3 Solusi Mencapai Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat
loading...
A
A
A
Anda ingin hidup bahagia ? Sebenarnya, Allah Ta'ala telah memberikan petunjuk untuk menempuh jalan yang benar kepada kebahagiaan itu. Setidaknya ada tiga kunci yang bisa membuat orang beriman mendapat kebahagiaan di dunia terlebih lagi di akhirat.
Dalam kitab Istamni' bi hayatika karya Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahman Al-'Arifi disebutkan bahwa seorang yang hatinya bahagia terpancar dari raut wajahnya. Dia akan selalu bersyukur dalam setiap kondisi. Orang itu akan mencoba mengurangi bermuka sedih, masam, bahkan cemberut. Seorang yang bahagia akan selalu tersenyum. Buku itu menukil perkataan Jabir bin Abdullah Al-Bujail. Beliau berkata bahwa dia tidak pernah melihat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam kecuali senantiasa tersenyum.
Senyum itu terpancar dari hati yang bahagia. Karena pada hakikatnya manusia memang mendambakan keceriaan dan kebahagiaan. Dan bahagia itu akan datang dari hati yang bersih dan menjalani kehidupan dalam syariat.
Pengasuh kajian sunah, Ustad Muhammad Idris, menambahkan, setidaknya ada 3 solusi yang ditawarkan oleh agama ini agar kehidupan yang dijalani oleh seorang muslim dipenuhi dengan kebahagiaan.
(1) Tawakal.
(2) Membahagiakan orang lain.
(3) Hati yang bersih.
Kunci utama adalah ketaatan. Kebahagiaan ada pada ketaatan kepada AllahTa’aladan penderitaan ada karena kemaksiatan kepada-Nya. Di antara ketaatan yang akan membahagiakan dan menyelamatkan seorang muslim adalah bertawakal kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, serta percaya sepenuh hati dengan keputusan-Nya. Di mana AllahTa’alaberjanji akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapinya, memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
AllahTa’alaberfirman :
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,dan Dia akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”(QS. At-Talaq: 2-3)
Tawakal di sini harus diikuti dengan berusaha. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallamjuga pernah bersabda :
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka Allah akan memberi rezeki kalian sebagaimana Allah memberi rezeki burung. Pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.”(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
Jalan bahagia yang kedua adalah membahagiakan orang lain. Sebab hal ini alan mendatangkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Kitab Istamni' bi hayatika menyebutkan bahwa seorang yang membuat orang lain bahagia maka dia merasa dirinya berharga di masyarakat. Dan itu akan membuat bahagia. Baik bagi dirinya maupun orang lain.
Sungguh kebahagiaan ini tidak dapat dirasakan, kecuali oleh mereka yang sudah melakukannya. Membahagiakan orang lain memiliki berbagai macam sarana dan bentuk. Ada yang bersifat materi, seperti memberikan bantuan untuk orang fakir, ataupun yang bersifat maknawi, seperti mendamaikan dua orang yang sedang berselisih ataupun menasehati orang lain.
Di antara bentuk membahagiakan orang lain yang paling mulia adalah meringankan beban dan kesulitan yang sedang mereka hadapi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam utangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).
Dan jalan kebahagiaan yang ketiga adalah memiliki hati yang bersih. Terutama bersih dari balas dendam dan kedengkian.
Kebahagiaan yang hakiki (yaitu kebahagiaan di akhirat nanti) tidak diperuntukkan, kecuali untuk mereka yang memilik hati yang bersih. Allah Ta’ala berfirman :
“(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)
Seorang muslim tentunya harus bersemangat untuk menyucikan hatinya dari segala macam penyakit dan apa-apa yang mengotorinya, baik itu rasa sombong, kebencian, maupun rasa iri dan dengki kepada yang lain. Karena bersihnya hati merupakan ciri-ciri penduduk surga.
Allah Ta’ala kisahkan di dalam Al-Qur’an :
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka, mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah, yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 43)
Tidak ada kebahagiaan melebihi tinggal di surga. Dan sungguh juga tidak ada yang lebih berbahagia dari orang yang ikut senang ketika saudaranya sedang mendapatkan kebaikan dan kenikmatan, ikut bahagia ketika mereka bahagia.
Wallahu'alam
Dalam kitab Istamni' bi hayatika karya Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahman Al-'Arifi disebutkan bahwa seorang yang hatinya bahagia terpancar dari raut wajahnya. Dia akan selalu bersyukur dalam setiap kondisi. Orang itu akan mencoba mengurangi bermuka sedih, masam, bahkan cemberut. Seorang yang bahagia akan selalu tersenyum. Buku itu menukil perkataan Jabir bin Abdullah Al-Bujail. Beliau berkata bahwa dia tidak pernah melihat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam kecuali senantiasa tersenyum.
Senyum itu terpancar dari hati yang bahagia. Karena pada hakikatnya manusia memang mendambakan keceriaan dan kebahagiaan. Dan bahagia itu akan datang dari hati yang bersih dan menjalani kehidupan dalam syariat.
Pengasuh kajian sunah, Ustad Muhammad Idris, menambahkan, setidaknya ada 3 solusi yang ditawarkan oleh agama ini agar kehidupan yang dijalani oleh seorang muslim dipenuhi dengan kebahagiaan.
(1) Tawakal.
(2) Membahagiakan orang lain.
(3) Hati yang bersih.
Kunci utama adalah ketaatan. Kebahagiaan ada pada ketaatan kepada AllahTa’aladan penderitaan ada karena kemaksiatan kepada-Nya. Di antara ketaatan yang akan membahagiakan dan menyelamatkan seorang muslim adalah bertawakal kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, serta percaya sepenuh hati dengan keputusan-Nya. Di mana AllahTa’alaberjanji akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapinya, memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
AllahTa’alaberfirman :
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,dan Dia akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”(QS. At-Talaq: 2-3)
Tawakal di sini harus diikuti dengan berusaha. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallamjuga pernah bersabda :
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka Allah akan memberi rezeki kalian sebagaimana Allah memberi rezeki burung. Pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.”(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
Jalan bahagia yang kedua adalah membahagiakan orang lain. Sebab hal ini alan mendatangkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Kitab Istamni' bi hayatika menyebutkan bahwa seorang yang membuat orang lain bahagia maka dia merasa dirinya berharga di masyarakat. Dan itu akan membuat bahagia. Baik bagi dirinya maupun orang lain.
Sungguh kebahagiaan ini tidak dapat dirasakan, kecuali oleh mereka yang sudah melakukannya. Membahagiakan orang lain memiliki berbagai macam sarana dan bentuk. Ada yang bersifat materi, seperti memberikan bantuan untuk orang fakir, ataupun yang bersifat maknawi, seperti mendamaikan dua orang yang sedang berselisih ataupun menasehati orang lain.
Di antara bentuk membahagiakan orang lain yang paling mulia adalah meringankan beban dan kesulitan yang sedang mereka hadapi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam utangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).
Dan jalan kebahagiaan yang ketiga adalah memiliki hati yang bersih. Terutama bersih dari balas dendam dan kedengkian.
Kebahagiaan yang hakiki (yaitu kebahagiaan di akhirat nanti) tidak diperuntukkan, kecuali untuk mereka yang memilik hati yang bersih. Allah Ta’ala berfirman :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ
“(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)
Seorang muslim tentunya harus bersemangat untuk menyucikan hatinya dari segala macam penyakit dan apa-apa yang mengotorinya, baik itu rasa sombong, kebencian, maupun rasa iri dan dengki kepada yang lain. Karena bersihnya hati merupakan ciri-ciri penduduk surga.
Allah Ta’ala kisahkan di dalam Al-Qur’an :
وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ ۖ
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka, mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah, yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 43)
Tidak ada kebahagiaan melebihi tinggal di surga. Dan sungguh juga tidak ada yang lebih berbahagia dari orang yang ikut senang ketika saudaranya sedang mendapatkan kebaikan dan kenikmatan, ikut bahagia ketika mereka bahagia.
Wallahu'alam
(wid)