Cara Memanfaatkan Waktu di Dunia Menurut Pandangan Ulama
loading...
A
A
A
Singkatnya waktu di dunia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kaum muslim. Para ulama merupakan teladan kita dalam masalah memanfaatkan waktu sebaik-baiknya di dunia ini. Mereka bisa meraih ilmu sebanyak dan sekuat itu, tidak lain, karena waktu yang diberikan kepada mereka bisa termanfaatkan dengan penuh optimal.
Dirangkum dari berbagai sumber, inilah mutiara nasihat ulama tentang memanfaatkan waktu tersebut, di antaranya:
1. Imam Al Ghazali
“Waktumu adalah umurmu. Umurmu adalah modal utamamu. Itulah yang bisa kau niagakan untuk sampai ke kebahagiaan abadi di Sisi Allah Taala. Nafas yang sudah dihembuskan adalah permata tapi sudah tidak bernilai lagi. Hilang tanpa pengganti.”
2. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
“Jangan seperti orang bodoh, begitu bergembira karena hartanya bertambah padahal umurnya selalu berkurang. Apa untungnya jika harta bertambah tapi umur berkurang? Berbahagialah saat bertambah ilmu dan amalmu. Karena keduanyalah yang akan mengantar dan menemanimu di alam kubur, saat kau ditinggalkan teman, keluarga dan hartamu.”
3. Imam Asy-Syafi’i
“Aku berkumpul dengan kaum Sufi. Manfaat yang dapat kuambil dari mereka hanya dua nasihat. Pertama, waktu bagaikan pedang. Jika tak kau gunakan untuk memotong, kaulah yang akan terpotong. Kedua, jiwamu, jika tidak kau sibukkan untuk kebenaran pasti akan balik menyibukkan dirimu sendiri dengan kebatilan.”
4. Abdullah bin Mas'ud
“Penyesalanku yang paling mendalam adalah hari saat matahari terbenan yang berarti berkurang umurku, tapi amalku tidak bertambah.”
5. Ibnu Atha’illah As-Sakandari “Jangan kau habiskan embusan-embusan napasmu bukan dalam ketaatan kepada Allah Taala. Jangan kau lihat kecilnya hembusan-hembusan itu, tapi lihatlah besarnya amal yang bisa dilakukan di dalamnya, dan besarnya pahala amalan itu. Nafasmu adalah butiran-butiran mutiara. Pernahkah kau melihat orang membuang butiran mutiara di tempat sampah?”
6. Umar bin Abdul Aziz
“Siang dan malam hari terus bergerak mengambil dirimu, maka bergeraklah mengambil manfaat darinya.”
7. Hasan Al-Basri
“Hai manusia, sejatinya engkau adalah kumpulan hari-hari. Jika satu hari pergi, maka pergilah satu bagian darimu.” Sedangkan ulama besar Saudi Arabia Asy-Syaikh Husain bin Abdil Aziz Alu Asy-Syaikh, pernah mengatakan, sesungguhnya seorang mukmin yang mendapatkan taufiq adalah seorang yang menjadikan perubahan kondisi-kondisi sebagai kesempatan untuk ingat, merenungkan, dan mengambil pelajaran. Maka iapun menghisab dirinya, ia memperbaiki kondisinya dan meluruskan arah perjalanannya. Maka binasanya hati seseorang tatkala lalai untuk menghisab dirinya dan serta mengikuti hawa nafsunya.
Seorang mukmin mengetahui bahwasanya kehidupan dunia ini diciptakan untuk diisi dengan ketaatan kepada Allah, mentauhidkanNya, dan untuk mewujudkan peribadatan kepadanya. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzaariyaat : 56)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memegang pundakku lalu berkata : "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau musafir yang numpang lewat".
Dirangkum dari berbagai sumber, inilah mutiara nasihat ulama tentang memanfaatkan waktu tersebut, di antaranya:
1. Imam Al Ghazali
“Waktumu adalah umurmu. Umurmu adalah modal utamamu. Itulah yang bisa kau niagakan untuk sampai ke kebahagiaan abadi di Sisi Allah Taala. Nafas yang sudah dihembuskan adalah permata tapi sudah tidak bernilai lagi. Hilang tanpa pengganti.”
Baca Juga
2. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
“Jangan seperti orang bodoh, begitu bergembira karena hartanya bertambah padahal umurnya selalu berkurang. Apa untungnya jika harta bertambah tapi umur berkurang? Berbahagialah saat bertambah ilmu dan amalmu. Karena keduanyalah yang akan mengantar dan menemanimu di alam kubur, saat kau ditinggalkan teman, keluarga dan hartamu.”
3. Imam Asy-Syafi’i
“Aku berkumpul dengan kaum Sufi. Manfaat yang dapat kuambil dari mereka hanya dua nasihat. Pertama, waktu bagaikan pedang. Jika tak kau gunakan untuk memotong, kaulah yang akan terpotong. Kedua, jiwamu, jika tidak kau sibukkan untuk kebenaran pasti akan balik menyibukkan dirimu sendiri dengan kebatilan.”
4. Abdullah bin Mas'ud
“Penyesalanku yang paling mendalam adalah hari saat matahari terbenan yang berarti berkurang umurku, tapi amalku tidak bertambah.”
5. Ibnu Atha’illah As-Sakandari “Jangan kau habiskan embusan-embusan napasmu bukan dalam ketaatan kepada Allah Taala. Jangan kau lihat kecilnya hembusan-hembusan itu, tapi lihatlah besarnya amal yang bisa dilakukan di dalamnya, dan besarnya pahala amalan itu. Nafasmu adalah butiran-butiran mutiara. Pernahkah kau melihat orang membuang butiran mutiara di tempat sampah?”
6. Umar bin Abdul Aziz
“Siang dan malam hari terus bergerak mengambil dirimu, maka bergeraklah mengambil manfaat darinya.”
7. Hasan Al-Basri
“Hai manusia, sejatinya engkau adalah kumpulan hari-hari. Jika satu hari pergi, maka pergilah satu bagian darimu.” Sedangkan ulama besar Saudi Arabia Asy-Syaikh Husain bin Abdil Aziz Alu Asy-Syaikh, pernah mengatakan, sesungguhnya seorang mukmin yang mendapatkan taufiq adalah seorang yang menjadikan perubahan kondisi-kondisi sebagai kesempatan untuk ingat, merenungkan, dan mengambil pelajaran. Maka iapun menghisab dirinya, ia memperbaiki kondisinya dan meluruskan arah perjalanannya. Maka binasanya hati seseorang tatkala lalai untuk menghisab dirinya dan serta mengikuti hawa nafsunya.
Seorang mukmin mengetahui bahwasanya kehidupan dunia ini diciptakan untuk diisi dengan ketaatan kepada Allah, mentauhidkanNya, dan untuk mewujudkan peribadatan kepadanya. Allah Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِ
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzaariyaat : 56)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memegang pundakku lalu berkata : "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau musafir yang numpang lewat".