Lelaki Kerabat Fira'un Ini Mengimani Risalah Nabi Musa
loading...
A
A
A
Perempuan dari keluarga Firaun yang mengimani risalah Nabi Musa as adalah Asiyah binti Muzahim . Dia adalah istri Fir’aun. Sementara itu, ada juga seorang lelaki saudara Firaun yang mengambil jalan sama.
Lelaki ini secara sembunyi-sembunyi mengimani risalah Nabi Musa as . Hanya saja, begitu Raja Fira'un menyampaikan niatnya membunuh utusan Allah SWT tersebut lelaki ini menunjukkan sikapnya.
Lelaki itu ditengarai sebagai sepupu Firaun atau anak paman Firaun. Saat Firaun menyampaikan rencana akan membunuh Nabi Musa lelaki ini menyampaikan pendapatnya dalam rangka membela Nabi Musa.
Allah SWT berfirman:
وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْۖ وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُۖ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ
"Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu.” Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta". [ QS Al-Mu’min/Ghâfir/40 :28]
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan orang ini menyembunyikan keimanannya ketika Fir’aun bermaksud membunuh Nabi Musa lalu meminta pendapat dari para pembesarnya, maka orang ini mengkhawatirkan Nabi Musa. Kemudian ia (dengan keberaniannya) namun tetap dengan lemah lembut menyarankan agar (Fir’aun) tidak melakukan niatnya tersebut. Ia sampaikan itu sebatas pada usulan dan penyampaian pendapat.
Soal siapa lelaki itu, pendapat ulama yang masyhur adalah dia orang Qibthi dari keluarga Fir’aun.
As-Sudiy mengatakan, “Dia adalah anak paman Fir'aun dan ada juga yang mengatakan bahwa dia termasuk orang yang selamat bersama Musa.
Ibnu Jarir memilih pendapat ini dan membantah orang yang mengatakan bahwa lelaki tersebut berasal dari orang Israil (dengan bukti) Fir’aun mau memperhatikan dan mau mendengarkan perkataannya dan tidak jadi membunuh Musa (pada saat itu).
Seandainya orang ini adalah dari bangsa Israil tidak diragukan lagi tentu dia akan segera mendapatkan hukuman karena dia termasuk orang Israil.
Dalam Al–Burhan Fî Qashashil Qur’an disebutkan Ibnu Juraij dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa tidak ada yang beriman di antara keluarga Fir’aun kecuali laki-laki ini dan istri Fir’aun.
Lelaki inilah yang datang dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata, “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, oleh karena itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.”
Laki-laki yang beriman dan menyembunyikan keimanannya dari kaumnya ini, tidak menampakkan keimanannya kecuali pada hari tatkala Fir'aun mengatakan akan membunuh Musa. Ini dia lakukan karena Allah SWT. Dia berani menasihati Fir’aun dengan perkataannya yang sangat santun.
Ibnu Katsir mengatakan Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ (وَفِي رِوَايَةٍ:حَقٍّ) عِنْدَ سُطَانٍ جَائِرٍ
Jihad yang paling utama adalah (menyampaikan) perkataan adil (dalam riwayat yang lain perkataan hak) dihadapan pemimpin yang lalim.
Ibnu Katsir mengatakan, nasihat seperti ini merupakan perkataan yang diungkapkan dengan nilai kelembutan yang sangat tinggi, kekokohan dan akal yang sempurna.
Lelaki ini secara sembunyi-sembunyi mengimani risalah Nabi Musa as . Hanya saja, begitu Raja Fira'un menyampaikan niatnya membunuh utusan Allah SWT tersebut lelaki ini menunjukkan sikapnya.
Baca Juga
Lelaki itu ditengarai sebagai sepupu Firaun atau anak paman Firaun. Saat Firaun menyampaikan rencana akan membunuh Nabi Musa lelaki ini menyampaikan pendapatnya dalam rangka membela Nabi Musa.
Allah SWT berfirman:
وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْۖ وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُۖ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ
"Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu.” Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta". [ QS Al-Mu’min/Ghâfir/40 :28]
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan orang ini menyembunyikan keimanannya ketika Fir’aun bermaksud membunuh Nabi Musa lalu meminta pendapat dari para pembesarnya, maka orang ini mengkhawatirkan Nabi Musa. Kemudian ia (dengan keberaniannya) namun tetap dengan lemah lembut menyarankan agar (Fir’aun) tidak melakukan niatnya tersebut. Ia sampaikan itu sebatas pada usulan dan penyampaian pendapat.
Soal siapa lelaki itu, pendapat ulama yang masyhur adalah dia orang Qibthi dari keluarga Fir’aun.
As-Sudiy mengatakan, “Dia adalah anak paman Fir'aun dan ada juga yang mengatakan bahwa dia termasuk orang yang selamat bersama Musa.
Ibnu Jarir memilih pendapat ini dan membantah orang yang mengatakan bahwa lelaki tersebut berasal dari orang Israil (dengan bukti) Fir’aun mau memperhatikan dan mau mendengarkan perkataannya dan tidak jadi membunuh Musa (pada saat itu).
Seandainya orang ini adalah dari bangsa Israil tidak diragukan lagi tentu dia akan segera mendapatkan hukuman karena dia termasuk orang Israil.
Dalam Al–Burhan Fî Qashashil Qur’an disebutkan Ibnu Juraij dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa tidak ada yang beriman di antara keluarga Fir’aun kecuali laki-laki ini dan istri Fir’aun.
Lelaki inilah yang datang dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata, “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, oleh karena itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.”
Laki-laki yang beriman dan menyembunyikan keimanannya dari kaumnya ini, tidak menampakkan keimanannya kecuali pada hari tatkala Fir'aun mengatakan akan membunuh Musa. Ini dia lakukan karena Allah SWT. Dia berani menasihati Fir’aun dengan perkataannya yang sangat santun.
Ibnu Katsir mengatakan Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ (وَفِي رِوَايَةٍ:حَقٍّ) عِنْدَ سُطَانٍ جَائِرٍ
Jihad yang paling utama adalah (menyampaikan) perkataan adil (dalam riwayat yang lain perkataan hak) dihadapan pemimpin yang lalim.
Ibnu Katsir mengatakan, nasihat seperti ini merupakan perkataan yang diungkapkan dengan nilai kelembutan yang sangat tinggi, kekokohan dan akal yang sempurna.
(mhy)