Dialog Al-Walid dengan Abu Jahal untuk Menggembosi Dakwah Rasulullah SAW

Sabtu, 10 September 2022 - 14:28 WIB
loading...
Dialog Al-Walid dengan Abu Jahal untuk Menggembosi Dakwah Rasulullah SAW
Kisah ini didasarkan dari sebuah hadis yang diriwayatkan Ishaq bin Rahawaih dengan sanadnya dari Ibnu Abbas. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Dialog Al-Walid bin Al-Mughirah dengan Abu Jahal untuk menggembosi dakwah Rasulullah SAW ini terjadi pasca-pertemuan antara Al-Walid dan Rasulullah SAW. Kisah ini didasarkan dari sebuah hadis yang diriwayatkan Ishaq bin Rahawaih dengan sanadnya dari Ibnu Abbas .

Suatu ketika Al-Walid bin Al-Mughirah mendatangi Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah membaca Al-Qur'an untuk diperdengarkan kepadanya. Al-Walid terkesima dan seakan-akan bersimpati padanya. Berita ini pun sampai ke telinga Abu Jahal.

Abu Jahal pun buru-buru mendatangi al-Walid seraya berseru: “Wahai, paman! Kaummu ingin mengumpulkan harta untukmu!”

”Untuk apa?” tanya Al-Walid.

”Untuk diberikan kepadamu, karena engkau telah mendatangi Muhammad. Maka sungguh dakwahnya pasti akan terhalang,” jawab Abu Jahal.

”Kaum Quraisy sudah mengetahui, bahwa aku termasuk yang paling banyak hartanya,” ujar Al-Walid.



Abu Jahal menimpali, ”Ucapkanlah tentangnya suatu ucapan yang menjelaskan kepada kaummu, bahwa engkau mengingkarinya.”

”Apa yang harus saya katakan?" tanya Al-Walid. "Demi Allah, tidak ada seorangpun di antara kalian yang lebih paham dariku tentang syi’ir-syi’ir. Tidak ada yang lebih paham dariku tentang rajaznya (irama sajak) juga qasidahnya, juga syi’ir jin," tambahnya.

Al-Walid melanjutkan, "Demi Allah, perkataannya sama sekali tidak menyerupai semua. Demi Allah, ucapan yang diucapkannya itu enak didengar dan indah. Sesungguhnya perkataannya itu, bagian atasnya berbuah dan bagian bawahnya (akarnya) banyak airnya. Ucapannya itu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya, serta bisa menghancurkan semua yang berada di bawahnya.”

Abu Jahal berujar, ”Kaummu tidak akan senang sampai engkau mengatakan sesuatu tentang Al-Qur'an.”

”Biarkan aku berpikir!” jawab Al Walid. Setelah berpikir keras, dia pun berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang lain.” Maka turunlah ayat:

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا ﴿١١﴾ وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا ﴿١٢﴾ وَبَنِينَ شُهُودًا

"Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia." ( QS al Muddatstsir/74 : 11-13).



Kisah ini berdasar hadis riwayat al-Baihaqi dari al Hakim dari Ishaq. Riwayat ini juga dibawakan oleh Imam Ibnu Katsir dalam al Bidayah wan-Nihayah.

Syaikh al Albani mengatakan hadis ini dibawakan oleh al Hakim dalam Mustadrak (2/506-507) dan beliau mengatakan shahih sesuai dengan syarat Imam Bukhari, dan disepakati oleh adz Dzahabi.

Hadis ini, sebagaimana dikatakan oleh mereka, dibawakan juga oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya (29/156), dari Ikrimah secara mursal dan dari jalur yang lain dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu.

Setelah membawakan riwayat ini, Syaikh al-Albani mengatakan, bahwa tentang hal ini, Allah mengabarkan kejahilan dan kerendahan akal mereka:

بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ

Bahkan mereka berkata(pula): “(Al Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan ia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mu’jizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus”. (QS al Anbiyaa`/21:5).



Orang-orang Quraisy itu kebingungan. Mereka tidak mengetahui, apa yang seharusnya mereka katakan tentangnya. Semua perkataan mereka batil, karena semua yang keluar dari yang haq adalah salah.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثَالَ فَضَلُّوا فَلَا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا

Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). ( QS al Israa`/17 :48).

Tokoh Quraisy
Al-Walid ibn Al-Mughirah adalah tokoh sepuh Quraisy, penentang dakwah Rasulullah SAW pada masa-masa awal kenabian. Ada lebih dari 100 ayat dalam Al-Qur'an yang membicarakan dirinya.

Ibnu 'Abbas ra berkata, “Tak ada seorang pun yang pernah dihinakan di dalam Al-Qur'an melebihi kehinaan Al-Walid ibn Al-Mughirah." Kitab-kitab tafsir dipenuhi oleh namanya.

Nama lengkapnya adalah Al-Walid ibn Al-Mughirah ibn Abdullah ibn Umar ibn Makhzum ibn Yagzhah ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik. Ibunya bernama Shakhrah binti Al-Harits ibn Abdullah ibn Abd Syams.

Al-Walid lahir di Kota Mekkah pada 95 tahun sebelum hijrah, yaitu 530 M, dan meninggal pada 622 M. Dengan demikian, ketika dakwah Islam baru memancarkan sinarnya, Al-Walid sudah berkedudukan sebagai sesepuh serta dituakan, baik dalam internal kabilah Quraisy maupun oleh penduduk Mekkah pada umumnya.

Sehari-hari, dia biasa dipanggil Abd Syams atau Abu 'Abd Syams. Dilatarbelakangi kedudukannya yang terpandang, beberapa gelar (lagab) kehormatan disematkan pada dirinya.

Ia merasa orang yang lebih berhak atas kenabian. Itu sebabnya ia memprotes mengapa yang diangkat menjadi rasul dan menerima wahyu Al-Qur'an bukan dirinya.

“Wahai Muhammad, jika kenabian (nubuwwah) itu benar, tentu orang yang paling berhak mendapatkannya adalah aku, bukan engkau! Sebab, aku lebih tua dan lebih kaya daripada dirimu," ujarnya kepada Rasulullah SAW .
Selanjutnya, dalam banyak kesempatan, Al-Walid dan para pembesar Quraisy lainnya juga menebar wacana di tengah masyarakat bahwa wahyu Al-Qur'an bisa diturunkan kepada siapa saja, bukan hanya monopoli Muhammad.



Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW mengajak mereka beriman, mereka menolak mentah-mentah dengan logika bahwa mereka dan Muhammad sama-sama orang Arab, sama-sama orang Quraisy. “Lantas, mengapa harus Muhammad yang diistimewakan?" seru mereka.

Sebenarnya, dalam hati kecilnya, Al-Walid mengagumi Al-Qur'an. Dia terpesona dengan keindahan bahasa dan susunan kalimatnya. Nuraninya berbisik bahwa kata-kata dalam Al-Qur'an tak mungkin berasal dari karangan manusia. Bahkan, pujangga terhebat sekalipun takkan mampu merangkai kalimat seperti itu. Namun, lagi-lagi kesombongan diri sering kali membungkam hati nurani. Hidayah yang nyaris menyentuh kalbu Al-Walid sirna seketika saat bercak-bercak kesombongan menutupi mata hatinya.

Abu Jahal
Sohib Al-Walid dalam menentang dakwah Rasulullah SAW adalah Abu Jahal. Musuh Islam ini sejatinya adalah 'Amr ibn Hisyam namun oleh umat Islam ia berjuluk Abu Jahal yang bermakna “biang kebodohan”. Ia merupakan salah satu tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Rasulullah SAW.

Si kafir ini mengagumi Al-Qur'an. Seringkali, secara diam-diam ia mencuri dengar Rasulullah SAW membaca Kitab Suci tersebut. Dalam sirah nabawiyah disebutkan bahwa sebelum masyhur sebagai “Abu Jahal”, sebutannya adalah Abul Hakam. Maknanya, “sosok bijaksana.”

Pada masa Islam ia dikenal sebagai sosok yang kejam, bengis, dan bertangan dingin. Sumayyah adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang merasakan kekejamannya hingga dia meninggal dunia.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1979 seconds (0.1#10.140)