Kisah Sukses Islamisasi Jawa: Ini Dia 2 Figur yang Legendaris Itu
loading...
A
A
A
Raden Patah adalah putra Prabu Kertawijaya. Perlu diketahui, ayah Dyah Ranawijaya Girindrawarddhana yang bernama Bhre Pandansalas Sri Adhi Suraprabhawa (Raja Majapahit yang berkuasa tahun 1466-1474) dikudeta oleh Bhre Kertabhumi. Adapun ayah Bhre Pandansalas Sri Adhi Suraprabhawa, Bhre Wengker Sri Suryawikrama, merupakan saudara seayah dengan Raden Patah.
Jadi, Dyah Ranawijaya Girindrawarddhana adalah cucu keponakan Raden Patah. Adapun penguasa-penguasa Hindu-Buddha di Kediri, Terung, Surabaya, Tumapel, Lumajang, Tuban, Lasem, Giri, Wengker, Kahuripan, Blitar, Pengging, dan Sengguruh adalah keturunan Prabu Kertawijaya. Oleh karena itu, atas dasar kekerabatan, mereka satu sama lain saling menghormati dan tidak saling menyerang.
Semua anggota Wali Songo dan penyebar-penyebar Islam lainnya di Jawa merupakan putra-putri, cucu, menantu, besan, dan santri-santri Sunan Ampel dan Sayyid Ali Murtadha.
Sunan Giri (Raden Paku), misalnya, adalah santri sekaligus Sunan Ampel . Sunan Drajat (Raden Qasim) adalah putra Sunan Ampel. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) adalah putra Sunan Ampel. Sunan Kudus (Raden Ja'far Shadiq) merupakan cucu Sayyid Ali Murtadha. Sunan Kalijaga (Raden Sahid) adalah santri Sunan Ampel.
Selanjutnya, Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayat) juga merupakan santri Sunan Ampel. Kemudian, keturunan dan santri-santri Wali Songo menyebar ke berbagai wilayah dari Jawa hingga Hitu di Maluku untuk menyebarkan Islam. Jadilah, Islam dipeluk oleh rata-rata penduduk Nusantara.
Sunan Ampel sebagai penasihat, para anggota Wali Songo melakukan sejumlah strategi islamisasi yang sistematis. Hal-hal yang ditempuh antara lain pengembangan asimilasi nilai-nilai adat istiadat, sinkretisasi tradisi keagamaan, pengembangan kesenian lokal, pengembangan sistem hukum yang disesuaikan dengan hukum Islam, pengembangan teknologi tepat guna, pembentukan sistem sosial masyarakat Islam baru yang berdasar pada pola dan struktur masyarakat lama, pengembangan sistem pendidikan pesantren.
Strategi ini terbukti menjadi arus kuat sebuah proses perubahan sosial masyarakat Majapahit yang Hindu-Buddhis menjadi masyarakat muslim sinkretik, asimilasi antara sufisme Islam dengan sinkretisme Jawa.
Putra-putri, kerabat, dan murid-murid para anggota Wali Songo ditugaskan ke sejumlah daerah untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan strategi dakwah yang diinisiasi oleh anggota inti Wali Songo dan direstui oleh Sunan Ampel dan penggantinya.
Jadi, Dyah Ranawijaya Girindrawarddhana adalah cucu keponakan Raden Patah. Adapun penguasa-penguasa Hindu-Buddha di Kediri, Terung, Surabaya, Tumapel, Lumajang, Tuban, Lasem, Giri, Wengker, Kahuripan, Blitar, Pengging, dan Sengguruh adalah keturunan Prabu Kertawijaya. Oleh karena itu, atas dasar kekerabatan, mereka satu sama lain saling menghormati dan tidak saling menyerang.
Semua anggota Wali Songo dan penyebar-penyebar Islam lainnya di Jawa merupakan putra-putri, cucu, menantu, besan, dan santri-santri Sunan Ampel dan Sayyid Ali Murtadha.
Sunan Giri (Raden Paku), misalnya, adalah santri sekaligus Sunan Ampel . Sunan Drajat (Raden Qasim) adalah putra Sunan Ampel. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) adalah putra Sunan Ampel. Sunan Kudus (Raden Ja'far Shadiq) merupakan cucu Sayyid Ali Murtadha. Sunan Kalijaga (Raden Sahid) adalah santri Sunan Ampel.
Selanjutnya, Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayat) juga merupakan santri Sunan Ampel. Kemudian, keturunan dan santri-santri Wali Songo menyebar ke berbagai wilayah dari Jawa hingga Hitu di Maluku untuk menyebarkan Islam. Jadilah, Islam dipeluk oleh rata-rata penduduk Nusantara.
Sunan Ampel sebagai penasihat, para anggota Wali Songo melakukan sejumlah strategi islamisasi yang sistematis. Hal-hal yang ditempuh antara lain pengembangan asimilasi nilai-nilai adat istiadat, sinkretisasi tradisi keagamaan, pengembangan kesenian lokal, pengembangan sistem hukum yang disesuaikan dengan hukum Islam, pengembangan teknologi tepat guna, pembentukan sistem sosial masyarakat Islam baru yang berdasar pada pola dan struktur masyarakat lama, pengembangan sistem pendidikan pesantren.
Strategi ini terbukti menjadi arus kuat sebuah proses perubahan sosial masyarakat Majapahit yang Hindu-Buddhis menjadi masyarakat muslim sinkretik, asimilasi antara sufisme Islam dengan sinkretisme Jawa.
Putra-putri, kerabat, dan murid-murid para anggota Wali Songo ditugaskan ke sejumlah daerah untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan strategi dakwah yang diinisiasi oleh anggota inti Wali Songo dan direstui oleh Sunan Ampel dan penggantinya.
(mhy)