
Bahkan adz-Dzahabi berkata, "Demi Allah, riwayat ini merupakan hadis-hadis maudhu' yang sangat besar dustanya. Dan semoga Allah mengutuk siapa saja yang tidak menyukai Ali."
"Satu hal yang perlu diperhatikan oleh para penuntut ilmu, kata al-Albani, jika telah mengetahui kelemahan dan kepalsuan hadis-hadis ini dan yang sebelumnya, tidak perlu bersusah payah menentukan hadis sahih yang baru saya sebutkan tadi bahwa al-Mahdi adalah anak keturunan Fatimah. Wallahu Waliyyut Taufiq," ujar al-Albani.
(mhy)