Amalan Agar Memiliki Firasat yang Tajam dan Kuat
loading...
A
A
A
Dai yang menimba ilmu di Al-Azhar Mesir, Ustaz Amru Hamdany membagikan amalan supaya memiliki firasat yang tajam. Dalam satu kajiannya, Ustaz Amru membeberkan amalan para ulama terdahulu.
Firasat adalah pengetahuan batin atau kemampuan melihat apa yang ada dalam pikiran atau hati seseorang. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menulis, firasat itu bagian dari Ilham. Sedangkan Imam Qusyairi mengatakan, firasat adalah kata hati yang lahir dari kekuatan iman yang menghujam ke dalam hati.
Imam Safarini dalam Kitab Ghidza Al-Albaab menyebutkan, seorang imam yang firasatnya tidak pernah meleset adalah Syuja' Al-Kirmani. Imam Al-Kirmani menyebutkan di antara amalan agar punya firasat tajam yaitu:
من عَمَرَ ظاهرَه باتباع السنة، وباطنه بدوام المراقبة، وغض بصره عن المحارم، وكف نفسه عن الشهوات، وأكل من الحلال، لم تخطئ فراسته
[غذاء الألباب، ١٦٨]
Artinya: "Barangsiapa yang mengisi tampak zahirnya dengan mengikuti Sunnah, dan selalu menghadirkan di batinnya pengawasan Allah, menundukkan mata dari yang Allah larang, menahan hawa nafsunya, dan memakan makanan yang halal, maka firasatnya tidak akan salah." (Ghidza Al-Albaab)
Imam Safarini menambahkan: (الجزاء من جنس العمل) artinya "balasan sesuai dengan jenis amalannya."
Orang yang menjaga pandangan matanya, maka Allah gantikan dengan tajamnya pandangan hatinya. Allahumma waffiqna.
"Inilah sebabnya kita diingatkan agar merasa malu ketika duduk berdampingan dengan para wali Allah. Itu karena firasat mereka tajam, mungkin bisa membaca hati kita. Bahkan hati hati yang kotor pun dapat mereka ketahui," kata Ustaz Amru.
Dalam satu riwayat, Nabi sholallohu 'alaihi wasallam bersabda:
اتقوا فراسة المؤمن، فإنه ينظر بنور الله
Artinya: "Hati-hatilah terhadap firasatnya orang beriman, karena sungguh ia melihat dengan cahaya Allah." (HR Imam at-Tirmidzi)
Wallahu A'lam
Firasat adalah pengetahuan batin atau kemampuan melihat apa yang ada dalam pikiran atau hati seseorang. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menulis, firasat itu bagian dari Ilham. Sedangkan Imam Qusyairi mengatakan, firasat adalah kata hati yang lahir dari kekuatan iman yang menghujam ke dalam hati.
Imam Safarini dalam Kitab Ghidza Al-Albaab menyebutkan, seorang imam yang firasatnya tidak pernah meleset adalah Syuja' Al-Kirmani. Imam Al-Kirmani menyebutkan di antara amalan agar punya firasat tajam yaitu:
من عَمَرَ ظاهرَه باتباع السنة، وباطنه بدوام المراقبة، وغض بصره عن المحارم، وكف نفسه عن الشهوات، وأكل من الحلال، لم تخطئ فراسته
[غذاء الألباب، ١٦٨]
Artinya: "Barangsiapa yang mengisi tampak zahirnya dengan mengikuti Sunnah, dan selalu menghadirkan di batinnya pengawasan Allah, menundukkan mata dari yang Allah larang, menahan hawa nafsunya, dan memakan makanan yang halal, maka firasatnya tidak akan salah." (Ghidza Al-Albaab)
Imam Safarini menambahkan: (الجزاء من جنس العمل) artinya "balasan sesuai dengan jenis amalannya."
Orang yang menjaga pandangan matanya, maka Allah gantikan dengan tajamnya pandangan hatinya. Allahumma waffiqna.
"Inilah sebabnya kita diingatkan agar merasa malu ketika duduk berdampingan dengan para wali Allah. Itu karena firasat mereka tajam, mungkin bisa membaca hati kita. Bahkan hati hati yang kotor pun dapat mereka ketahui," kata Ustaz Amru.
Dalam satu riwayat, Nabi sholallohu 'alaihi wasallam bersabda:
اتقوا فراسة المؤمن، فإنه ينظر بنور الله
Artinya: "Hati-hatilah terhadap firasatnya orang beriman, karena sungguh ia melihat dengan cahaya Allah." (HR Imam at-Tirmidzi)
Wallahu A'lam
(rhs)