Kisah Louis Farrakhan, Pemimpin Nation of Islam yang Hidup Bak Raja

Senin, 28 November 2022 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Di Bawah Todongan Pistol
Pernyataan-pernyataannya telah membuat dia dicekal dari Britania dan Bermuda dan diusir dari panggung Nigeria di bawah todongan pistol. Tetapi keberaniannya telah menimbulkan pujian yang berkelanjutan di kalangan orang kulit hitam Amerika.

Ribuan orang menghadiri tour nasionalnya yang berslogan "Hentikan Pembunuhan," di mana mereka melemparkan ribuan dolar ke keranjang sumbangan, dan mendengarkan Farrakhan membacakan teorinya tentang bagaimana pemerintah Amerika Serikat yang mengobarkan "perang yang tersembunyi" di antara masyarakat kulit hitam.

Pengikutnya --26.000 di Detroit, 19.000 di Atlanta, 10.000 di Chicago-- merupakan orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang. Hampir semuanya berpakaian seragam, seperti dasi kupu-kupu. Beberapa wanita memakai rok mini.

Di Milwaukee, Wisconsin, pada 1990, laki-laki yang berdasi kupu-kupu dan wanita yang bergaun panjang putih menggeledah kerumunan 6000 orang satu demi satu. Bahkan kertas pembungkus korek api pun disita. "Kami ingin melindungi Menteri Farrakhan," jelas seorang menteri muda dari atas panggung "Dan juga kami ingin anda semua aman di sini."

Setelah uang sumbangan terkumpul, Farrakhan muncul dari gerombolan pengawalnya, dan menyelinap ke atas panggung. Dia mengenakan dasi kupu-kupu, setelan biru dengan kancing manset sebesar sendok dari emas yang mengingatkan kepada gambaran Elijah Muhammad dikelilingi berlian, memakai cincin yang sesuai dan jam tangan yang bertatahkan berlian. Dia berbicara di antara kerumunan massa itu sebagai seorang pemimpin, dan mereka menyorakinya seperti sorak-sorai kegirangan pemirsa di studio televisi pada lewat tengah malam.



Dalam dua setengah jam pidato mendadaknya, dia mencerca pihak "musuh," dengan mengatakan bahwa AIDS "diciptakan" dan kemudian disebarkan dengan sengaja di antara kaum kulit hitam, orang kulit putih telah menciptakan celah untuk membunuh orang kulit hitam, dan daerah kaum kulit hitam merupakan "daerah peperangan." "Lebih aman membesarkan anak-anak kalian di hutan Vietnam --di daerah peperangan yang sebenarnya!-- daripada di dalam kota," katanya.

Siapa yang akan memimpin serangan balasan dalam "peperangan" ini? "Para Nabi pun tidak dapat mengatasinya," tandas Farrakhan. "Anda bawa Nabi Nuh dan ajak beliau melihat Milwaukee sekali saja, maka beliau akan segera naik ke perahunya dan cepat-cepat mengayuh dayungnya."

Di hari-hari akhir dunia, dia meramalkan, Tuhan akan memberikan keajaiban "melalui seorang manusia."

Mungkin, Farrakhan.

Dia menciptakan begitu banyak kontroversi di kalangan umat Islam. Satu penyebabnya adalah karena dia menganggap dirinya utusan tuhan.

Dalam suatu mimpi pada 1985, katanya, dia dinaikkan ke atas UFO, yang dikaitkan pada kapal induk, sebuah obyek menyerupai planet yang berdiameter setengah mil. Di dalamnya, dia bercerita, dia mendengar Elijah Muhammad berkata:

"Presiden Reagan telah mengadakan pertemuan dengan Para Kepala Staf untuk merencanakan sebuah peperangan. Saya ingin engkau mengadakan konferensi pers di Washington D.C. dan mengumumkan rencana mereka. Katakan pada dunia bahwa engkau mendapat informasi dari saya di angkasa."

Farrakhan berkata dia baru sadar kalau yang dimaksudkan pesan Elijah itu adalah bahwa kesatuan militer Amerika akan menyerang Libya. Jadi dia memberi peringatan awal kepada para pejabat Libya.

Beberapa orang Muslim yang taat menganggap pengalaman mistiknya sebagai halusinasi. Tetapi tetap saja mereka mengundang Farrakhan untuk berbicara dalam konferensi-konferensi mereka.



Pada September 1990, di hadapan 750 imam, termasuk para pejabat Mekkah, Farrakhan menyatakan dia percaya pada Allah dan kenabian Muhammad dari Arabia. W.D. Farad Muhammad, guru Elijah Muhammad, tambahnya, datang untuk membantu orang kulit hitam Amerika. Ucapan itu melukai hati para imam yang menganggap Farad sebagai orang bid'ah.

"Saya tidak ingin tampak seperti anak haram dalam Islam," kata Farrakhan. "Saya tidak ingin saudara-saudara saya memandang rendah pada saya dan menyebut saya sebagai orang kafir, munafik, atau memanggil saya dengan sebutan yang menurut saya tidak tepat untuk menggambarkan diri saya dan karya saya untuk Amerika."

Dia meminta para imam untuk bersabar; Islam berkembang dalam keadaan damai di antara para pengikutnya dan pengikut Warith D. Mohammed. "Walaupun kami mempunyai banyak perbedaan," dia melanjutkan, "kami tidak pernah berbuat terlalu jauh sehingga membuat hidung pengikut yang lain berdarah. Anda dapat berkata begitu untuk orang-orang Iran dan Irak."

Di atas panggung, dia memeluk Mohammed, mengakhiri, paling tidak di depan umum, perselisihan teologis mereka. Mohammed kemudian menyatakan bahwa semua Muslim harus menerima Farrakhan sebagai seorang saudara seiman. Dan banyak yang melakukan hal itu.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2135 seconds (0.1#10.140)