Syaikh Muhammad Abduh: Dinamakan Islam, Sebenarnya Bukan Islam

Senin, 29 Agustus 2022 - 17:43 WIB
loading...
A A A
Lalu kaki tangan mereka menyebarkan cerita-cerita, berita-berita dan bermacam-macam pandangan ke seluruh pelosok kawasan Islam - yang akan membuat orang awam jadi puas dan yakin - bahwa mereka tidak berhak mencampuri soal-soal umum.

Segala yang berhubungan dengan soal-soal masyarakat dan negara adalah menjadi wewenang para penguasa. Barangsiapa mau mencampuri soal semacam ini di luar mereka, berarti ia memasuki persoalan yang bukan bidangnya.



Apabila sampai timbul kerusakan-kerusakan dan suasana yang tidak menyenangkan, semua itu bukan karena perbuatan para penguasa, melainkan suatu kenyataan seperti yang disebutkan dalam hadis-hadis sebagai ciri-ciri akhir zaman.

Orang tidak perlu menghindarkan diri baik untuk masa sekarang mau pun untuk masa yang akan datang. Maka lebih aman apabila hal ini kita serahkan saja kepada Tuhan. Kewajiban seorang Muslim hanyalah mengurus diri sendiri.

Dalam hal ini mereka menemukan pula beberapa hadis yang secara harfiah membantu sekali maksud mereka. Demikian juga adanya hadis-hadis palsu dan lemah dapat memperkuat tujuan mereka menyebarkan pelbagai ilusi semacam itu.

Barisan yang menyesatkan semacam itu sudah tersebar luas di kalangan Muslimin sendiri, dengan mendapat bantuan di mana-mana dari pembesar-pembesar yang memang berbahaya itu.

Kepercayaan tentang takdir mereka pergunakan sebagai alat pemadam semangat, sebagai belenggu yang akan dipasang di tangan orang yang mau berusaha.

Faktor yang paling kuat mendorong hati orang menerima dongengan-dongengan semacam ini ialah tingkat pengetahuan yang masih bersahaja, kesadaran beragama yang lemah dan mudah terbawa nafsu. Ketiga faktor ini bila bertemu berarti suatu kehancuran.

Kebenaran sudah tertimbun oleh kepalsuan yang begitu tebal. Kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan ajaran pokok agama, dan mengaburkannya sekaligus - seperti kata orang - sudah sangat melekat ke dalam hati.

"Politik demikian ini adalah politik tirani dan egoistis sifatnya. Politik inilah yang menyebarkan hal-hal yang bukan dan agama dimasukkan ke dalam agama. Politik inilah yang telah merampas harapan dari si Muslim yang tadinya hendak menembusi lapisan langit; terpaku ia dalam hidup putus asa, hidup dengan makhluk-makhluk hewan yang membisu ...

Sebagian besar yang kita saksikan sekarang, yang dinamakan Islam, sebenarnya bukan Islam. Hanya bentuknya saja yang masih dipelihara sebagai amalan-amalan Islam - sembahyang, puasa, naik haji, ditambah
sedikit hafalan kata-kata-yang artinya sudah dibelokkan pula.



Ajaran-ajaran bid'ah dan dongengan-dongengan yang dimasukkan ke dalam agama dan dianggap sebagai agama, telah membuat orang jadi beku dalam berpikir, seperti sudah saya sebutkan tadi.

"Semoga Tuhan menjauhkan semua kita dari mereka dan dari kebohongan yang mereka buat-buat atas nama Tuhan dan agama itu! Segala cacat yang sekarang dialamatkan kepada kaum Muslimin sebenarnya bukan dari Islam, tetapi sesuatu yang lain yang mereka namakan Islam," tulis Syaikh Muhammad Abduh.

Muhammad Husain Haekal dalam buku berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" mengomentari pernyataan Muhammad Abduh tersebut mengatakan keadaan yang digambarkan oleh Syaikh Muhammad Abduh ini memang merupakan beberapa pendirian yang bertentangan sekali, yang
oleh mereka disiar-siarkan dan disebarkan begitu luas dengan mengatakan bahwa itu ajaran Islam, itu perintah Tuhan dan Rasul.

"Dan pelbagai macam pendirian inilah lahirnya mazhab jabariah, yang oleh mereka yang datang kemudian telah digambarkan begitu rupa, berlainan sekali dengan apa yang ada dalam Qur'an," ujarnya.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1600 seconds (0.1#10.140)