Hal-hal yang Menyeret Manusia pada Kebinasaan, Nomor 1 Taat pada Kebakhilan

Kamis, 11 Agustus 2022 - 11:21 WIB
loading...
Hal-hal yang Menyeret Manusia pada Kebinasaan, Nomor 1 Taat pada Kebakhilan
Rasulullah SAW menyebut ada 3 hal yang membinasakan manusia, yakni kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang merasa ujub dengan kelebihan yang ada pada dirinya sendiri. Foto ilustrasi/ist
A A A
Setiap manusia menghendaki kebahagiaan, akan tetapi pada proses kehidupannya malah terseret bahkan terjerembab pada kebinasaan . Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam secara gamblang menggambarkan itu dalam sabdanya:

“Adapun perkara-perkara yang membinasakan adalah kekikiran yang ditaati, dan hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang merasa ujub dengan kelebihan yang ada pada dirinya sendiri.” (HR. Al-Bazzar, Baihaqi dan yang lainnya, Syaikh Albani mengatakan hadis ini Hasan lighairihi)

Hal atau perkara-perkara yang dapat membinasakan manusia yang digambarkan dalam hadis tersebut, dijelaskan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, dai alumnus Universitas Islam Madinah ini, sebagai berikut:

1. Kebakhilan yang ditaati

Artinya seseorang mengikuti kebakhilannya, dia tidak berusaha untuk melawan kebakhilan. Bakhil atau pelit adalah sesuatu yang tercela dalam Islam. Dan bakhil itu sama sekali tidak bermanfaat untuk pelakunya. Bahkan bakhil itu hakikatnya bisa menghancurkan harta.



Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa setiap paginya ada dua malaikat yang turun ke bumi, yang satu berdoa:

اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقاً خَلفاً


“Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak.”

Yang satu lagi berdoa:

اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا


“Ya Allah, berikanlah kebinasaan kepada orang yang kikir itu.”

Jadi jika kita tidak mau menginfakkan harta, tidak mau bersedekah padahal kita punya kelebihan harta, makanya harta tidak akan menjadi berkah. Harta itu tidak diberikan keberkahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sedekah itu hakikatnya adalah tidak mengurangi harta sama sekali.

Kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sedekah tidak mengurangi harta.” (HR. Muslim)

Sebab pasti Allah ganti, Allah pasti berkahi. Makanya orang yang bersedekah diberikan oleh Allah banyak keistimewaan, di antaranya diberikan pahala yang besar pada hari kiamat. Dimana Allah berfirman:

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّـهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ


“Perumpamaan orang yang berinfak dijalan Allah seperti orang yang menanam satu butir padi, lalu ia menumbuhkan 7 batang dan setiap batangnya ada 100 padi. Dan Allah melipatgandakan pahala sedekah bagi siapa yang Allah kehendaki.” (QS. Al-Baqarah : 261)

Yang kedua, orang yang sedekah itu maka sedekahnya akan menaungi dia nanti pada hari kiamat di Padang Mahsyar. Di Padang Mahsyar saat matahari didekatkan satu mil. Bayangkan, sangat panas. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Seseorang itu berada di bawah naungan sedekahnya kelak nanti pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Apalagi kalau ternyata sedekahnya itu kita betul-betul sembunyikan, tidak ada orang yang tahu. Bahkan yang diberi sedekah pun tidak tahu dari mana sedekahnya. Maka ini orang akan diberikan naungan oleh Allah pada hari kiamat dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Ada tujuh orang yang akan Allah berikan kepada mereka naungan pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah.”

Siapa mereka? Di antaranya adalah:

“Orang yang bersedekah lalu ia sembunyikan sedekahnya, sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Hawa nafsu yang ditakuti

Ini mengerikan sekali, karena orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya tidak peduli lagi dengan batasan-batasan agama Allah. Orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai kendaraannya, dia tidak akan peduli lagi apakah Allah ridha atau tidak. Halal dan haram dia terabas, tidak masalah bagi dia, yang penting dia puas dengan hawa nafsu dan syahwatnya itu.

Orang yang beragama dengan cara mengikuti hawa nafsu, pasti tersesat. Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sebab seseorang bisa tersesat setelah mendapatkan hidayah, yaitu akibat mengikuti hawa nafsu. Allah mengatakan:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ


“Bacakan kepada mereka tentang berita orang yang diberikan dan diajarkan kepadanya ayat-ayat Kami, lalu ia lepas dari ayat-ayat Kami tersebut. Lalu setan mengikutinya dan ia pun tersesat.” (QS. Al-A’raf: 175)


Bayangkan, ia tersesat setelah mendapatkan hidayah. Lalu Allah berfirman:

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ…


“Kalaulah Kami kehendaki, Kami akan muliakan ia dengan ayat-ayat Kami itu. Namun ia lebih condong kepada dunia dan mengiktui hawa nafsunya...” (QS. Al-A’raf : 176)

Rupanya inilah sebabnya ia tersesat, lebih mengutamakan kehidupan dunia dan mengikuti hawa nafsu, akhirnya ia pun tinggalkan ayat-ayat Allah Jalla wa ‘Ala.

Maka Anda yang sudah mendapatkan hidayah, kita yang sudah Allah ajarkan ayat-ayat Allah, jika di hati kita masih mengutamakan kehidupan dunia dan mengikuti hawa nafsu, demi Allah ilmu yang kita pelajari itu tidak akan ada manfaatnya. Makanya Allah menganggap orang yang mengikuti hawa nafsu itu adalah manusia yang paling sesat. Allah berfirman:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ


“Siapakah yang paling sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Al-Qashash : 50)

Karena orang kalau mengikuti hawa nafsu, ketika disampaikan hujjah, kebenaran, dalil, pasti dia akan tolak. Maka mengerikan ketika seseorang lebih mendahulukan hawa nafsunya dan syahwatnya daripada mengikuti Allah dan RasulNya. Kesengsaraan telah siap-siap menunggu dia di dunia dan akhiratnya. Orang yang mengikuti hawa nafsu akan Allah berikan kesempitan di dunia dan di akhirat. Di dunia kesempitan dada walaupun hartanya kaya.

Allah Ta'ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ


“Siapa yang berpaling dari peringatanKu, maka ia akan mendapatkan kesempitan hidup, dan Kami akan kumpulkan ia dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)

Sebagian ulama mengatakan bahwa kesempitan dada, hatinya selalu gelisah, tidak mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan kesempitan kubur. Lalu ia berkata:

قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا


“Kemudian ia berkata: ‘Ya Rabb, kenapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta? Sementara aku dahulu di dunia bisa melihat.’” (QS. Thaha : 125)

Apa kata Allah?

قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنسَىٰ


“Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu kamu pun meninggalkannya, maka di hari ini pun kamu akan ditinggalkan.” (QS. Tha-ha : 126)

Di hari akhirat, ketika kita sangat butuh karunia Allah, rahmatNya dan ampunanNya, ternyata Allah tinggalkan kita karena kita di dunia lebih mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan ayat-ayat Allah. Naudzubillah..

3. Ujub dengan kelebihan diri sendiri (Sombong)

Sifat sombong dan membanggakan diri adalah merupakan sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Sebagaimana Firman-Nya:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ


“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman :18)

Atas dasar pertimbangan itu, maka Imam Al- Ghazali mengatakan bahwa orang yang memiliki karakter sombong disebut sebagai pribadi yang mengalami penyakit mental dan jiwa. Selanjutnya beliau juga mengatakan, bahwa orang yang demikian itu : pada sisi Allah Ta’ala adalah terkutuk dan sangat dimurkai.

Sampai-sampai siapapun yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan, maka pintu surga akan tertutup baginya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus ? Beliau menjawab, Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim No. 91)

Rasulullah juga bersabda :

“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka ? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).” (HR. Bukhari No. 4918 dan Muslim No. 2853).

Untuk itu, jauhilah sifat Fir’aun, Abu Jahal dan Abu Lahab yang akan membinasakan itu. Sebab, jika dibiarkan kita akan kehilangan akal sehat dan jati diri sebagai hamba Allah.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1444 seconds (0.1#10.140)