6 Perilaku yang Merusak Pahala Amal, Nomor 5 Suka Panjang Angan-angan

Selasa, 13 September 2022 - 10:52 WIB
loading...
6 Perilaku yang Merusak...
Pahala amal perbuatan ternyata bisa hilang atau rusak karena perilaku-perilaku yang tanpa atau dengan sadar kita lakukan sendiri. Foto ilustrasi/ist
A A A
Pahala amal perbuatan seorang hamba ternyata bisa hilang atau rusak, bahkan bisa dinilai dosa oleh Allah subhanahu wata’ala karena perilaku-perilaku tertentu. Apa saja perilaku yang merusak pahala amal tersebut?

Mengutip ceramah Ustadz Nofriyanto, M.Ag, yang juga dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UNIDA GONTOR, ia menjelaskan ada beberapa perilaku seseorang yang justru merusak pahala amal perbuatan yang dilakukannya sendiri. Hal tersebut didasarkan beberapa hadis yang disampaikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Berikut perilaku-perilaku yang dapat merusak pahala amal ini, yakni:

1. Sibuk dengan aib orang lain

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طُوبَى لِمَنْ ‌شَغَلَهُ ‌عَيْبُهُ، ‌عَن عُيُوبِ النَّاسِ


“Sungguh beruntung seseorang yang disibukkan dengan aib dirinya daripada mengurusi aib orang lain.” (HR. Al-Bazzar no. 6237)


Tentu, pesan tersirat dari hadis tersebut kebalikannya: sungguh celaka dan sungguh merugi seseorang yang senantiasa menyibukkan dirinya dengan mengurusi aib orang lain.

Mengapa demikian? Sebab, ketika seseorang menyibukkan diri dengan aib orang lain, ia akan senang mencari-cari kesalahan, mencari-cari waktu kapan orang yang ia tidak sukai berbuat salah agar ia bisa menghina, merendahkan, bahkan mem-bully-nya. Tidak hanya sampai di situ saja, bahkan ia tidak akan sungkan-sungkan untuk menggibah atau memfitnah.

Jika saja orang seperti ini mau merenung sejenak, seharusnya ia sadar bahwa ia telah menghabiskan energi tanpa mendapatkan keuntungan sama sekali dan merusak pahala amal ibadahnya dengan dosa yang ia perbuat.

Maka tak heran jika orang yang disibukkan dengan dosa yang satu ini, ia mudah tergelincir ke dalam lubang-lubang dosa yang akan menguras habis pundi-pundi pahala kebaikan yang telah ia perbuat.

Padahal, yang tidak kalah penting dari amal kebaikan ialah berusaha menjaga kemurniannya agar ia diterima oleh Allah subhanahu wata’ala dan senantiasa merasa mawas diri, harap-harap cemas, takut kalau ia hilang dan rusak dengan hal-hal semacam ini. Yang tidak bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.

2. Hati yang keras

Hal yang banyak merusak amal perbuatan lainnya ialah hati yang keras. Keras yang bagaimana? Tidak lain ialah hati yang penuh dengan noda-noda dan penyakit akut mengenaskan dan mengkhawatirkan. Hati yang dipenuhi dengan kebencian, iri hati, dengki, dan kesombongan.

Bukan hati yang mudah menerima nasihat. Bukan hati yang bergejolak, takut, khawatir, bergetar, saat nama dan tanda kebesaran Allah disebutkan. Hati seperti ini menjadi sebab utama orang lari dari kebaikan.

Sebaliknya, hati yang lembut akan mudah terketuk dengan suara-suara dan seruan-seruan kebajikan. Akan mudah menerima nasihat dan masukan. Di antara hal-hal yang diajarkan oleh ulama agar meraih hati yang lembut, bersih, dan suci antara lain lima.

Pertama, membaca al-Quran dan maknanya.
Kedua, shalat malam.
Ketiga, berkumpul dan bergaul dengan orang-orang saleh.
Keempat, memperbanyak puasa.
Kelima, memperbanyak berzikir mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah subhanahu wata’ala.

3. Cinta dunia

Menurut Ustadz Nofriyanto, sudah selayaknya seorang muslim menjadikan dunia hanya sebagai wasilah bagi kesuksesan akhiratnya. Bukan sebaliknya, menjadikan dunia satu-satunya tujuan hidup. Orang yang orientasi hidupnya dunia, dunia dan dunia saja, akan mudah terjatuh ke dalam sikap terlalu mencintai dunia dengan berlebihan melebihi batas kewajaran.

Selain itu, ia akan lebih mudah melalaikan kehidupan akhiratnya dan kewajiban-kewajiban agamanya. Terdapat beberapa nasihat dari baginda Nabi kepada kita, umatnya, agar tidak terjerumus kepada perbuatan berlebihan mencintai dunia.

فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3416 seconds (0.1#10.140)