Gerhana Bulan Total: Begini Sifat dan Jumlah Rakaat Sholat Khusuf
loading...
A
A
A
Hukum sholat khusuf ( gerhana bulan ) dan kusuf ( gerhana matahari ) adalah sunnat muakkad. Disunatkan bagi orang muslim untuk mengerjakannya. Sebelum membahas lebih rinci mengenai sifat dan jumlah rakaat sholat khusuf maupun kusuf mari kita tengok dulu informasi mengenai gerhana bulan total yang akan terjadi pada Selasa 8 November 2022.
Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan gerhana bulan awal akan terjadi pada pukul 16.09 WIB dan berakhir pukul 19.49 WIB. Seluruh wilayah Indonesia bisa mengamati gerhana bulan pada 8 November 2022 tersebut. Hanya saja, khusus wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu tidak dapat mengamati puncak gerhana bulan total ini.
Bagi tiap muslim, datangnya gerhana adalah undangan untuk menjalankan sholat gerhana. Sholat ini hukumnya sunnah muakkad . Dalam kitab "Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu" karya Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul disebutkan tata cara sholat gerhana tersebut. Tata cara sholat gerhana bulan dikerjakan sama seperti sholat gerhana matahari. Hal tersebut didasarkan pada sabda Nabi SAW.
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَيَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُم ذَلِكَ، فَادْعُوا اللَّهَ، وَكَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَتَصَدَّقُوْا
“Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, jika kalian melihat hal tersebut maka hendaklah kalian berdo’a kepada Allah, bertakbir, sholat dan bersedekah”.
Perintah mengerjakan sholat itu berbarengan dengan perintah untuk bertakbir, berdoa, dan bersedekah. Dan tidak ada seorangpun yang mewajibkan bersedekah, bertakbir dan berdo’a pada saat terjadi gerhana.
Menurut kesepakatan ijma’ bahwa perintah tersebut bersifat sunnat. Demikian juga dengan perintah untuk mengerjakan sholat yang berbarengan dengannya.
Sifat dan Jumlah Rakaat
Pertama, para ulama telah sepakat untuk tidak mengumandangkan adzan dan iqomah bagi sholat khusuf maupun kusuf. Dan yang disunnahkan menyerukan untuknya “(الصَّلاَةُ جَامِعَة) Ash-Shalaatu Jaami’ah”.
Abdullah bin Amr ra bercerita: “Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, diserukan : Innash Shalaata Jaami’ah” Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani.
Kedua, sholat gerhana dikerjakan dua rakaat dengan dua ruku pada setiap rakaat. Hal ini didasarkan pada hadis Aisyah ra dan hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra.
“Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW. Maka beliaupun berdiri dengan waktu yang panjang sepanjang bacaan surat Al-Baqarah. Kemudian beliau ruku dengan ruku yang cukup panjang, lalu beliau bangkit dan berdiri dalam waktu yang lama juga- -tetapi lebih pendek dari berdiri pertama.
Kemudian beliau ruku dengan ruku yang lama –rukuk yang lebih pendek dari rukuk pertama.
Setelah itu, beliau sujud. Kemudian beliau berdiri dalam waktu yang lama –tetapi lebih pendek dari berdiri pertama.
Selanjutnya, beliau ruku dengan ruku yang lama- rukuk yang lebih pendek dari rukuk pertama. Setelah itu, beliau sujud. Kemudian beliau berbalik, sedang matahari telah muncul. Maka beliau bersabda.
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَيَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُم ذَلِكَ، فَادْكُرُواللَّهَ
“Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, jika kalian melihat hal tersebut, maka berdzikirlah kepada Allah”
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami melihatmu mengambil sesuatu di tempat berdirimu, kemudian kami melihatmu mundur ke belakang”. Beliau bersabda.
Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan gerhana bulan awal akan terjadi pada pukul 16.09 WIB dan berakhir pukul 19.49 WIB. Seluruh wilayah Indonesia bisa mengamati gerhana bulan pada 8 November 2022 tersebut. Hanya saja, khusus wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu tidak dapat mengamati puncak gerhana bulan total ini.
Bagi tiap muslim, datangnya gerhana adalah undangan untuk menjalankan sholat gerhana. Sholat ini hukumnya sunnah muakkad . Dalam kitab "Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu" karya Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul disebutkan tata cara sholat gerhana tersebut. Tata cara sholat gerhana bulan dikerjakan sama seperti sholat gerhana matahari. Hal tersebut didasarkan pada sabda Nabi SAW.
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَيَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُم ذَلِكَ، فَادْعُوا اللَّهَ، وَكَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَتَصَدَّقُوْا
“Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, jika kalian melihat hal tersebut maka hendaklah kalian berdo’a kepada Allah, bertakbir, sholat dan bersedekah”.
Perintah mengerjakan sholat itu berbarengan dengan perintah untuk bertakbir, berdoa, dan bersedekah. Dan tidak ada seorangpun yang mewajibkan bersedekah, bertakbir dan berdo’a pada saat terjadi gerhana.
Menurut kesepakatan ijma’ bahwa perintah tersebut bersifat sunnat. Demikian juga dengan perintah untuk mengerjakan sholat yang berbarengan dengannya.
Sifat dan Jumlah Rakaat
Pertama, para ulama telah sepakat untuk tidak mengumandangkan adzan dan iqomah bagi sholat khusuf maupun kusuf. Dan yang disunnahkan menyerukan untuknya “(الصَّلاَةُ جَامِعَة) Ash-Shalaatu Jaami’ah”.
Abdullah bin Amr ra bercerita: “Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, diserukan : Innash Shalaata Jaami’ah” Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani.
Kedua, sholat gerhana dikerjakan dua rakaat dengan dua ruku pada setiap rakaat. Hal ini didasarkan pada hadis Aisyah ra dan hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra.
“Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW. Maka beliaupun berdiri dengan waktu yang panjang sepanjang bacaan surat Al-Baqarah. Kemudian beliau ruku dengan ruku yang cukup panjang, lalu beliau bangkit dan berdiri dalam waktu yang lama juga- -tetapi lebih pendek dari berdiri pertama.
Kemudian beliau ruku dengan ruku yang lama –rukuk yang lebih pendek dari rukuk pertama.
Setelah itu, beliau sujud. Kemudian beliau berdiri dalam waktu yang lama –tetapi lebih pendek dari berdiri pertama.
Selanjutnya, beliau ruku dengan ruku yang lama- rukuk yang lebih pendek dari rukuk pertama. Setelah itu, beliau sujud. Kemudian beliau berbalik, sedang matahari telah muncul. Maka beliau bersabda.
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَيَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُم ذَلِكَ، فَادْكُرُواللَّهَ
“Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, jika kalian melihat hal tersebut, maka berdzikirlah kepada Allah”
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami melihatmu mengambil sesuatu di tempat berdirimu, kemudian kami melihatmu mundur ke belakang”. Beliau bersabda.