Manfaat Surat Al-Waqiah jika Dibaca Rutin Bisa Mendatangkan Rezeki
loading...
A
A
A
Manfaat Surat Al-Waqiah jika dibaca rutin bisa terhindar dari kemiskinan dan mendatangkan rezeki. Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari al-Qurthubi dalam tafsirnya, “Al-Jami’ liahkam al-Qur’an wa al-Mubayyin Lima Tadhammanahu Min as-Sunnah wa Ayi al-Furqan” menukil riwayat tentang kekhawatiran Ibn Mas’ud -yang waktu itu dalam keadaan sakit parah- terhadap kehidupan anak perempuannya.
Ia khawatir anak perempuannya akan melarat ketika ditinggal olehnya, dan ia pun memerintah kepada anaknya untuk membaca surat Al-Waqiah setiap malam.
Hal ini berdasar pada hadis Rasulullah SAW:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْوَاقِعَةَ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا
“Siapa yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan tertimpa kemiskinan (kemelaratan) selamanya.”
Hanya saja, hadis yang dikeluarkan oleh al-Hârits bin Abu Usamah dalam kitab Musnad-nya, no. 178, dikeluarkan pula oleh Ibnu Sunniy dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah, no. 674, dihukumi lemah oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Âhadits Dha’îfah, 286 dan Dha’îf al-Jâmi’, 5773.
Beliau sampaikan bahwa Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu Hatim ar-Razi, imam Abdurrahman bin Abi Hatim, Imam ad-Daruquthni, al-Baihaqi dan selainnya melemahkan hadis ini. Demikian juga hadis yang berbunyi:
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا، وَمَنْ قَرَأَ كُلَّ لَيْلَةٍ {لاَ أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ} لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ فِي صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
Barangsiapa membaca surat al-Waqi’ah setiap malam maka dia tidak akan jatuh miskin selamanya. Dan barangsiapa setiap malam membaca Surat al-Qiyâmah maka dia akan berjumpa dengan Allâh pada hari kiamat sedangkan wajahnya bersinar layaknya rembulan di malam purnama.
Hadis ini diriwayatkan oleh ad-Dailami dari jalan Ahmad bin Umar al-Yamami dengan sanadnya sampai Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma. Hadits ini disebutkan juga oleh Imam as-Suyuthi dalam Dzailul Âhâdîts al-Maudhû’ah, no. 177. Imam Ahmad berkata,” Ahmad al-Yamami adalah rawi yang kadzdzab (yang suka berdusta). Para ulama menghukuminya sebagai hadits palsu.
Baca juga: Membaca Surat Al-Waqiah, Amalan Terbaik bagi Perempuan
Mendatangkan Rezeki
Selanjutnya, membaca Surat al-Waqiah secara rutin bisa mendatangkan rezeki. Informasi ini berdasar riwayat dari sahabat Ibnu Abbas dan Anas.
Riwayat ini dikutip oleh Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir bahwa surat Al-Waqiah adalah surat al-ghina (surat yang mendatangkan kecukupan harta), dan oleh karenanya diperintah untuk membaca dan mengajarkannya kepada istri dan anak-anak.
«سورة الواقعة سورة الغنى، فاقرؤوها، وَعَلِّمُوهَا أَوْلَادَكُمْ»
“Surat Al-Waqiah adalah surat yang mendatangkan rezeki (kekayaan), maka bacalah dan ajarkan surat ini kepada anak-anakmu!” Dalam versi sahabat Anas, ada tambahan “ajarkanlah kepada istri dan anak-anakmu!”
Selanjutnya, Surat Al-Waqiah termasuk salah satu surat yang membuat Rasulullah beruban. Dalam Sunan At-Tirmidzi dinarasikan bahwa suatu ketika Abu Bakar memberi tahu Nabi bahwa ia telah beruban, dan Nabi menimpali dengan mengatakan:
شَيَّبَتْنِي هُودْ وَالْوَاقِعَةُ وَالْمُرْسَلَات وَ عَمَّ يَتَسَاءَلُون و إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
“Aku telah dibuat beruban oleh surat Hud, Al-Waqiah, Al-Mursalat, An-Naba’ (‘Amma Yatasa’alun) dan At-Takwir.”
Dikonfirmasi oleh Al-Mubarakfuri dalam Tuhfat Al-Ahwadziy bahwa yang dimaksud redaksi ‘telah dibuat beruban’ di sini bukan berarti uban Rasulullah bertambah, melainkan ini adalah ungkapan Rasulullah yang berhubungan dengan dekatnya waktu kematian. Ini tidak lain karena kandungan Al-Waqiah tidak jauh dari seputar kiamat dan kehidupan setelah kematian.
Baca juga: Waktu Terbaik Membaca Surat Al-Waqiah, Yuk Amalkan!
Membahas Kiamat
Surat Al-Waqiah terdiri dari 96 ayat, ada yang mengatakan pula 95 ayat. Muhammad ibn Umar Nasif dalam Bithaqat at-Ta’rif bi Suwar al-Mushaf asy-Syarif menyebut urutan turunnya surat ini yaitu surat ke 45, diturunkan setelah surat Taha dan sebelum surat Asy-Syu’ara.
Menurutnya, penamaan surat Al-Waqiah karena ayat pembuka di dalamnya, yaitu dibuka dengan kalimat ‘Al-Waqiah’.
Surat yang tergolong makkiyah ini, menurut beberapa ulama membahas tema besar tentang kiamat, mulai dari penegasan tentang benar-benar akan datangnya hari kiamat, keadaan manusia di hari kiamat, keadaan ahli surga dan ahli neraka, balasan bagi orang yang bersyukur dan kufur. Oleh karena tema yang dikandungnya, surat Al-Waqiah disebut juga oleh beberapa mufasir seperti Az-Zuhaili dengan Surat Al-Qiyamat.
Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wasith menjelaskan bahwa surat ini membincang tentang penegasan adanya hari kiamat, dan saat itu akan benar-benar terjadi. Mufasir asal tanah Syam ini melanjutkan bahwa pada kiamat nanti akan ada dua kelompok manusia berdasarkan amal perbuatan mereka, sebagaimana disampaikan dalam surat. Satu kelompok manusia diberi nama ashab al-yamin, sedang kelompok lainnya adalah ashab asy-syimal.
Termasuk dalam kelompok yang pertama adalah para Nabi, Rasul, orang-orang yang membenarkan mereka dan berjuang di jalan mereka. Balasan untuk kelompok ini adalah tempat yang spesial, tempat paling terhormat, surga yang paling atas. Dalam kelompok ini juga ada klasifikasi khusus yang disebut dengan ashab al-maymanah, balasan bagi mereka antara lain surga yang paling bawah. Sementara untuk ashab asy-syimal (kebalikan ashab al-yamin) ini berada di neraka jahim.
Ada tambahan sedikit dari Ibnu Asyur mengenai kandungan surat Al-Waqiah yang ditulis dalam At-Tahrir wa At-Tanwir. Di samping bahasan tentang penegasan tentang hari kiamat, gambaran mengenai manusia, balasan yang manusia peroleh, surat ini juga bertujuan menginformasikan tentang bukti-bukti ke-Maha Kuasa-an Allah, baik berupa fenomena alam, maupun dalam bentuk menghidupkan dan mematikan makhlukNya.
Satu lagi isi dalam surat Al-Waqiah yaitu penguatan tentang status Al-Quran. Kitab suci ini benar-benar bersumber dari Allah. Al-Quran merupakan berkah yang diberikan Allah kepada manusia, namun sayang sekali sedikit yang menyukurinya, mengambil pelajaran dan memahami petunjuknya, yang banyak adalah mendustakannya dan abai pada kandungan serta tuntunannya.
Ar-Razi dalam Mafatih Al-Ghayb mengkombinasi dua keterangan di atas. Bedanya, ia mendapatkan kesimpulan ini berdasar pada Analisa munasabah atau keterkaitan surat Al-Waqiah dengan surat sebelumnya, dan juga munasabah keseluruhan surat dari awal sampai akhir. Pada intinya, surat ini menetapkan (kembali) balasan atas perbuatan manusia, pahala maupun siksa, juga informasi tentang bukti-bukti kekuasaan dan keagungan Allah SWT
Ia khawatir anak perempuannya akan melarat ketika ditinggal olehnya, dan ia pun memerintah kepada anaknya untuk membaca surat Al-Waqiah setiap malam.
Hal ini berdasar pada hadis Rasulullah SAW:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْوَاقِعَةَ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا
“Siapa yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan tertimpa kemiskinan (kemelaratan) selamanya.”
Hanya saja, hadis yang dikeluarkan oleh al-Hârits bin Abu Usamah dalam kitab Musnad-nya, no. 178, dikeluarkan pula oleh Ibnu Sunniy dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah, no. 674, dihukumi lemah oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Âhadits Dha’îfah, 286 dan Dha’îf al-Jâmi’, 5773.
Beliau sampaikan bahwa Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu Hatim ar-Razi, imam Abdurrahman bin Abi Hatim, Imam ad-Daruquthni, al-Baihaqi dan selainnya melemahkan hadis ini. Demikian juga hadis yang berbunyi:
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا، وَمَنْ قَرَأَ كُلَّ لَيْلَةٍ {لاَ أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ} لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ فِي صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
Barangsiapa membaca surat al-Waqi’ah setiap malam maka dia tidak akan jatuh miskin selamanya. Dan barangsiapa setiap malam membaca Surat al-Qiyâmah maka dia akan berjumpa dengan Allâh pada hari kiamat sedangkan wajahnya bersinar layaknya rembulan di malam purnama.
Hadis ini diriwayatkan oleh ad-Dailami dari jalan Ahmad bin Umar al-Yamami dengan sanadnya sampai Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma. Hadits ini disebutkan juga oleh Imam as-Suyuthi dalam Dzailul Âhâdîts al-Maudhû’ah, no. 177. Imam Ahmad berkata,” Ahmad al-Yamami adalah rawi yang kadzdzab (yang suka berdusta). Para ulama menghukuminya sebagai hadits palsu.
Baca juga: Membaca Surat Al-Waqiah, Amalan Terbaik bagi Perempuan
Mendatangkan Rezeki
Selanjutnya, membaca Surat al-Waqiah secara rutin bisa mendatangkan rezeki. Informasi ini berdasar riwayat dari sahabat Ibnu Abbas dan Anas.
Riwayat ini dikutip oleh Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir bahwa surat Al-Waqiah adalah surat al-ghina (surat yang mendatangkan kecukupan harta), dan oleh karenanya diperintah untuk membaca dan mengajarkannya kepada istri dan anak-anak.
«سورة الواقعة سورة الغنى، فاقرؤوها، وَعَلِّمُوهَا أَوْلَادَكُمْ»
“Surat Al-Waqiah adalah surat yang mendatangkan rezeki (kekayaan), maka bacalah dan ajarkan surat ini kepada anak-anakmu!” Dalam versi sahabat Anas, ada tambahan “ajarkanlah kepada istri dan anak-anakmu!”
Selanjutnya, Surat Al-Waqiah termasuk salah satu surat yang membuat Rasulullah beruban. Dalam Sunan At-Tirmidzi dinarasikan bahwa suatu ketika Abu Bakar memberi tahu Nabi bahwa ia telah beruban, dan Nabi menimpali dengan mengatakan:
شَيَّبَتْنِي هُودْ وَالْوَاقِعَةُ وَالْمُرْسَلَات وَ عَمَّ يَتَسَاءَلُون و إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
“Aku telah dibuat beruban oleh surat Hud, Al-Waqiah, Al-Mursalat, An-Naba’ (‘Amma Yatasa’alun) dan At-Takwir.”
Dikonfirmasi oleh Al-Mubarakfuri dalam Tuhfat Al-Ahwadziy bahwa yang dimaksud redaksi ‘telah dibuat beruban’ di sini bukan berarti uban Rasulullah bertambah, melainkan ini adalah ungkapan Rasulullah yang berhubungan dengan dekatnya waktu kematian. Ini tidak lain karena kandungan Al-Waqiah tidak jauh dari seputar kiamat dan kehidupan setelah kematian.
Baca juga: Waktu Terbaik Membaca Surat Al-Waqiah, Yuk Amalkan!
Membahas Kiamat
Surat Al-Waqiah terdiri dari 96 ayat, ada yang mengatakan pula 95 ayat. Muhammad ibn Umar Nasif dalam Bithaqat at-Ta’rif bi Suwar al-Mushaf asy-Syarif menyebut urutan turunnya surat ini yaitu surat ke 45, diturunkan setelah surat Taha dan sebelum surat Asy-Syu’ara.
Menurutnya, penamaan surat Al-Waqiah karena ayat pembuka di dalamnya, yaitu dibuka dengan kalimat ‘Al-Waqiah’.
Surat yang tergolong makkiyah ini, menurut beberapa ulama membahas tema besar tentang kiamat, mulai dari penegasan tentang benar-benar akan datangnya hari kiamat, keadaan manusia di hari kiamat, keadaan ahli surga dan ahli neraka, balasan bagi orang yang bersyukur dan kufur. Oleh karena tema yang dikandungnya, surat Al-Waqiah disebut juga oleh beberapa mufasir seperti Az-Zuhaili dengan Surat Al-Qiyamat.
Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wasith menjelaskan bahwa surat ini membincang tentang penegasan adanya hari kiamat, dan saat itu akan benar-benar terjadi. Mufasir asal tanah Syam ini melanjutkan bahwa pada kiamat nanti akan ada dua kelompok manusia berdasarkan amal perbuatan mereka, sebagaimana disampaikan dalam surat. Satu kelompok manusia diberi nama ashab al-yamin, sedang kelompok lainnya adalah ashab asy-syimal.
Termasuk dalam kelompok yang pertama adalah para Nabi, Rasul, orang-orang yang membenarkan mereka dan berjuang di jalan mereka. Balasan untuk kelompok ini adalah tempat yang spesial, tempat paling terhormat, surga yang paling atas. Dalam kelompok ini juga ada klasifikasi khusus yang disebut dengan ashab al-maymanah, balasan bagi mereka antara lain surga yang paling bawah. Sementara untuk ashab asy-syimal (kebalikan ashab al-yamin) ini berada di neraka jahim.
Ada tambahan sedikit dari Ibnu Asyur mengenai kandungan surat Al-Waqiah yang ditulis dalam At-Tahrir wa At-Tanwir. Di samping bahasan tentang penegasan tentang hari kiamat, gambaran mengenai manusia, balasan yang manusia peroleh, surat ini juga bertujuan menginformasikan tentang bukti-bukti ke-Maha Kuasa-an Allah, baik berupa fenomena alam, maupun dalam bentuk menghidupkan dan mematikan makhlukNya.
Satu lagi isi dalam surat Al-Waqiah yaitu penguatan tentang status Al-Quran. Kitab suci ini benar-benar bersumber dari Allah. Al-Quran merupakan berkah yang diberikan Allah kepada manusia, namun sayang sekali sedikit yang menyukurinya, mengambil pelajaran dan memahami petunjuknya, yang banyak adalah mendustakannya dan abai pada kandungan serta tuntunannya.
Ar-Razi dalam Mafatih Al-Ghayb mengkombinasi dua keterangan di atas. Bedanya, ia mendapatkan kesimpulan ini berdasar pada Analisa munasabah atau keterkaitan surat Al-Waqiah dengan surat sebelumnya, dan juga munasabah keseluruhan surat dari awal sampai akhir. Pada intinya, surat ini menetapkan (kembali) balasan atas perbuatan manusia, pahala maupun siksa, juga informasi tentang bukti-bukti kekuasaan dan keagungan Allah SWT
(mhy)