13 Adab yang Harus Diperhatikan Agar Doa Mustajab
loading...
A
A
A
Doa di dalam Islam memiliki kedudukan sangat agung. Doa merupakan ibadah yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Doa merupakan bukti ketergantungan seorang hamba kepada Allah SWT dalam meraih apa-apa yang bermanfaat dan menolak apa-apa yang membawa mudharat baginya.
Doa merupakan bukti keterkaitan seorang manusia kepada Rabb-nya, dan kecondongannya kepada Allah SWT, bahwasannya tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah SWT. Dalam berdoa, ada beberapa perkara dan adab yang harus diperhatikan oleh seseorang, sehingga doanya mustajab .
Pertama, memasang niat yang benar. Seseorang yang berdoa, hendaklah meniatkan dalam doanya tersebut untuk menegakkan ibadah kepada Allah SWT dan menggantungkan kebutuhannya kepadaNya. Karena siapa saja yang mengggantungkan hajatnya kepada Allah SWT, niscaya ia tidak akan rugi selama-lamanya.
Kedua, berdoa dalam keadaan bersuci. Cara seperti ini lebih afdhal. Hanya saja, jika seseorang berdoa dalam kondisi tidak berwudhu’, maka hal itu tidak mengapa.
Ketiga, meminta kepada Allah Ta’ala dengan menengadahkan telapak tangan.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda:
إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ بِبُطُونِ أَكُفِّكُمْ وَلَا تَسْأَلُوهُ بِظُهُورِهَا
Jika engkau meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka mintalah dengan menengadahkan telapak tangan, dan janganlah engkau memintanya dengan menengadahkan punggung telapak tangan. (HR Abu Dawud, 1486 dari Malik bin Yasar; Shahih Abu Dawud, 1318. Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan yang lainnya).
Kaifiatnya adalah, dengan mengarahkan telapak tangan ke wajah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Atau dengan cara mengangkat tangan hingga nampak putih ketiaknya (bagian dalam ketiaknya). Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ إِبِطُهُ يَسْأَلُ اللَّهَ مَسْأَلَةً إِلَّا آتَاهَا إِيَّاهُ
Tidaklah seorang hamba mengangkat kedua tangannya hingga nampak ketiaknya dan memohon suatu permohonan, kecuali Allah mengabulkan permohonannya itu).(HR at Tirmidzi, 3603 dari Abu Hurairah. Shahih at Tirmidzi, 2853).
Cara seperti menunjukkan ketergantungan seorang hamba kepada Allah, kebutuhannya kepada Allah, dan permohonannya yang sangat kepada AllahTa’ala.
Keempat, memulai dengan mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah SWT. Cara seperti ini menjadi sebab lebih dekat kepada terkabulnya doa. Rasulullah SAW pernah mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya dan dia tidak mengagungkan Allah SWT, tidak bersholawat atas Nabi SAW. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Orang ini terburu-buru,” kemudian Rasulullah memanggilnya dan bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ
Jika salah seorang dari kalian sholat, hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , kemudian bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , setelah itu ia berdoa dengan apa yang ia inginkan. (HR Abu Dawud, 1481; an Nasaa-i, 44/3; at Tirmidzi, 3477 dan dishahihkannya, dari Fudhalah bin ‘Ubaid. Silahkan lihat Shahih Abu Dawud, 1314).
Kelima, bersholawat atas Nabi SAW. Jika ia meninggalkan sholawat atas Nabi, doanya bisa terhalang. Nabi SAW bersabda : “Semua doa terhalang, sehingga diucapkan sholawat atas Nabi SAW.
Hadis tersebut diriwayatkan Ad-Dailami dalam Musnad al Firdaus, III/4791 dari ‘Ali. Dalam hadis lain diriwayatkan dari Anas. Juga dari Ali secara mauquf yang diriwayatkan ath Thabrani di dalam al Ausath, dan al Baihaqi di dalam asy Syu’ab. Berkata al Haitsami di dalam al Majma’, X/160 : “Para perawinya tsiqat”. Silahkan lihat Shahih al Jaami’, 4523).
Keenam, memulai berdoa untuk diri sendiri terlebih dahulu. Demikian ini yang diisyaratkan dalam al Qur`an, seperti ayat:
Doa merupakan bukti keterkaitan seorang manusia kepada Rabb-nya, dan kecondongannya kepada Allah SWT, bahwasannya tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah SWT. Dalam berdoa, ada beberapa perkara dan adab yang harus diperhatikan oleh seseorang, sehingga doanya mustajab .
Pertama, memasang niat yang benar. Seseorang yang berdoa, hendaklah meniatkan dalam doanya tersebut untuk menegakkan ibadah kepada Allah SWT dan menggantungkan kebutuhannya kepadaNya. Karena siapa saja yang mengggantungkan hajatnya kepada Allah SWT, niscaya ia tidak akan rugi selama-lamanya.
Kedua, berdoa dalam keadaan bersuci. Cara seperti ini lebih afdhal. Hanya saja, jika seseorang berdoa dalam kondisi tidak berwudhu’, maka hal itu tidak mengapa.
Ketiga, meminta kepada Allah Ta’ala dengan menengadahkan telapak tangan.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda:
إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ بِبُطُونِ أَكُفِّكُمْ وَلَا تَسْأَلُوهُ بِظُهُورِهَا
Jika engkau meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka mintalah dengan menengadahkan telapak tangan, dan janganlah engkau memintanya dengan menengadahkan punggung telapak tangan. (HR Abu Dawud, 1486 dari Malik bin Yasar; Shahih Abu Dawud, 1318. Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan yang lainnya).
Kaifiatnya adalah, dengan mengarahkan telapak tangan ke wajah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Atau dengan cara mengangkat tangan hingga nampak putih ketiaknya (bagian dalam ketiaknya). Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ إِبِطُهُ يَسْأَلُ اللَّهَ مَسْأَلَةً إِلَّا آتَاهَا إِيَّاهُ
Tidaklah seorang hamba mengangkat kedua tangannya hingga nampak ketiaknya dan memohon suatu permohonan, kecuali Allah mengabulkan permohonannya itu).(HR at Tirmidzi, 3603 dari Abu Hurairah. Shahih at Tirmidzi, 2853).
Cara seperti menunjukkan ketergantungan seorang hamba kepada Allah, kebutuhannya kepada Allah, dan permohonannya yang sangat kepada AllahTa’ala.
Baca Juga
Keempat, memulai dengan mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah SWT. Cara seperti ini menjadi sebab lebih dekat kepada terkabulnya doa. Rasulullah SAW pernah mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya dan dia tidak mengagungkan Allah SWT, tidak bersholawat atas Nabi SAW. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Orang ini terburu-buru,” kemudian Rasulullah memanggilnya dan bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ
Jika salah seorang dari kalian sholat, hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , kemudian bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , setelah itu ia berdoa dengan apa yang ia inginkan. (HR Abu Dawud, 1481; an Nasaa-i, 44/3; at Tirmidzi, 3477 dan dishahihkannya, dari Fudhalah bin ‘Ubaid. Silahkan lihat Shahih Abu Dawud, 1314).
Kelima, bersholawat atas Nabi SAW. Jika ia meninggalkan sholawat atas Nabi, doanya bisa terhalang. Nabi SAW bersabda : “Semua doa terhalang, sehingga diucapkan sholawat atas Nabi SAW.
Hadis tersebut diriwayatkan Ad-Dailami dalam Musnad al Firdaus, III/4791 dari ‘Ali. Dalam hadis lain diriwayatkan dari Anas. Juga dari Ali secara mauquf yang diriwayatkan ath Thabrani di dalam al Ausath, dan al Baihaqi di dalam asy Syu’ab. Berkata al Haitsami di dalam al Majma’, X/160 : “Para perawinya tsiqat”. Silahkan lihat Shahih al Jaami’, 4523).
Keenam, memulai berdoa untuk diri sendiri terlebih dahulu. Demikian ini yang diisyaratkan dalam al Qur`an, seperti ayat: