Salim Maula Abu Hudzaifah: Tak Jelas Nasabnya, tapi Berani Menentang Khalid Bin Walid
loading...
A
A
A
Salim telah beriman dengan benar dan menempuh jalan menuju Allah bersama orang-orang yang takwa dan berbakti. Kehormatan dan kedudukannya dalam masyarakat tidak bisa diukur lagi. Karena berkat ketakwaan dan keikhlasannya, ia telah meningkat dirinya ke taraf yang tinggi dalam kehidupan masyarakat baru yang sengaja hendak dibangkitkan dan ditegakkan oleh Islam berdasarkan prinsip baru yang adil dan luhur. Prinsip itu tersimpul dalam ayat mulia berikut ini:
"Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS Al-Hujurat: 13)
Selain itu ditambah dengan sabda Rasulullah, “Tiada kelebihan bagi bangsa Arab atas selain bangsa Arab kecuali takwa, dan tidak ada kelebihan bagi seorang keturunan kulit putih atas seorang keturunan kulit hitam kecuali takwa.”
Pada masyarakat baru yang maju ini, Abu Hudzaifah merasa dirinya terhormat bila menjadi wali bagi seseorang yang dulunya menjadi budaknya. Bahkan, ia menganggap itu sebagai kemuliaan bagi keluarganya.
Ia mengawinkan Salim dengan keponakannya, Fathimah binti Al-Walid bin Utbah. Dalam masyarakat baru yang maju dan telah menghancurkan pembagian kasta yang tidak adil dan menghapus rasialisme palsu, dengan kebenaran dan kejujurannya, serta keimanan dan pengabdiannya, Salim selalu menempatkan dirinya dalam barisan pertama.
Tidak salah bila ia menjadi imam bagi orang-orang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah setiap sholat mereka di Masjid Quba'.
Ia menjadi andalan tempat bertanya tentang Kitab Allah, hingga Nabi menyuruh kaum muslimin belajar darinya. Ia banyak berbuat kebaikan dan memiliki keunggulan yang menyebabkan Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam golonganku, seseorang seperti dirimu.”
Bahkan, rekan-rekannya sesama orang beriman menyebutnya, “Salim salah seorang di antara orang-orang saleh.”
Melawan Khalid bin Walid
Riwayat hidup Salim tidak berbeda dengan riwayat hidup Bilal, riwayat hidup sepuluh sahabat Nabi ahli ibadah, dan riwayat hidup para sahabat lainnya yang sebelum memasuki Islam hidup sebagai budak beliau yang hina dan miskin.
Ia diangkat oleh Islam dengan mendapat kesempurnaan petunjuk, sehingga ia menjadi penuntun umat ke jalan yang benar. Ia juga menjadi tokoh penentang kezaliman sebagai kesatria di medan laga.
Pada diri Salim terhimpun keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam Islam. Keutamaan-keutamaan itu berkumpul pada dirinya dan bersinar di lingkungan sekitarnya, sementara keimanannya yang mendalam mengatur semua itu menjadi suatu susunan yang sangat indah.
Kelebihannya yang paling menonjol pada dirinya ialah mengemukakan apa yang benar secara terus terang. Ia tidak menutup mulut terhadap suatu kalimat yang seharusnya diucapkannya, dan ia tidak mungkin mengkhianati hidupnya dengan berdiam diri terhadap kesalahan yang menekan jiwanya.
Setelah Mekkah dibebaskan oleh kaum muslimin, Rasulullah SAW mengirimkan beberapa rombongan ke kampung-kampung dan suku-suku Arab sekeliling Mekkah, dan menyampaikan kepada penduduknya bahwa Rasulullah SAW sengaja mengirim mereka itu untuk berdakwah, bukan untuk berperang. Sebagai pemimpin dari salah satu pasukan ialah Khalid bin Al-Walid .
Ketika Khalid sampai di tempat yang dituju, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkannya terpaksa menggunakan senjata dan menumpahkan darah. Ketika peristiwa ini sampai kepada Nabi SAW beliau memohon ampun kepada Rabbnya sangat lama sekali sambil berkata, “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh Khalid.”
Umar juga memiliki kesan tersendiri terhadap Khalid. Ia pun mengambil perhatian khusus terhadap pribadi Khalid dengan ungkapan, “Ada kezaliman dalam pedang Khalid."
Salim Maula Abu Hudzaifah ikut dalam satuan yang dipimpin oleh Khalid ini bersama sahabat-sahabat lainnya. Ketika Salim melihat perbuatan Khalid itu, ia menegurnya dengan sengit dan menjelaskan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya.
Khalid, pahlawan besar masa jahiliah dan Islam itu, pada awalnya hanya diam dan mendengarkan apa yang dikemukakan temannya itu, kemudian membela dirinya, sehingga pada akhirnya meningkat menjadi perdebatan yang sengit. Tetapi, Salim tetap berpegang pada pendiriannya dan mengungkapkannya tanpa rasa takut atau bermanis mulut.
Ketika itu ia memandang Khalid bukan sebagai salah seorang bangsawan Mekkah, dan ia pun tidak merendah diri karena dahulu ia seorang budak. Hal ini tidak mempengaruhinya sama sekali karena Islam telah menyamakan mereka.