Kisah Dzulqarnain dan Hancurnya Islam di Baghdad oleh Yakjuj dan Makjuj
loading...
A
A
A
Thabathaba’i menulis bahwa dalam bahasa Cina kata tersebut adalah Munkuk atau Muncuk. Mereka adalah putra Adam, yakni Yafist, leluhur orang Turki.
Ada juga yang berpendapat mereka adalah orang-orang Mongol. Salah seorang penganut paham ini adalah Thabathaba’i. Sedang Thahir Ibn ‘Asyur cenderung memahami Yakjuj dan Makjuj adalah aneka suku, atau satu bangsa yang memiliki dua suku besar yaitu Tatar dan Mongol. Atau asal mereka adalah Makjuj lalu suku-sukunya disebut dengan berbagai nama, antara lain Yakjuj, Tatar, Turkuman dan Turki. "Demikian sedikit dari banyak pendapat tentang mereka," tutur Quraish Shihab.
Mendapat tawaran akan upah, Dzulkarnain pun menjawab, "Apa-apa yang telah Allah karuniakan kepadaku yaitu ilmu, pengetahuan yang cukup, kerajaan besar, kekuasaan yang luas dan kekayaan yang melimpah ruah itu adalah lebih baik dari pada upah yang kamu sodorkan kepadaku, maka kami ucapkan terima kasih atas segala kebaikanmu itu dan aku hanya memerlukan bantuan kekuatan tenaga manusia dan alat-alat agar aku dapat membuatkan benteng antara kamu dan mereka."
Jawaban ini tercantum dalam al-Quran Surat Al-Kahfi (18) ayat 95-98:
قَالَ مَا مَكَّنِّىۡ فِيۡهِ رَبِّىۡ خَيۡرٌ فَاَعِيۡنُوۡنِىۡ بِقُوَّةٍ اَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا
اٰتُوۡنِىۡ زُبَرَ الۡحَدِيۡدِ ؕ حَتّٰٓى اِذَا سَاوٰى بَيۡنَ الصَّدَفَيۡنِ قَالَ انْـفُخُوۡا ؕ حَتّٰٓى اِذَا جَعَلَهٗ نَارًا ۙ قَالَ اٰتُوۡنِىۡۤ اُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرًا ؕ
فَمَا اسۡطَاعُوۡۤا اَنۡ يَّظۡهَرُوۡهُ وَمَا اسۡتَطَاعُوۡا لَهٗ نَـقۡبًا
قَالَ هٰذَا رَحۡمَةٌ مِّنۡ رَّبِّىۡ ۚ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّىۡ جَعَلَهٗ دَكَّآءَ ۚ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّىۡ حَقًّا ؕ
Dia (Zulkarnain) berkata, "Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka.
Berilah aku potongan-potongan besi!" Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, "Tiuplah (api itu)!" Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu)."
Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya.
Dia (Zulkarnain) berkata, "(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar." ( QS Al-Kahfi (18 ) : 95-98)
Benteng yang Kukuh
Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah menjelaskan, kata radman adalah benteng dan pembendung yang kukuh. Ia adalah sesuatu yang diletakkan di atas sesuatu yang lain sehingga saling berdempet. Ini menjadikannya jauh lebih kokoh daripada apa yang dinamai sadd yang juga dapat bermakna benteng atau pembendung.
Ini berarti Dzulqarnain menjanjikan mereka membangun benteng yang lebih baik dan kokoh daripada yang mereka minta. Kata zubr adalah bentuk jamak dari kata zubrah yaitu potongan-potongan besi yang besar. Tentu saja bangunan itu bukan hanya dari besi dan tembaga semata-mata, tetapi juga batu dan lain-lain.
Hanya saja karena besi itu yang terpenting apalagi tidak semudah menemukan batu, sekaligus untuk menggambarkan kekukuhannya, maka besi itulah yang secara khusus disebut di sini.
Kata ash-shadafain adalah bentuk dual dari kata ash-shadaf yaitu sisi dari suatu gunung. Kata ini tidak digunakan kecuali dalam bentuk dual. Asal katanya bermakna bertemu, sehingga tentu saja pertemuan memerlukan dua pihak.
Dari sini kata yang digunakan al-Qur’an ini berarti kedua sisi gunung. Maksudnya, besi yang ditumpuk tersebut telah memenuhi kedua sisi pertemuan kedua gunung dan telah rata dengan kedua puncak gunung itu. Kata qithran terambil dari kata qathara yakni menetes. Yang dimaksud di sini adalah tembaga yang mencair.
Salah satu cara yang ditempuh dewasa ini untuk menguatkan besi adalah mencampurkannya dengan kadar tertentu dari tembaga. Dengan demikian petunjuk yang diberikan Allah kepada Dzulqarnain itu dan diabadikan dalam kitab suci al-Qur’an ini merupakan salah satu hakikat yang mendahului penemuan ilmiah sekian abad lamanya.
Setelah dinding yang berlapis-lapis itu selesai terbangun dan masyarakat pun menerimanya dengan penuh sukacita, Dzulqarnain bersyukur kepada Allah SWT
Hancurnya Benteng
Allah SWT berfirman:
Ada juga yang berpendapat mereka adalah orang-orang Mongol. Salah seorang penganut paham ini adalah Thabathaba’i. Sedang Thahir Ibn ‘Asyur cenderung memahami Yakjuj dan Makjuj adalah aneka suku, atau satu bangsa yang memiliki dua suku besar yaitu Tatar dan Mongol. Atau asal mereka adalah Makjuj lalu suku-sukunya disebut dengan berbagai nama, antara lain Yakjuj, Tatar, Turkuman dan Turki. "Demikian sedikit dari banyak pendapat tentang mereka," tutur Quraish Shihab.
Mendapat tawaran akan upah, Dzulkarnain pun menjawab, "Apa-apa yang telah Allah karuniakan kepadaku yaitu ilmu, pengetahuan yang cukup, kerajaan besar, kekuasaan yang luas dan kekayaan yang melimpah ruah itu adalah lebih baik dari pada upah yang kamu sodorkan kepadaku, maka kami ucapkan terima kasih atas segala kebaikanmu itu dan aku hanya memerlukan bantuan kekuatan tenaga manusia dan alat-alat agar aku dapat membuatkan benteng antara kamu dan mereka."
Jawaban ini tercantum dalam al-Quran Surat Al-Kahfi (18) ayat 95-98:
قَالَ مَا مَكَّنِّىۡ فِيۡهِ رَبِّىۡ خَيۡرٌ فَاَعِيۡنُوۡنِىۡ بِقُوَّةٍ اَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا
اٰتُوۡنِىۡ زُبَرَ الۡحَدِيۡدِ ؕ حَتّٰٓى اِذَا سَاوٰى بَيۡنَ الصَّدَفَيۡنِ قَالَ انْـفُخُوۡا ؕ حَتّٰٓى اِذَا جَعَلَهٗ نَارًا ۙ قَالَ اٰتُوۡنِىۡۤ اُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرًا ؕ
فَمَا اسۡطَاعُوۡۤا اَنۡ يَّظۡهَرُوۡهُ وَمَا اسۡتَطَاعُوۡا لَهٗ نَـقۡبًا
قَالَ هٰذَا رَحۡمَةٌ مِّنۡ رَّبِّىۡ ۚ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّىۡ جَعَلَهٗ دَكَّآءَ ۚ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّىۡ حَقًّا ؕ
Dia (Zulkarnain) berkata, "Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka.
Berilah aku potongan-potongan besi!" Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, "Tiuplah (api itu)!" Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu)."
Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya.
Dia (Zulkarnain) berkata, "(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar." ( QS Al-Kahfi (18 ) : 95-98)
Benteng yang Kukuh
Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah menjelaskan, kata radman adalah benteng dan pembendung yang kukuh. Ia adalah sesuatu yang diletakkan di atas sesuatu yang lain sehingga saling berdempet. Ini menjadikannya jauh lebih kokoh daripada apa yang dinamai sadd yang juga dapat bermakna benteng atau pembendung.
Ini berarti Dzulqarnain menjanjikan mereka membangun benteng yang lebih baik dan kokoh daripada yang mereka minta. Kata zubr adalah bentuk jamak dari kata zubrah yaitu potongan-potongan besi yang besar. Tentu saja bangunan itu bukan hanya dari besi dan tembaga semata-mata, tetapi juga batu dan lain-lain.
Hanya saja karena besi itu yang terpenting apalagi tidak semudah menemukan batu, sekaligus untuk menggambarkan kekukuhannya, maka besi itulah yang secara khusus disebut di sini.
Kata ash-shadafain adalah bentuk dual dari kata ash-shadaf yaitu sisi dari suatu gunung. Kata ini tidak digunakan kecuali dalam bentuk dual. Asal katanya bermakna bertemu, sehingga tentu saja pertemuan memerlukan dua pihak.
Dari sini kata yang digunakan al-Qur’an ini berarti kedua sisi gunung. Maksudnya, besi yang ditumpuk tersebut telah memenuhi kedua sisi pertemuan kedua gunung dan telah rata dengan kedua puncak gunung itu. Kata qithran terambil dari kata qathara yakni menetes. Yang dimaksud di sini adalah tembaga yang mencair.
Salah satu cara yang ditempuh dewasa ini untuk menguatkan besi adalah mencampurkannya dengan kadar tertentu dari tembaga. Dengan demikian petunjuk yang diberikan Allah kepada Dzulqarnain itu dan diabadikan dalam kitab suci al-Qur’an ini merupakan salah satu hakikat yang mendahului penemuan ilmiah sekian abad lamanya.
Setelah dinding yang berlapis-lapis itu selesai terbangun dan masyarakat pun menerimanya dengan penuh sukacita, Dzulqarnain bersyukur kepada Allah SWT
Hancurnya Benteng
Allah SWT berfirman: