Saat Nabi Muhammad Lahir: Tiang-Tiang Istana Kisra Runtuh, Api Majusi Padam

Rabu, 28 September 2022 - 18:37 WIB
loading...
Saat Nabi Muhammad Lahir: Tiang-Tiang Istana Kisra Runtuh, Api Majusi Padam
Raja Kisra bermimpi tiang istananya runtuh. Foto/Ilustrasi: Adriano Laruccia
A A A
Tak sedikit peristiwa-peristiwa besar yang mengiringi kelahiran Rasulullah SAW . Salah satunya adalah robohnya tiang-tiang istana kaisar Kisra. Selain itu, api yang disembah kaum Majusi yang selama ratusan tahun menyala mendadak padam.

Fuad Abdurahman dalam bukunya berjudul "Jalan Damai Rasulullah: Risalah Rahmat bagi Semua" menyebut banyak peristiwa-peristiwa besar mengiringi kelahiran Rasulullah SAW. Tentu saja, hal ini menjadi ciri lahirnya seorang yang mulia dan agung, kekasih Tuhan. Kelahiran beliau menjadi rahmat dan berkah bagi semesta alam.



Selain kehancuran pasukan Abrahah , peristiwa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW adalah robohnya tiang-tiang Istana Kaisar. Imam Baihaqi juga meriwayatkan tentang robohnya tiang-tiang istana Kaisar, juga beberapa gereja dan biara yang runtuh.

Riwayat lain menyebut, pada saat Nabi Muhammad SAW lahir, Raja Persia Anushirwan dalam tidurnya bermimpi 14 puncak istananya roboh. Anushirwan adalah seorang raja yang berhasil membawa Kekaisaran Sasaniyah ke puncak kejayaannya.

Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, 9 Rabiul-Awwal bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M.

Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam bukunya berjudul "Sirah Nabawiyah" menyebutkan bahwa pada saat Anushirwan mimpi buruk dalam tidurnya itu adalah tahun ke-40 semenjak dirinya berada di takhta kekaisaran. Ia pun gelisah.

Al-Tabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk meriwayatkan, dari Makhzum bin Hani al-Makhzumi dari ayahnya yang berusia 150 tahun, dia berkata:

Ketika itu adalah malam di mana Rasulullah lahir, Aywan Kisra (istana raja Persia) diguncang dan empat belas puncaknya roboh; api (suci) Fars, yang sebelumnya tidak pernah padam selama seribu tahun, padam; air danau Sawa (kota kuno di barat laut Persia) terbenam ke dalam bumi; dan Kepala Mobadh (semacam Perdana Menteri Kekaisaran) melihat dalam mimpinya unta-unta yang begitu kuat berlari di depan kuda-kuda Arab yang mulia yang telah melintasi Tigris dan telah menyebar melalui distrik-distrik itu.



Keesokan paginya, Kisra (raja Persia, yaitu Anushirwan) ketakutan dengan apa yang telah dilihatnya. Dia dengan tegas menahan diri dalam kesabaran, tetapi kemudian dia menganggap bahwa dia tidak boleh menyembunyikannya dari para menteri dan marzban-nya (gubernur).

Dia mengenakan mahkotanya dan duduk di singgasananya, dan mengumpulkan mereka di sekelilingnya. Ketika mereka semua berkumpul di sekitarnya, dia memberi tahu mereka mengapa dia memanggil mereka dan untuk apa dia memanggil mereka.

Sementara mereka berbicara mengenai urusan ini, sepucuk surat datang membawa berita tentang padamnya api (suci), sehingga tekanan pikirannya meningkat.

Kepala Mobadh berkata, “Aku juga – semoga Tuhan mengabulkan kebajikan Raja – bermimpi di malam yang sama,” dan dia menceritakan mimpinya tentang unta-unta itu.

Sang Raja berkata, “Tentang apakah ini, Kepala Mobadh?” meskipun dialah yang paling mengetahui tentang arti sebenarnya dari (mimpinya) itu.

Kepala Mobadh menjawab, “Suatu peristiwa yang didatangkan dari orang-orang Arab.”

Mendengar itu, Kisra menulis sepucuk surat, sebagai berikut: “Dari Kisra, Rajanya para raja, kepada al-Numan bin al-Mundhir. Sebagai berikut: Kirimkan kepadaku seorang pria yang berpengetahuan tentang apa yang ingin aku tanyakan kepadanya.”

Maka al-Numan mengirimkan kepadanya Abdul-Masih bin Amr bin Hayyan bin Buqaylah al-Ghassani. Dia adalah seorang tokoh Kristen dari Ibad al-Hirah.

Ketika surat itu sampai (kembali) ke Kisra, Kisra bertanya padanya, “Apakah engkau tahu apa yang ingin aku tanyakan padamu?”

Dia menjawab, “Biarlah Sang Raja menyampaikan kepadaku tentang hal itu; dan jika aku mengetahuinya dengan seutuhnya maka aku akan menjawab. Tetapi jika tidak, aku dapat memberi tahu dia tentang seseorang yang akan mengetahuinya untuk dia.”



Kisra kemudian menceritakan tentang mimpinya. Abdul-Masih berkata, “Seorang paman dari pihak ibuku yang tinggal di daerah ketinggian di Suriah, yang disebut Satih, akan memiliki pengetahuan tentang itu.”

Kisra berkata, “Temuilah dia, dan tanyakan apa yang baru saja kutanyakan padamu, dan bawakan aku kembali jawabannya.”

Abdul-Masih mengendarai tunggangannya sampai dia menemui Satih, yang sedang di ambang kematian. Singka cerita Satih memberi tahun takwil mimpi raja tersebut.

Al-Tabari menyebutkan ketika Abdul-Masih kembali ke Kisra (Anushirwan), dia memberitahunya tentang perkataan Satih bahwa Kekaisaran Sasaniyah akan berakhir setelah dipimpin oleh 14 penguasa lagi.

Kisra berkomentar, “Begitu empat belas dari kita telah memerintah, banyak hal akan terjadi!”

Demikian riwayat dari Makhzum bin Hani al-Makhzumi sebagaimana disampaikan oleh al-Tabari. Mengenai riwayat di atas al-Tabari berkata, “Sepuluh dari mereka, bagaimanapun, hanya memerintah selama 4 tahun saja, dan sisanya dari mereka memegang kekuasaan sampai masa pemerintahan (khalifah) Utsman bin Affan .”

Selain mimpi raja Kisra, peristiwa penting saat Nabi lahir antara lain runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhaira yang sebelum itu penuh sesak dengan pengunjung.

Terkait padamnya api Majusi, sebelum kelahiran Rasulullah SAW, masyarakat Majusi menyembah api dan menganggap api itu sebagai Tuhan. Konon, api itu tidak pernah padam selama beratus-ratus tahun. Namun, saat Nabi Muhammad lahir, api itu seketika padam. Tentu saja, para pengikut agama Majusi berusaha menyalakan kembali apinya, tetapi tetap tidak bisa menyala. Mereka menduga bahwa padamnya api yang selama ini mereka sembah, pasti menunjukkan terjadinya peristiwa besar di dunia.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3380 seconds (0.1#10.140)