Kisah Louis Farrakhan, Pemimpin Nation of Islam yang Hidup Bak Raja

Senin, 28 November 2022 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Farrakhan berkata dia membeli rumah itu seharga 500.000 dolar, dan melunasi tunggakan pajaknya. Dia membandingkannya dengan Gedung Putih. "Rumah ini milik komunitas kita," katanya, "Barang siapa yang duduk di kursi Yang Mulia Elijah Muhammad, akan memimpin Nation of Islam dari rumah ini."

Di sanalah Farrakhan menerima tamu, dan jika ada waktu dia menggesek biola Guadagnininya yang berumur 200 tahun.

"Setiap kali ada kesempatan, saya akan memainkannya. Biola bagi saya sama dengan kelompok golf bagi seorang pegolf, atau seperti waktu senggang bagi seorang bisnis eksekutif," katanya.



Dia memainkan musik yang.digubah oleh orang kulit putih. Dia memberikan alasan berikut: "Apakah kalian pikir saya sebagai seorang pemain musik tidak boleh menghormati Mozart!... Tidak. Kita harus menghormati kebesaran dari mana pun asalnya, suku apa pun yang menciptakannya. Sekarang, saya adalah rasis adalah jika saya mengatakan tidak, saya tidak akan memainkan musik Mozart."

Farrakhan juga mengambil alih kuil tua milik Elijah, yang dibelinya dengan harga 2,3 juta dolar dari organisasi Mohammed yang mengalami kebangkrutan. Dia mengganti namanya menjadi Masjid Maryam, sebuah bangunan bekas gereja Ortodoks Yunani yang sangat mewah dan berkubah tinggi yang merupakan puncak kebanggaan NOI yang sekarang.

Simbol bintang dan bulan sabit yang menghiasi puncak kubahnya yang bersinar pada malam hari seperti mercu suar yang menerangi sekeliling Daerah Selatan.

Iuran menopang kehidupan organisasinya, pada 1993 organisasi tersebut diperkirakan mempunyai anggota lebih dari 20.000 orang yang tersebar di penjuru negara.

Farrakhan mengatakan Para anggota hanya memberikan semampu mereka. Bagaimanapun, iuran sangat diharapkan, walaupun jumlah iuran yang masuk ke organisasi Farrakhan lebih sedikit dibandingkan dengan yang masuk ke organisasi Elijah dulu.

Pada tahun-tahun yang lalu, Para anggota memberikan sumbangan sebanyak sepertiga dari penghasilan mereka untuk program "lakukan atas kesadaran sendiri"-nya Elijah.



Bisnis Sepatu
Betapapun usahanya untuk meningkatkan organisasi itu, Farrakhan tidak mampu melanjutkan bisnis sepatu yang telah dirintis Elijah. Elijah dihormati karena membangun beberapa restoran dan supermarket di dekat kantornya. Jika dibandingkan, Farrakhan memang bukan seorang pengusaha.

Pada 1985, dia meminjamkan namanya untuk sebuah merek produk alat-alat kesehatan dan kecantikan yang diproduksi oleh POWER (People Organised and Working for Economic Rebirth). Usaha itu semestinya dapat memperluas daya tariknya kepada orang kulit hitam kelas menengah, tetapi ternyata gagal. Kegagalan itu disebabkan oleh kepandaiannya berpidato.

Lima orang kulit hitam yang memiliki perusahaan berjanji untuk membuat produk-produk POWER. Tetapi di akhir 1985 mereka mengundurkan diri. Konon mereka takut pernyataan Farrakhan yang menghasut akan membuat distributor Yahudi menjauhkan diri.

Farrakhan membujuk Muammar Khaddafi untuk menyumbang usaha tersebut sebanyak 5 juta dolar, berbentuk pinjaman bebas bunga. Produk-produk POWER dijual di masjid Farrakhan dan ditawarkan dari pintu ke pintu. Tetapi di daerah yang rawan kejahatan, para pelanggan yang potensial akan menutup pintu rumah mereka dari para peminta sumbangan, dan para penjual pun enggan --mengetuk pintu mereka. "Kami sedang berjuang," tandas Farrakhan.

Farrakhan barangkali merupakan pemimpin Muslim Amerika yang paling kontroversial. Media berita, katanya, telah menciptakan gambaran dirinya sebagai monster.

Di satu sisi dia benar. Para wartawan mengarahkan pernyataan-pernyataan yang sensasional kepadanya, dan kesembronoannya dalam mempergunakan kata-kata membuatnya menjadi sasaran empuk untuk berbagai kritik.



Selama kampanye kepresidenan Jesse Jackson pada 1984, Farrakhan, yang merupakan salah seorang suporter, mengancam seorang wartawan karena membeberkan berita bahwa Jackson menyebut New York sebagai "Hymietown."

Farrakhan juga menyebut Judaisme sebagai "agama pasaran" dan menggambarkan Hitler sebagai "orang yang, besar, tetapi jahat." (Dia berusaha untuk mengimbangi pernyataan Hitler dengan ucapan, "Betapa beraninya engkau mengatakan saya mencintai orang yang membenci orang kulit hitam!" Tetapi dia sudah membuat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi.)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2245 seconds (0.1#10.140)