Kisah Utbah bin Rabi'ah Merayu Rasulullah SAW Malah Tersihir Al-Qur'an

Sabtu, 10 September 2022 - 14:38 WIB
loading...
Kisah Utbah bin Rabiah Merayu Rasulullah SAW Malah Tersihir Al-Quran
Utbah bin Rabiah merayu Nabi SAW dengan harta, tahta dan wania asal sudi meninggalkan dakwah Islam. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Kisah Utbah bin Rabi'ah merayu Rasulullah SAW , malah tersihir ayat-ayat Al-Qur'an dikisahkan antara lain oleh Imam ‘Abdu bin Humaid dalam Musnad-nya, dengan sanad dari Jabir bin Abdullah.

Utbah bin Rabi'ah bernama lengkap Utbah bin Rabi'ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab al-Qurasyi al-Absyami. Utbah memperoleh kedudukan sosial yang tinggi di antara orang Quraisy. Di antaranya mengesampingkan hal-hal kecil, dan kesabarannya di masa muda yang umumnya terburu nafsu.

Sayangnya, dia menempatkan dirinya sebagai musuh nabi dan menentang dakwah Islam.



Suatu hari Utbah bin Rabi’ah mendatangi Nabi Muhammad SAW yang tengah duduk di dekat Kakbah. Ia menawarkan sesuatu kepada Rasulullah agar tak terus "mengganggu" kaum kafir Quraisy dengan dakwah Islam.

“Wahai anak saudaraku (Muhammad), engkau telah membawa satu urusan yang besar kepada kaummu, yang dengan urusan itu kau memecah-belah persatuan mereka!" ucap Utbah saat menyapa Rasulullah.

“Sekarang," lanjut Utbah, "dengarkanlah kata-kataku. Aku akan mengajukan beberapa tawaran kepadamu dan semoga engkau mempertimbangkannya. Sebab, siapa tahu engkau mau menerima," ujarnya.

“Katakanlah, Wahai Abul-Walid (julukan Utbah), biar kudengarkan," jawab Rasulullah SAW.

"Jika engkau menginginkan harta kekayaan sebagai pengganti risalah yang kamu bawa ini, maka kami siap menghimpun harta kami untuk diserahkan kepadamu. Kalau engkau menginginkan kedudukan, kami akan mengangkatmu sebagai pimpinan kami. Kalau engkau menginginkan kerajaan, kami akan mengangkatmu sebagai raja kami. Ketika engkau tertimpa penyakit, kami akan carikan obat bagimu dan kami sanggup mengeluarkan biaya hingga engkau sembuh," ujar Utbah.

Nabi SAW bertanya kepadanya: “Apakah engkau sudah selesai bicara, wahai Abul-Walid?”.

"Ya,” jawab Utbah.

"Sekarang, dengarkanlah ucapanku,” ujar Rasul SAW.



Beliau pun membacakan surah Fushilat ayat 1-5. Terus dibacanya surah tersebut dengan bertumpu kepada kedua tangannya. Utbah menyimak bacaan beliau hingga ayat sajdah dan melihat Nabi Muhammad SAW bersujud menghadap Kakbah.

Rasulullah pun mengungkapkan pada Utbah bahwa apa yang dibacakannya merupakan jawaban atas perkataan Utbah kepada Rasul.

حٰمٓ‌
1. Haa Mim

تَنۡزِيۡلٌ مِّنَ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِ‌ۚ
2. (Al-Qur'an ini) diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

كِتٰبٌ فُصِّلَتۡ اٰيٰتُهٗ قُرۡاٰنًا عَرَبِيًّا لِّقَوۡمٍ يَّعۡلَمُوۡنَۙ
3. Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,

بَشِيۡرًا وَّنَذِيۡرًا‌ ۚ فَاَعۡرَضَ اَكۡثَرُهُمۡ فَهُمۡ لَا يَسۡمَعُوۡنَ
4. yang membawa berita gembira dan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) serta tidak mendengarkan.

وَقَالُوۡا قُلُوۡبُنَا فِىۡۤ اَكِنَّةٍ مِّمَّا تَدۡعُوۡنَاۤ اِلَيۡهِ وَفِىۡۤ اٰذَانِنَا وَقۡرٌ وَّمِنۡۢ بَيۡنِنَا وَبَيۡنِكَ حِجَابٌ فَاعۡمَلۡ اِنَّنَا عٰمِلُوۡنَ‏
5. Dan mereka berkata, "Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudah tersumbat, dan di antara kami dan engkau ada dinding, karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)."



Utbah lantas menemui kaumnya. Para kawannya melihat, wajah Utbah berubah usai bertemu Rasulullah jika dibandingkan sebelum bertemu sang pembawa risalah Islam itu.

"Apa yang terjadi denganmu, wahai Abul Walid?” tanya seseorang.

Utbah menjawab, “Tadi aku mendengar suatu perkataan—yang demi Tuhan tidak pernah kudengarkan yang seperti itu sama sekali. Demi Tuhan, itu bukan syair, bukan ucapan tukang sihir dan tenung. Wahai orang-orang Quraisy, turutilah aku dan serahkanlah masalah ini kepadaku. Biarkan orang itu (Muhammad) dengan urusannya, dan jangan ganggu dia!"

Melihat kawan-kawannya terdiam, Utbah melanjutkan perkataannya. "Demi Allah, perkataannya yang kudengarkan tadi benar-benar menjadi berita besar jika bangsa Arab menerimanya. Jika dapat menguasai bangsa Arab, maka kerajaannya akan menjadi kerajaan kalian pula dan kemuliannya menjadi kemuliaan kalian juga."

Ahli Sihir
Sementara itu, Imam ‘Abdu bin Humaid meriwayatkan dalam Musnad-nya, dengan sanad dari Jabir bin ‘Abdullah, dia berkata:



Pada suatu hari kaum Quraisy berkumpul, lalu mereka berkata: “Perhatikan orang yang paling mengetahui di antara kalian tentang sihir, perdukunan dan syi’ir! Hendaklah dia mendatangi lelaki ini (yaitu, Muhammad SAW) yang memecah-belah persatuan kita, mencerai-beraikan urusan kita dan mencela agama kita. Hendaklah ia mengajaknya berbicara dan menunjukkan bantahannya”.

Kata mereka, ”Kami tidak mengetahui (orang seperti itu) selain ‘Utbah bin Rabi’ah,” mereka (pun) berkata: “Engkau, wahai Abul Walid (kunyah Utbah, Red.)”.

‘Utbah pun mendatangi Nabi SAW seraya berkata: “Wahai, Muhammad. Kamu yang lebih baik, ataukah Abdullah?”

Rasulullah SAW diam tidak menjawab. (Maka) Utbah berkata lagi : “Engkau yang lebih baik, ataukah Abdul Muthalib?”

Rasulullah SAW (tetap) diam tidak memberikan jawaban. Kemudian ‘Utbah berkata:

“Jika engkau meyakini bahwa mereka lebih baik darimu, maka (ketahuilah), mereka itu telah menyembah tuhan-tuhan yang engkau cela! Jika engkau yakin, engkau lebih baik dari mereka, maka jawablah agar kami bisa mendengar ucapanmu."

"Demi Allah, sesungguhnya kami tidak pernah melihat seorang lelaki yang lebih membuat kaumnya merasa bosan dari pada engkau. Engkau telah memecah pesatuan kami, engkau cerai-beraikan urusan kami, engkau cela agama kami dan engkau cemarkan nama baik kami di mata orang Arab. Sehingga tersebar berita di tengah mereka, bahwa di tengah kaum Quraisy ada seorang penyihir, ada tukang tenung."

"Demi Allah, kita tidak menunggu apapun kecuali seperti suara pekikan orang hamil, lalu sebagian di antara kita menghunus pedang kepada sebagian yang lain untuk saling membunuh. Wahai, lelaki, jika engkau memiliki kebutuhan, kami akan mengumpulkan harta untukmu, sehingga engkau menjadi orang Quraisy yang terkaya. Jika engkau ingin menikah, maka pilihlah wanita manapun yang engkau inginkan, kami akan menikahkan engkau dengan sepuluh wanita.”



Setelah itu Rasulullah SAW bertanya, ”Apakah engkau sudah selesai?”

‘Utbah bin Rabi’ah menjawab, ”Ya,”

Selanjutnya Rasulullah SAW membacakan surah Fushilat ayat 1-3. Sampai dengan ayat:

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ

[Jika mereka berpaling, maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan kaum Tsamud”. (QS Fusshilat/41 : 13).

Kemudian ‘Utbah berkata, ”Cukup! Apakah engkau tidak memiliki selain yang ini?”

Rasulullah SAW menjawab: “Tidak.”

Lalu ‘Utbah kembali ke kaum Quraisy. Mereka bertanya : “Ada apa denganmu?”

Dia menjawab, ”Saya kira, saya telah menyampaikan semua ucapan yang hendak kalian ucapkan kepadanya”.

Mereka bertanya lagi: “Apakah dia memberikan jawaban?”

‘Utbah menjawab,”Ya,” kemudian, ia berkata: “(Oh) Tidak! Demi (Allah) yang menegakkan bukti. Saya tidak memahami apa yang ia ucapkan selain peringatannya kepada kalian tentang petir, seperti petir pada zaman ‘Ad dan Tsamud.”

Mendengar jawaban ‘Uthbah, orang-orang Quraisy keheranan, seraya berkata: “Celaka engkau! Lelaki itu (Muhammad SAW) berbicara denganmu dengan bahasa Arab, dan engkau tidak mengerti maksudnya?”

Dia (‘Uthbah) menjawab, ”Tidak, demi Allah, saya tidak memahami apapun dari ucapannya kecuali peringatan tentang petir.”



Imam al Baihaqi dan yang lainnya dari al Hakim, dengan sanadnya dari al Ajlah (tentang orang ini terdapat komentar) dan beliau menambahkan: “Jika engkau menginginkan kepemimpinan, maka kami berjanji akan setia kepadamu, sehingga engkau menjadi pemimpin selama engkau masih ada.”

Dalam riwayatnya ini diceritakan, ketika Rasulullah SAW membacakan firman Allah Azza wa Jalla :

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ

Jika mereka berpaling, maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan kaum Tsamud”. (QS Fusshilat/41 : 13).

‘Utbah memegang mulutnya serta meminta Rasulullah SAW agar berhenti. Dan setelah kejadian itu, ‘Utbah tidak keluar menuju keluarganya. Dia mengasingkan diri dari mereka.

(Mengetahui hal ini), maka Abu Jahal berseru: “Demi Allah, wahai kaum Quraisy, saya memandang ‘Utbah sudah cenderung kepada Muhammad, dan perkataan Muhammad telah membuatnya ta’ajjub (kagum). Ini semua disebabkan oleh kesulitan yang menimpanya. Ayo kita ke sana!”

Mereka pun mendatangi ‘Uthbah, lalu Abu Jahal berkata: “Wahai, ‘Utbah! Tidaklah kami mendatangimu, kecuali karena kecendrunganmu kepada Muhammad dan kekagumanmu kepadanya. Jika engkau memiliki kebutuhan, kami akan mengumpulkan harta-harta kami, sehingga harta itu bisa membuatmu tidak membutuhkan Muhammad.”

Mendengar (perkataan) ini, ‘Utbah marah dan bersumpah untuk tidak berbicara dengan Muhammad SAW selamanya.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2861 seconds (0.1#10.140)