Ali Akbar Mirip Nabi Muhammad SAW, Syahid di Karbala setelah Kumandangkan Azan
loading...
A
A
A
Begitu Umar bin Sa’ad mendengar pesan Husein as ini, ia berkata, “Semoga Allah melepaskanku dari memerangi Husein.”
Saat memasuki Karbala, Husein berkata, “Manusia adalah budak dunia dan agama mereka hanya menjadi hiasan di bibir. Selama kehidupan mereka masih berputar, mereka akan mengikuti agama. Namun, begitu ujian dan cobaan datang, hanya sedikit dari mereka yang masih tetap mempertahankan agamanya.”
Pada Sabtu, 4 Muharam 61 Hijriah, di masjid Kufah, Abdullah bin Ziyad berkata kepada warga yang hadir:
“Wahai warga Kufah! Kalian telah menguji keturunan Abu Sufyan, dan telah menemukan mereka sebagaimana yang kalian inginkan! Kalian mengenal Yazid yang berakhlak dan berperilaku baik pada para bawahannya. Seluruh pemberian-pemberiannya berada pada tempatnya yang tepat. Demikian juga dengan ayahnya. Kini Yazid memerintahkanku untuk membagi-bagikan uang kepada kalian dan mengirimkan kalian untuk melawan musuhnya, Husein.”
Setelah itu, ia memerintahkan untuk mengumumkan kepada seluruh warga dan mempersiapkan rakyat untuk bergerak menuju medan laga.
Syimr bin Dzil Jausyan bersama empat ribu pasukan; Yazid bin Rakab, dua ribu, Husain bin Namir, empat ribu; Mazhayir bin Rahinah, tiga ribu, dan Nashr bin Harsyah dengan dua ribu pasukan. Keseluruhannya menyatakan diri siap berperang melawan Imam Husein.
Di sisi lain, mendapat tekanan yang bergitu kuat, Qais bin Asy’ab menyarankan agar Husein berbaiat pada Yazid. Namun Husein menolak dan berkata, “Tidak, demi Allah! Aku tidak akan meletakkan tanganku dengan hina di atas tangan mereka, dan juga tidak akan melarikan diri dari medan laga sebagaimana para budak.”
Berguguran
Tatkala pertempuran hebat sudah dimulai. Para sahabat Imam Husein mulai berguguran. Dalam keadaan seperti ini, dengan sabar Husein menyeru musuh-musuhnya agar kembali kepada kebenaran dan keadilan.
Ketika pasukan Ibnu Ziyad mengepung dan menyerang para pengikut Husein, Ali Akbarlah yang pertama kali menyambut serangan mereka. Jumlah musuh yang begitu banyak dengan persenjataannya yang lengkap, tidak sedikit pun menggetarkan nyali Ali Akbar. Setelah pertempuran yang sangat hebat itu berlalu beberapa saat, sebagian besar para pembela Husein berguguran.
Pada saat itu, di sekeliling Imam Husein yang tersisa hanya tinggal anggota keluarganya saja.
Pada malam Asyura, para pemuda Bani Hasyim bertekad mempertaruhkan jiwa mereka sampai titik darah penghabisan. Mereka tidak rela melihat putra Imam Husain ra dibantai dihadapan mata kepada mereka sendiri. Keesokan harinya, pada tanggal 10 Muharram, mereka terjun ke medan pertempuran hingga satu persatu berguguran.
Ali Akbar, dengan penuh hormat, meminta izin kepada ayahnya untuk ikut terjun ke medan pertempuran.
Dengan penuh haru dan derai air mata, Husein mengizinkan putranya ikut bertempur. Beliau memperhatikan putranya lalu menengadah ke langit seraya berujar lirih:
“Ya Allah, saksikanlah orang-orang ini. Di antara mereka ada seorang pemuda yang perawakannya, perilaku dan cara bicaranya paling menyerupai Rasulullah. Apabila kami merasa sangat rindu kepada Nabi-Mu, maka kami pandangi wajahnya.Ya Allah Jangan Engkau berikan keberkahan atas bumi ini kepada musuh-musuhnya. Cerai beraikan mereka. Koyakkan dada-dada mereka. Jangan kau ridhai kekuasaan mereka selama-lamanya. Kami telah menyeru dan mengajak mereka kepada kebenaran, namun mereka malah memusuhi dan memerangi kami.”
Di hadapan musuh-musuhnya, Ali Akbar mengumandangkan sebait syair:
“Aku Ali bin Husain bin Ali
Kami Ahlul Bait yang dimuliakan Nabi
Akan kutikam kalian dengan lembingku ini hingga kalian terkapar mati
Akan kutebas kalian dengan pedangku ini untuk melindungi Ayahku Ali
Dengan suatu tebasan pemuda Hasyimi
Demi Allah, diatur oleh anak Ziyad, aku tak sudi”
Pertempuran yang begitu hebat telah membuat jumlah pejuang yang gugur makin bertambah, Ali Akbar yang badannya sudah penuh luka, kembali menghadap ayahnya sambil berkata, “Ayah rasa haus telah membuatku lelah; berat pedang ini telah menguras tenagaku. Adakah air yang bisa kuteguk?”
Saat memasuki Karbala, Husein berkata, “Manusia adalah budak dunia dan agama mereka hanya menjadi hiasan di bibir. Selama kehidupan mereka masih berputar, mereka akan mengikuti agama. Namun, begitu ujian dan cobaan datang, hanya sedikit dari mereka yang masih tetap mempertahankan agamanya.”
Pada Sabtu, 4 Muharam 61 Hijriah, di masjid Kufah, Abdullah bin Ziyad berkata kepada warga yang hadir:
“Wahai warga Kufah! Kalian telah menguji keturunan Abu Sufyan, dan telah menemukan mereka sebagaimana yang kalian inginkan! Kalian mengenal Yazid yang berakhlak dan berperilaku baik pada para bawahannya. Seluruh pemberian-pemberiannya berada pada tempatnya yang tepat. Demikian juga dengan ayahnya. Kini Yazid memerintahkanku untuk membagi-bagikan uang kepada kalian dan mengirimkan kalian untuk melawan musuhnya, Husein.”
Setelah itu, ia memerintahkan untuk mengumumkan kepada seluruh warga dan mempersiapkan rakyat untuk bergerak menuju medan laga.
Syimr bin Dzil Jausyan bersama empat ribu pasukan; Yazid bin Rakab, dua ribu, Husain bin Namir, empat ribu; Mazhayir bin Rahinah, tiga ribu, dan Nashr bin Harsyah dengan dua ribu pasukan. Keseluruhannya menyatakan diri siap berperang melawan Imam Husein.
Di sisi lain, mendapat tekanan yang bergitu kuat, Qais bin Asy’ab menyarankan agar Husein berbaiat pada Yazid. Namun Husein menolak dan berkata, “Tidak, demi Allah! Aku tidak akan meletakkan tanganku dengan hina di atas tangan mereka, dan juga tidak akan melarikan diri dari medan laga sebagaimana para budak.”
Berguguran
Tatkala pertempuran hebat sudah dimulai. Para sahabat Imam Husein mulai berguguran. Dalam keadaan seperti ini, dengan sabar Husein menyeru musuh-musuhnya agar kembali kepada kebenaran dan keadilan.
Ketika pasukan Ibnu Ziyad mengepung dan menyerang para pengikut Husein, Ali Akbarlah yang pertama kali menyambut serangan mereka. Jumlah musuh yang begitu banyak dengan persenjataannya yang lengkap, tidak sedikit pun menggetarkan nyali Ali Akbar. Setelah pertempuran yang sangat hebat itu berlalu beberapa saat, sebagian besar para pembela Husein berguguran.
Pada saat itu, di sekeliling Imam Husein yang tersisa hanya tinggal anggota keluarganya saja.
Pada malam Asyura, para pemuda Bani Hasyim bertekad mempertaruhkan jiwa mereka sampai titik darah penghabisan. Mereka tidak rela melihat putra Imam Husain ra dibantai dihadapan mata kepada mereka sendiri. Keesokan harinya, pada tanggal 10 Muharram, mereka terjun ke medan pertempuran hingga satu persatu berguguran.
Ali Akbar, dengan penuh hormat, meminta izin kepada ayahnya untuk ikut terjun ke medan pertempuran.
Dengan penuh haru dan derai air mata, Husein mengizinkan putranya ikut bertempur. Beliau memperhatikan putranya lalu menengadah ke langit seraya berujar lirih:
“Ya Allah, saksikanlah orang-orang ini. Di antara mereka ada seorang pemuda yang perawakannya, perilaku dan cara bicaranya paling menyerupai Rasulullah. Apabila kami merasa sangat rindu kepada Nabi-Mu, maka kami pandangi wajahnya.Ya Allah Jangan Engkau berikan keberkahan atas bumi ini kepada musuh-musuhnya. Cerai beraikan mereka. Koyakkan dada-dada mereka. Jangan kau ridhai kekuasaan mereka selama-lamanya. Kami telah menyeru dan mengajak mereka kepada kebenaran, namun mereka malah memusuhi dan memerangi kami.”
Di hadapan musuh-musuhnya, Ali Akbar mengumandangkan sebait syair:
“Aku Ali bin Husain bin Ali
Kami Ahlul Bait yang dimuliakan Nabi
Akan kutikam kalian dengan lembingku ini hingga kalian terkapar mati
Akan kutebas kalian dengan pedangku ini untuk melindungi Ayahku Ali
Dengan suatu tebasan pemuda Hasyimi
Demi Allah, diatur oleh anak Ziyad, aku tak sudi”
Pertempuran yang begitu hebat telah membuat jumlah pejuang yang gugur makin bertambah, Ali Akbar yang badannya sudah penuh luka, kembali menghadap ayahnya sambil berkata, “Ayah rasa haus telah membuatku lelah; berat pedang ini telah menguras tenagaku. Adakah air yang bisa kuteguk?”