Ali Akbar Mirip Nabi Muhammad SAW, Syahid di Karbala setelah Kumandangkan Azan
loading...
A
A
A
Ali al-Akbar bin Husein adalah cicit yang mirip Nabi Muhammad SAW. "Setiap kali kami rindu kepada Nabi SAW, kami melihatnya," ujar Sayyidina Husein ra . Putra sulung Husein ini syahid dalam pertempuran Karbala melawan pasukan Yazid bin Muawiyah..
Ali Akbar lahir di Madinah pada 11 Syaban 33 H (10 Maret 654 M). Pada saat pertempuran Karbala usianya baru 18 tahun. Namun ada yang bilang 25 tahun.
Dalam "Encyclopedia Britannica" disebutkan Ali Akbar dibunuh oleh Murrah ibn Munqad pada 10 Muharram 61 H dalam pertempuran Karbala. Ali al-Akbar adalah salah satu orang terakhir yang tewas di medan perang.
Sejarawan menyebut Ali Akbar adalah putra tertua Sayyidina Husein karena nama Akbar. Akbar adalah kata Arab yang berarti "lebih besar" atau "terbesar". Dua saudaranya bernama Ali Asghar bin Husein dan Ali bin Husein (Zainal Abidin).
Riwayat lain menyebut, Ali Akbar berbadan besar jika dibandingan saudaranya. Oleh karena itu, ia digelari Ali Akbar (Ali yang berbadan besar).
Ali Akbar adalah pemuda saleh, pemberani, cinta perjuangan, dan berani berkurban. Tidak sedikit pun kelemahan terpancar dari jiwanya. la seorang pemuda yang tangkas mengendarai kuda. Para ahli sejarah menganggapnya sebagai pemuda Bani Hasyim yang mahir mengendarai kuda.
Pada Kamis 2 Muharam 61 Hijriah, kafilah Husein sampai di Nainawa. Di sini Hur bin Yazid komandan pasukan Kufah yang membawa 10.000 prajurit Muawiyah memperoleh perintah supaya menghentikan Husein di sebuah gurun pasir yang tak berair, tak berpohon, dan tak berbenteng.
Sementara itu, guna mencari tempat yang lebih cocok, Sayyidina Husein meneruskan perjalanan hingga sampai di sebuah tempat.
Beliau menanyakan nama tempat ini. Ketika mendengar bahwa nama tempat ini adalah Karbala, beliau menangis seraya berkata, "Turunlah kalian. Di sinilah darah kita akan diteteskan dan tempat kuburan kita. Di sinilah kuburan kita akan menjadi tempat ziarah. Begitulah kakekku Rasulullah menjanjikan."
Mendengar seruan ini, para sahabat beliau turun dan menurunkan seluruh barang bawaan. Laskar Hurr mengambil posisi di tempat berhadapan dengan laskar Husein.
Imam Husein mengumpulkan seluruh keluarga dan memandangi mereka. Beliau pun menangis. Setelah itu, beliau berkata, "Ilahi! Mereka telah mengusir kami dari tanah suci kakekku. Bani Umaiyah telah menzalimi hak kami. Ya Allah! Ambillah hak kami dari para lalim dan menangkanlah kami atas musuh-musuh kami."
Ubaidullah bin Ziyad, Gubernur Kufah, menulis sepuruk surat kepada Husein yang berisi:
"Berita ketibaanmu di Karbala telah kami terima. Yazid bin Mu'awiyah telah memerintahkanku supaya aku tidak tidur sebelum membunuhmu, atau engkau menerima ketentuanku dan ketentuan Yazid bin Mua'wiyah. Wassalam."
Husein berkata, "Surat ini tidak perlu dijawab, karena Ubaidullah memang sudah ditentukan menerima azab Ilahi."
Setelah Imam Husein membaca surat Ibn Ziyad, beliau berkata, "Semoga tidak berjaya golongan yang telah rela membeli keridaan manusia dengan harga amarah Allah." (Yaitu lebih mementingkan keridaan manusia atas amarah Allah).
Pada Jumat 3 Muharam 61 Hijriah, Umar bin Sa’ad memasuki Karbala dengan laskar Kufah yang berjumlah 4000 orang pasukan. Di sisi lain, salah satu dari dua putranya yang bernama Hafsh mendorongnya untuk membunuh Imam Husein, sedang yang lainnya memperingatkan untuk mengurungkan niat itu.
Dan usulan Hafsh-lah yang terpilih. Ia bersama ayahnya memutuskan diri pergi ke Karbala untuk memerangi Imam Husein.
Saat Umar bin Sa’ad mengirim seseorang kepada Husein untuk mengetahui alasan kedatangan beliau ke negeri ini, beliau berkata, “Rakyat kota Anda telah menulis surat kepadaku dan mengundangku. Jika kedatanganku telah membuat Anda tak senang, maka saya akan kembali!”
Ali Akbar lahir di Madinah pada 11 Syaban 33 H (10 Maret 654 M). Pada saat pertempuran Karbala usianya baru 18 tahun. Namun ada yang bilang 25 tahun.
Dalam "Encyclopedia Britannica" disebutkan Ali Akbar dibunuh oleh Murrah ibn Munqad pada 10 Muharram 61 H dalam pertempuran Karbala. Ali al-Akbar adalah salah satu orang terakhir yang tewas di medan perang.
Sejarawan menyebut Ali Akbar adalah putra tertua Sayyidina Husein karena nama Akbar. Akbar adalah kata Arab yang berarti "lebih besar" atau "terbesar". Dua saudaranya bernama Ali Asghar bin Husein dan Ali bin Husein (Zainal Abidin).
Riwayat lain menyebut, Ali Akbar berbadan besar jika dibandingan saudaranya. Oleh karena itu, ia digelari Ali Akbar (Ali yang berbadan besar).
Ali Akbar adalah pemuda saleh, pemberani, cinta perjuangan, dan berani berkurban. Tidak sedikit pun kelemahan terpancar dari jiwanya. la seorang pemuda yang tangkas mengendarai kuda. Para ahli sejarah menganggapnya sebagai pemuda Bani Hasyim yang mahir mengendarai kuda.
Pada Kamis 2 Muharam 61 Hijriah, kafilah Husein sampai di Nainawa. Di sini Hur bin Yazid komandan pasukan Kufah yang membawa 10.000 prajurit Muawiyah memperoleh perintah supaya menghentikan Husein di sebuah gurun pasir yang tak berair, tak berpohon, dan tak berbenteng.
Sementara itu, guna mencari tempat yang lebih cocok, Sayyidina Husein meneruskan perjalanan hingga sampai di sebuah tempat.
Beliau menanyakan nama tempat ini. Ketika mendengar bahwa nama tempat ini adalah Karbala, beliau menangis seraya berkata, "Turunlah kalian. Di sinilah darah kita akan diteteskan dan tempat kuburan kita. Di sinilah kuburan kita akan menjadi tempat ziarah. Begitulah kakekku Rasulullah menjanjikan."
Mendengar seruan ini, para sahabat beliau turun dan menurunkan seluruh barang bawaan. Laskar Hurr mengambil posisi di tempat berhadapan dengan laskar Husein.
Baca Juga
Imam Husein mengumpulkan seluruh keluarga dan memandangi mereka. Beliau pun menangis. Setelah itu, beliau berkata, "Ilahi! Mereka telah mengusir kami dari tanah suci kakekku. Bani Umaiyah telah menzalimi hak kami. Ya Allah! Ambillah hak kami dari para lalim dan menangkanlah kami atas musuh-musuh kami."
Ubaidullah bin Ziyad, Gubernur Kufah, menulis sepuruk surat kepada Husein yang berisi:
"Berita ketibaanmu di Karbala telah kami terima. Yazid bin Mu'awiyah telah memerintahkanku supaya aku tidak tidur sebelum membunuhmu, atau engkau menerima ketentuanku dan ketentuan Yazid bin Mua'wiyah. Wassalam."
Husein berkata, "Surat ini tidak perlu dijawab, karena Ubaidullah memang sudah ditentukan menerima azab Ilahi."
Setelah Imam Husein membaca surat Ibn Ziyad, beliau berkata, "Semoga tidak berjaya golongan yang telah rela membeli keridaan manusia dengan harga amarah Allah." (Yaitu lebih mementingkan keridaan manusia atas amarah Allah).
Pada Jumat 3 Muharam 61 Hijriah, Umar bin Sa’ad memasuki Karbala dengan laskar Kufah yang berjumlah 4000 orang pasukan. Di sisi lain, salah satu dari dua putranya yang bernama Hafsh mendorongnya untuk membunuh Imam Husein, sedang yang lainnya memperingatkan untuk mengurungkan niat itu.
Dan usulan Hafsh-lah yang terpilih. Ia bersama ayahnya memutuskan diri pergi ke Karbala untuk memerangi Imam Husein.
Saat Umar bin Sa’ad mengirim seseorang kepada Husein untuk mengetahui alasan kedatangan beliau ke negeri ini, beliau berkata, “Rakyat kota Anda telah menulis surat kepadaku dan mengundangku. Jika kedatanganku telah membuat Anda tak senang, maka saya akan kembali!”