6 Perilaku yang Merusak Pahala Amal, Nomor 5 Suka Panjang Angan-angan
loading...
A
A
A
Perbuatan zalim merupakan salah satu perbuatan tidak terpuji yang sangat dimurkai Allah subhanahu wata’ala. Salah satu alasannya karena ia akan mendatangkan mudarat dan dosa yang tidak sepele.
Setidaknya ada tiga jenis kezaliman yang harus kita hindari agar pahala amal ibadah kita tidak rusak dan kita tidak terjerumus dalam kubangan dosa. Pertama, zalim kepada Allah. Zalim terbesar di sini maksudnya yaitu menyekutukan-Nya dengan selain-Nya. Termasuk zalim yaitu mendustakan Allah dan Rasul-Nya. Kezaliman ini tidak bisa diampuni karena orang yang berbuat zalim kepada Allah, ia sudah mengingkari-Nya dan berbuat syirik, menyekutukan Allah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam al-Quran,
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) akan menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus).” (QS. An-Nisā`: 168)
Kedua, berlaku zalim kepada sesama hamba. Bentuknya banyak. Sebut saja, seperti menghina dengan sebutan binatang, meremehkan, menuduh yang bukan-bukan, menyiksa, mengambil harta milik tanpa hak, menodai kehormatan, berlaku kejam, dan berlaku tidak adil.
Kezaliman jenis ini amat merugikan manusia yang lain. Tindakan zalim seperti ini juga harus kita waspadai dan jauhi. Hal ini pernah diingatkan oleh Rasulullah dalam hadisnya, “Barang siapa berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka mintalah kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal saleh, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6169)
Ketiga, adalah zalim kepada diri sendiri. Semua perbuatan yang melanggar perintah dan larangan Allah subhanahu wata’ala adalah perbuatan yang menzalimi diri sendiri.
Meninggalkan perintah dan melakukan larangan merupakan contoh nyata dari zalim terhadap diri sendiri. Karena sejatinya, ia dengan sendirinya menjerumuskan dirinya kepada jurang kebinasaan.
Wallahu A'lam
Setidaknya ada tiga jenis kezaliman yang harus kita hindari agar pahala amal ibadah kita tidak rusak dan kita tidak terjerumus dalam kubangan dosa. Pertama, zalim kepada Allah. Zalim terbesar di sini maksudnya yaitu menyekutukan-Nya dengan selain-Nya. Termasuk zalim yaitu mendustakan Allah dan Rasul-Nya. Kezaliman ini tidak bisa diampuni karena orang yang berbuat zalim kepada Allah, ia sudah mengingkari-Nya dan berbuat syirik, menyekutukan Allah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam al-Quran,
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَظَلَمُوْا لَمْ يَكُنِ اللّٰهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيْقًاۙ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) akan menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus).” (QS. An-Nisā`: 168)
Kedua, berlaku zalim kepada sesama hamba. Bentuknya banyak. Sebut saja, seperti menghina dengan sebutan binatang, meremehkan, menuduh yang bukan-bukan, menyiksa, mengambil harta milik tanpa hak, menodai kehormatan, berlaku kejam, dan berlaku tidak adil.
Kezaliman jenis ini amat merugikan manusia yang lain. Tindakan zalim seperti ini juga harus kita waspadai dan jauhi. Hal ini pernah diingatkan oleh Rasulullah dalam hadisnya, “Barang siapa berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka mintalah kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal saleh, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6169)
Ketiga, adalah zalim kepada diri sendiri. Semua perbuatan yang melanggar perintah dan larangan Allah subhanahu wata’ala adalah perbuatan yang menzalimi diri sendiri.
Meninggalkan perintah dan melakukan larangan merupakan contoh nyata dari zalim terhadap diri sendiri. Karena sejatinya, ia dengan sendirinya menjerumuskan dirinya kepada jurang kebinasaan.
Wallahu A'lam
(wid)