Kisah Louis Farrakhan, Pemimpin Nation of Islam yang Hidup Bak Raja
loading...
A
A
A
Dia terlahir dengan nama Louis Eugene Walcott. Setelah bergabung dengan Nation of Islam, organisasi yang didirikan Elijah Muhammad, namanya diganti menjadi Louis Farrakhan. Sepeninggal Elijah Muhammad, ia mendirikan Nation of Islam "baru". Ia hidup mewah bagaikan raja.
Berdirinya organisasi baru itu, setelah putra Elijah, Warith Deen Mohammed mengubah Nation of Islam menjadi Islam Sunni. Di sisi lain, para pengikut yang enggan dengan kepemimpinan Warith banyak yang kembali ke kehidupan lama. Ini membuat Louis Farrakhan naik pitam. "Kalian kembali minum alkohol, mengisap ganja, makan daging babi, dan berdansa," ujarnya di hadapan hadirin di Harlem pada 1980.
"Semua perbaikan yang telah kami usahakan lenyap," lanjutnya sebagaimana dinukil buku berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" karya Steven Barbosa.
Merasa tidak puas, Farrakhan meninggalkan Nation of Islam yang kala itu dipimpin Warith D. Mohammed, purta Elijah Muhammad. Farrakhan mendirikan organisasinya sendiri, New Nation of Islam. Organisasi ini berdasarkan doktrin-doktrin Elijah Muhammad. Sedangkan Warith D. Mohammed mengubah organisasi yang didirikan ayahnya itu ke Islam Sunni.
Dalam buku yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995) dijelaskan dengan Nation barunya, Farrakhan mengangkat dirinya menjadi orang yang terkemuka di antara mereka-mereka yang merasa dikhianati oleh Warith Mohammed.
Farrakhan mencanangkan kembali gaya hidup asketik dan tata cara berpakaian: dasi kupu-kupu dan setelan yang necis, jubah dan tutup kepala.
Dia membentuk kembali Fruit of Islam dan Muslim Girls Training, yaitu kelompok ibu rumah tangga. Dan sebagaimana dalam NOI-nya Elijah, penerimaan anggota baru dilakukan setelah mereka mendapatkan "X".
Gelar ini digunakan sebagai awalan bagi nama depan atau sebagai nama asli untuk menunjukkan bahwa orang tersebut dulunya dikenal dengan "nama budak".
Anggota baru dapat memohon gelar "X" dengan menulis surat kepada Farad dan Elijah, yang mereka yakini masih hidup; surat itu dialamatkan ke kantor Farrakhan di Chicago.
Berkebangsaan Indian Barat
Louis Farrakhan dilahirkan di Bronx dengan nama Louis Eugene Walcott pada 1933. Ibunya adalah seorang berkebangsaan Indian Barat yang bekerja sebagai pelayan rumah tangga.
Farrakhan, yang gagap sewaktu kecilnya, dibesarkan sebagai anggota Gereja Episcopal. Keluarganya pindah ke Boston, di sana dia masuk ke sekolah negeri.
Dia melanjutkan ke perguruan tinggi di Carolina Utara, di mana dia menekuni olah raga atletik. Tetapi musik adalah hobi utamanya. Pada 1950-an, Farrakhan menjadi seorang penyanyi klub malam dan dibayar sebagai seorang penghibur. Dia menyanyikan lagu-lagu kalipso. Dia seorang pemain biola yang ulung. Pada hari-hari itu, dia mengaku, "Saya menghisap satu-dua batang ganja sehari."
Dia pertama kali mendengar tentang Islam ketika diajak oleh seorang teman menghadiri pertemuan di Chicago. Kemudian dia mengunjungi kuil Nation di Harlem, mendengarkan Malcolm X, dan bergabung.
Elijah melarang pengikutnya menjadi penghibur, maka Farrakhan melepaskan karirnya. Konon dia menolak kontrak film yang belakangan ditandatangani oleh Harry Belafonte. Tetapi dia memanfaatkan bakatnya untuk menulis, menyanyi, dan mengiringi dengan biola lagu tidak resmi NOI, "A White Man's Heaven is a Black Man's Hell" (Surga Orang Kulit Putih adalah Nerakanya Orang Kulit Hitam).
Hidup Mewah
Kepemimpinan telah mengubah hidup Farrakhan. Sejak masa kejayaan Elijah, ketika dia masih menjabat menteri NOI di Boston, keluarganya makan buncis panggang setiap malam, katanya.
Setelah memimpin organissinya keluarga Farrakhan (dia mempunyai sembilan anak) hidup mewah di sebuah tempat yang disebut sebagai "Istana" oleh para pengikutnya --sebuah rumah yang sangat besar dengan dinding pualam yang kokoh berkilau di pusat kota Chicago di daerah Hyde Park yang dahulu dimiliki oleh Elijah. Bangunan itu merupakan sebuah benteng berdinding tinggi dan dikelilingi pagar listrik.
Pada 1973, Farrakhan mengawal Elijah Muhammad masuk ke dalam istananya. Sebagaimana yang diingat Farrakhan, sementara orang-orang mengagumi bangunan yang disebut rumah itu, Elijah berkata kepadanya, "Saudaraku, Muhammad tidak akan berada di rumah ini dengan bertopang kaki sambil menikmati rumah yang sangat indah ini. Muhammad akan berada di rumah ini untuk memikirkan bagaimana caranya agar ke tujuh belas juta anggota kita dapat tinggal di rumah seperti ini."
Farrakhan berkata dia membeli rumah itu seharga 500.000 dolar, dan melunasi tunggakan pajaknya. Dia membandingkannya dengan Gedung Putih. "Rumah ini milik komunitas kita," katanya, "Barang siapa yang duduk di kursi Yang Mulia Elijah Muhammad, akan memimpin Nation of Islam dari rumah ini."
Di sanalah Farrakhan menerima tamu, dan jika ada waktu dia menggesek biola Guadagnininya yang berumur 200 tahun.
"Setiap kali ada kesempatan, saya akan memainkannya. Biola bagi saya sama dengan kelompok golf bagi seorang pegolf, atau seperti waktu senggang bagi seorang bisnis eksekutif," katanya.
Dia memainkan musik yang.digubah oleh orang kulit putih. Dia memberikan alasan berikut: "Apakah kalian pikir saya sebagai seorang pemain musik tidak boleh menghormati Mozart!... Tidak. Kita harus menghormati kebesaran dari mana pun asalnya, suku apa pun yang menciptakannya. Sekarang, saya adalah rasis adalah jika saya mengatakan tidak, saya tidak akan memainkan musik Mozart."
Farrakhan juga mengambil alih kuil tua milik Elijah, yang dibelinya dengan harga 2,3 juta dolar dari organisasi Mohammed yang mengalami kebangkrutan. Dia mengganti namanya menjadi Masjid Maryam, sebuah bangunan bekas gereja Ortodoks Yunani yang sangat mewah dan berkubah tinggi yang merupakan puncak kebanggaan NOI yang sekarang.
Simbol bintang dan bulan sabit yang menghiasi puncak kubahnya yang bersinar pada malam hari seperti mercu suar yang menerangi sekeliling Daerah Selatan.
Iuran menopang kehidupan organisasinya, pada 1993 organisasi tersebut diperkirakan mempunyai anggota lebih dari 20.000 orang yang tersebar di penjuru negara.
Farrakhan mengatakan Para anggota hanya memberikan semampu mereka. Bagaimanapun, iuran sangat diharapkan, walaupun jumlah iuran yang masuk ke organisasi Farrakhan lebih sedikit dibandingkan dengan yang masuk ke organisasi Elijah dulu.
Pada tahun-tahun yang lalu, Para anggota memberikan sumbangan sebanyak sepertiga dari penghasilan mereka untuk program "lakukan atas kesadaran sendiri"-nya Elijah.
Bisnis Sepatu
Betapapun usahanya untuk meningkatkan organisasi itu, Farrakhan tidak mampu melanjutkan bisnis sepatu yang telah dirintis Elijah. Elijah dihormati karena membangun beberapa restoran dan supermarket di dekat kantornya. Jika dibandingkan, Farrakhan memang bukan seorang pengusaha.
Pada 1985, dia meminjamkan namanya untuk sebuah merek produk alat-alat kesehatan dan kecantikan yang diproduksi oleh POWER (People Organised and Working for Economic Rebirth). Usaha itu semestinya dapat memperluas daya tariknya kepada orang kulit hitam kelas menengah, tetapi ternyata gagal. Kegagalan itu disebabkan oleh kepandaiannya berpidato.
Lima orang kulit hitam yang memiliki perusahaan berjanji untuk membuat produk-produk POWER. Tetapi di akhir 1985 mereka mengundurkan diri. Konon mereka takut pernyataan Farrakhan yang menghasut akan membuat distributor Yahudi menjauhkan diri.
Farrakhan membujuk Muammar Khaddafi untuk menyumbang usaha tersebut sebanyak 5 juta dolar, berbentuk pinjaman bebas bunga. Produk-produk POWER dijual di masjid Farrakhan dan ditawarkan dari pintu ke pintu. Tetapi di daerah yang rawan kejahatan, para pelanggan yang potensial akan menutup pintu rumah mereka dari para peminta sumbangan, dan para penjual pun enggan --mengetuk pintu mereka. "Kami sedang berjuang," tandas Farrakhan.
Farrakhan barangkali merupakan pemimpin Muslim Amerika yang paling kontroversial. Media berita, katanya, telah menciptakan gambaran dirinya sebagai monster.
Di satu sisi dia benar. Para wartawan mengarahkan pernyataan-pernyataan yang sensasional kepadanya, dan kesembronoannya dalam mempergunakan kata-kata membuatnya menjadi sasaran empuk untuk berbagai kritik.
Selama kampanye kepresidenan Jesse Jackson pada 1984, Farrakhan, yang merupakan salah seorang suporter, mengancam seorang wartawan karena membeberkan berita bahwa Jackson menyebut New York sebagai "Hymietown."
Farrakhan juga menyebut Judaisme sebagai "agama pasaran" dan menggambarkan Hitler sebagai "orang yang, besar, tetapi jahat." (Dia berusaha untuk mengimbangi pernyataan Hitler dengan ucapan, "Betapa beraninya engkau mengatakan saya mencintai orang yang membenci orang kulit hitam!" Tetapi dia sudah membuat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi.)
Di Bawah Todongan Pistol
Pernyataan-pernyataannya telah membuat dia dicekal dari Britania dan Bermuda dan diusir dari panggung Nigeria di bawah todongan pistol. Tetapi keberaniannya telah menimbulkan pujian yang berkelanjutan di kalangan orang kulit hitam Amerika.
Ribuan orang menghadiri tour nasionalnya yang berslogan "Hentikan Pembunuhan," di mana mereka melemparkan ribuan dolar ke keranjang sumbangan, dan mendengarkan Farrakhan membacakan teorinya tentang bagaimana pemerintah Amerika Serikat yang mengobarkan "perang yang tersembunyi" di antara masyarakat kulit hitam.
Pengikutnya --26.000 di Detroit, 19.000 di Atlanta, 10.000 di Chicago-- merupakan orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang. Hampir semuanya berpakaian seragam, seperti dasi kupu-kupu. Beberapa wanita memakai rok mini.
Di Milwaukee, Wisconsin, pada 1990, laki-laki yang berdasi kupu-kupu dan wanita yang bergaun panjang putih menggeledah kerumunan 6000 orang satu demi satu. Bahkan kertas pembungkus korek api pun disita. "Kami ingin melindungi Menteri Farrakhan," jelas seorang menteri muda dari atas panggung "Dan juga kami ingin anda semua aman di sini."
Setelah uang sumbangan terkumpul, Farrakhan muncul dari gerombolan pengawalnya, dan menyelinap ke atas panggung. Dia mengenakan dasi kupu-kupu, setelan biru dengan kancing manset sebesar sendok dari emas yang mengingatkan kepada gambaran Elijah Muhammad dikelilingi berlian, memakai cincin yang sesuai dan jam tangan yang bertatahkan berlian. Dia berbicara di antara kerumunan massa itu sebagai seorang pemimpin, dan mereka menyorakinya seperti sorak-sorai kegirangan pemirsa di studio televisi pada lewat tengah malam.
Dalam dua setengah jam pidato mendadaknya, dia mencerca pihak "musuh," dengan mengatakan bahwa AIDS "diciptakan" dan kemudian disebarkan dengan sengaja di antara kaum kulit hitam, orang kulit putih telah menciptakan celah untuk membunuh orang kulit hitam, dan daerah kaum kulit hitam merupakan "daerah peperangan." "Lebih aman membesarkan anak-anak kalian di hutan Vietnam --di daerah peperangan yang sebenarnya!-- daripada di dalam kota," katanya.
Siapa yang akan memimpin serangan balasan dalam "peperangan" ini? "Para Nabi pun tidak dapat mengatasinya," tandas Farrakhan. "Anda bawa Nabi Nuh dan ajak beliau melihat Milwaukee sekali saja, maka beliau akan segera naik ke perahunya dan cepat-cepat mengayuh dayungnya."
Di hari-hari akhir dunia, dia meramalkan, Tuhan akan memberikan keajaiban "melalui seorang manusia."
Mungkin, Farrakhan.
Dia menciptakan begitu banyak kontroversi di kalangan umat Islam. Satu penyebabnya adalah karena dia menganggap dirinya utusan tuhan.
Dalam suatu mimpi pada 1985, katanya, dia dinaikkan ke atas UFO, yang dikaitkan pada kapal induk, sebuah obyek menyerupai planet yang berdiameter setengah mil. Di dalamnya, dia bercerita, dia mendengar Elijah Muhammad berkata:
"Presiden Reagan telah mengadakan pertemuan dengan Para Kepala Staf untuk merencanakan sebuah peperangan. Saya ingin engkau mengadakan konferensi pers di Washington D.C. dan mengumumkan rencana mereka. Katakan pada dunia bahwa engkau mendapat informasi dari saya di angkasa."
Farrakhan berkata dia baru sadar kalau yang dimaksudkan pesan Elijah itu adalah bahwa kesatuan militer Amerika akan menyerang Libya. Jadi dia memberi peringatan awal kepada para pejabat Libya.
Beberapa orang Muslim yang taat menganggap pengalaman mistiknya sebagai halusinasi. Tetapi tetap saja mereka mengundang Farrakhan untuk berbicara dalam konferensi-konferensi mereka.
Pada September 1990, di hadapan 750 imam, termasuk para pejabat Mekkah, Farrakhan menyatakan dia percaya pada Allah dan kenabian Muhammad dari Arabia. W.D. Farad Muhammad, guru Elijah Muhammad, tambahnya, datang untuk membantu orang kulit hitam Amerika. Ucapan itu melukai hati para imam yang menganggap Farad sebagai orang bid'ah.
"Saya tidak ingin tampak seperti anak haram dalam Islam," kata Farrakhan. "Saya tidak ingin saudara-saudara saya memandang rendah pada saya dan menyebut saya sebagai orang kafir, munafik, atau memanggil saya dengan sebutan yang menurut saya tidak tepat untuk menggambarkan diri saya dan karya saya untuk Amerika."
Dia meminta para imam untuk bersabar; Islam berkembang dalam keadaan damai di antara para pengikutnya dan pengikut Warith D. Mohammed. "Walaupun kami mempunyai banyak perbedaan," dia melanjutkan, "kami tidak pernah berbuat terlalu jauh sehingga membuat hidung pengikut yang lain berdarah. Anda dapat berkata begitu untuk orang-orang Iran dan Irak."
Di atas panggung, dia memeluk Mohammed, mengakhiri, paling tidak di depan umum, perselisihan teologis mereka. Mohammed kemudian menyatakan bahwa semua Muslim harus menerima Farrakhan sebagai seorang saudara seiman. Dan banyak yang melakukan hal itu.
Lihat Juga: Catatan Mualaf Asal Jerman Wilfred Hoffman: Makmum Berkulit Hitam dan Imam Berkulit Putih
Berdirinya organisasi baru itu, setelah putra Elijah, Warith Deen Mohammed mengubah Nation of Islam menjadi Islam Sunni. Di sisi lain, para pengikut yang enggan dengan kepemimpinan Warith banyak yang kembali ke kehidupan lama. Ini membuat Louis Farrakhan naik pitam. "Kalian kembali minum alkohol, mengisap ganja, makan daging babi, dan berdansa," ujarnya di hadapan hadirin di Harlem pada 1980.
"Semua perbaikan yang telah kami usahakan lenyap," lanjutnya sebagaimana dinukil buku berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" karya Steven Barbosa.
Merasa tidak puas, Farrakhan meninggalkan Nation of Islam yang kala itu dipimpin Warith D. Mohammed, purta Elijah Muhammad. Farrakhan mendirikan organisasinya sendiri, New Nation of Islam. Organisasi ini berdasarkan doktrin-doktrin Elijah Muhammad. Sedangkan Warith D. Mohammed mengubah organisasi yang didirikan ayahnya itu ke Islam Sunni.
Dalam buku yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995) dijelaskan dengan Nation barunya, Farrakhan mengangkat dirinya menjadi orang yang terkemuka di antara mereka-mereka yang merasa dikhianati oleh Warith Mohammed.
Farrakhan mencanangkan kembali gaya hidup asketik dan tata cara berpakaian: dasi kupu-kupu dan setelan yang necis, jubah dan tutup kepala.
Dia membentuk kembali Fruit of Islam dan Muslim Girls Training, yaitu kelompok ibu rumah tangga. Dan sebagaimana dalam NOI-nya Elijah, penerimaan anggota baru dilakukan setelah mereka mendapatkan "X".
Gelar ini digunakan sebagai awalan bagi nama depan atau sebagai nama asli untuk menunjukkan bahwa orang tersebut dulunya dikenal dengan "nama budak".
Anggota baru dapat memohon gelar "X" dengan menulis surat kepada Farad dan Elijah, yang mereka yakini masih hidup; surat itu dialamatkan ke kantor Farrakhan di Chicago.
Berkebangsaan Indian Barat
Louis Farrakhan dilahirkan di Bronx dengan nama Louis Eugene Walcott pada 1933. Ibunya adalah seorang berkebangsaan Indian Barat yang bekerja sebagai pelayan rumah tangga.
Farrakhan, yang gagap sewaktu kecilnya, dibesarkan sebagai anggota Gereja Episcopal. Keluarganya pindah ke Boston, di sana dia masuk ke sekolah negeri.
Dia melanjutkan ke perguruan tinggi di Carolina Utara, di mana dia menekuni olah raga atletik. Tetapi musik adalah hobi utamanya. Pada 1950-an, Farrakhan menjadi seorang penyanyi klub malam dan dibayar sebagai seorang penghibur. Dia menyanyikan lagu-lagu kalipso. Dia seorang pemain biola yang ulung. Pada hari-hari itu, dia mengaku, "Saya menghisap satu-dua batang ganja sehari."
Dia pertama kali mendengar tentang Islam ketika diajak oleh seorang teman menghadiri pertemuan di Chicago. Kemudian dia mengunjungi kuil Nation di Harlem, mendengarkan Malcolm X, dan bergabung.
Elijah melarang pengikutnya menjadi penghibur, maka Farrakhan melepaskan karirnya. Konon dia menolak kontrak film yang belakangan ditandatangani oleh Harry Belafonte. Tetapi dia memanfaatkan bakatnya untuk menulis, menyanyi, dan mengiringi dengan biola lagu tidak resmi NOI, "A White Man's Heaven is a Black Man's Hell" (Surga Orang Kulit Putih adalah Nerakanya Orang Kulit Hitam).
Hidup Mewah
Kepemimpinan telah mengubah hidup Farrakhan. Sejak masa kejayaan Elijah, ketika dia masih menjabat menteri NOI di Boston, keluarganya makan buncis panggang setiap malam, katanya.
Setelah memimpin organissinya keluarga Farrakhan (dia mempunyai sembilan anak) hidup mewah di sebuah tempat yang disebut sebagai "Istana" oleh para pengikutnya --sebuah rumah yang sangat besar dengan dinding pualam yang kokoh berkilau di pusat kota Chicago di daerah Hyde Park yang dahulu dimiliki oleh Elijah. Bangunan itu merupakan sebuah benteng berdinding tinggi dan dikelilingi pagar listrik.
Pada 1973, Farrakhan mengawal Elijah Muhammad masuk ke dalam istananya. Sebagaimana yang diingat Farrakhan, sementara orang-orang mengagumi bangunan yang disebut rumah itu, Elijah berkata kepadanya, "Saudaraku, Muhammad tidak akan berada di rumah ini dengan bertopang kaki sambil menikmati rumah yang sangat indah ini. Muhammad akan berada di rumah ini untuk memikirkan bagaimana caranya agar ke tujuh belas juta anggota kita dapat tinggal di rumah seperti ini."
Farrakhan berkata dia membeli rumah itu seharga 500.000 dolar, dan melunasi tunggakan pajaknya. Dia membandingkannya dengan Gedung Putih. "Rumah ini milik komunitas kita," katanya, "Barang siapa yang duduk di kursi Yang Mulia Elijah Muhammad, akan memimpin Nation of Islam dari rumah ini."
Di sanalah Farrakhan menerima tamu, dan jika ada waktu dia menggesek biola Guadagnininya yang berumur 200 tahun.
"Setiap kali ada kesempatan, saya akan memainkannya. Biola bagi saya sama dengan kelompok golf bagi seorang pegolf, atau seperti waktu senggang bagi seorang bisnis eksekutif," katanya.
Dia memainkan musik yang.digubah oleh orang kulit putih. Dia memberikan alasan berikut: "Apakah kalian pikir saya sebagai seorang pemain musik tidak boleh menghormati Mozart!... Tidak. Kita harus menghormati kebesaran dari mana pun asalnya, suku apa pun yang menciptakannya. Sekarang, saya adalah rasis adalah jika saya mengatakan tidak, saya tidak akan memainkan musik Mozart."
Farrakhan juga mengambil alih kuil tua milik Elijah, yang dibelinya dengan harga 2,3 juta dolar dari organisasi Mohammed yang mengalami kebangkrutan. Dia mengganti namanya menjadi Masjid Maryam, sebuah bangunan bekas gereja Ortodoks Yunani yang sangat mewah dan berkubah tinggi yang merupakan puncak kebanggaan NOI yang sekarang.
Simbol bintang dan bulan sabit yang menghiasi puncak kubahnya yang bersinar pada malam hari seperti mercu suar yang menerangi sekeliling Daerah Selatan.
Iuran menopang kehidupan organisasinya, pada 1993 organisasi tersebut diperkirakan mempunyai anggota lebih dari 20.000 orang yang tersebar di penjuru negara.
Farrakhan mengatakan Para anggota hanya memberikan semampu mereka. Bagaimanapun, iuran sangat diharapkan, walaupun jumlah iuran yang masuk ke organisasi Farrakhan lebih sedikit dibandingkan dengan yang masuk ke organisasi Elijah dulu.
Pada tahun-tahun yang lalu, Para anggota memberikan sumbangan sebanyak sepertiga dari penghasilan mereka untuk program "lakukan atas kesadaran sendiri"-nya Elijah.
Baca Juga
Bisnis Sepatu
Betapapun usahanya untuk meningkatkan organisasi itu, Farrakhan tidak mampu melanjutkan bisnis sepatu yang telah dirintis Elijah. Elijah dihormati karena membangun beberapa restoran dan supermarket di dekat kantornya. Jika dibandingkan, Farrakhan memang bukan seorang pengusaha.
Pada 1985, dia meminjamkan namanya untuk sebuah merek produk alat-alat kesehatan dan kecantikan yang diproduksi oleh POWER (People Organised and Working for Economic Rebirth). Usaha itu semestinya dapat memperluas daya tariknya kepada orang kulit hitam kelas menengah, tetapi ternyata gagal. Kegagalan itu disebabkan oleh kepandaiannya berpidato.
Lima orang kulit hitam yang memiliki perusahaan berjanji untuk membuat produk-produk POWER. Tetapi di akhir 1985 mereka mengundurkan diri. Konon mereka takut pernyataan Farrakhan yang menghasut akan membuat distributor Yahudi menjauhkan diri.
Farrakhan membujuk Muammar Khaddafi untuk menyumbang usaha tersebut sebanyak 5 juta dolar, berbentuk pinjaman bebas bunga. Produk-produk POWER dijual di masjid Farrakhan dan ditawarkan dari pintu ke pintu. Tetapi di daerah yang rawan kejahatan, para pelanggan yang potensial akan menutup pintu rumah mereka dari para peminta sumbangan, dan para penjual pun enggan --mengetuk pintu mereka. "Kami sedang berjuang," tandas Farrakhan.
Farrakhan barangkali merupakan pemimpin Muslim Amerika yang paling kontroversial. Media berita, katanya, telah menciptakan gambaran dirinya sebagai monster.
Di satu sisi dia benar. Para wartawan mengarahkan pernyataan-pernyataan yang sensasional kepadanya, dan kesembronoannya dalam mempergunakan kata-kata membuatnya menjadi sasaran empuk untuk berbagai kritik.
Selama kampanye kepresidenan Jesse Jackson pada 1984, Farrakhan, yang merupakan salah seorang suporter, mengancam seorang wartawan karena membeberkan berita bahwa Jackson menyebut New York sebagai "Hymietown."
Farrakhan juga menyebut Judaisme sebagai "agama pasaran" dan menggambarkan Hitler sebagai "orang yang, besar, tetapi jahat." (Dia berusaha untuk mengimbangi pernyataan Hitler dengan ucapan, "Betapa beraninya engkau mengatakan saya mencintai orang yang membenci orang kulit hitam!" Tetapi dia sudah membuat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi.)
Di Bawah Todongan Pistol
Pernyataan-pernyataannya telah membuat dia dicekal dari Britania dan Bermuda dan diusir dari panggung Nigeria di bawah todongan pistol. Tetapi keberaniannya telah menimbulkan pujian yang berkelanjutan di kalangan orang kulit hitam Amerika.
Ribuan orang menghadiri tour nasionalnya yang berslogan "Hentikan Pembunuhan," di mana mereka melemparkan ribuan dolar ke keranjang sumbangan, dan mendengarkan Farrakhan membacakan teorinya tentang bagaimana pemerintah Amerika Serikat yang mengobarkan "perang yang tersembunyi" di antara masyarakat kulit hitam.
Pengikutnya --26.000 di Detroit, 19.000 di Atlanta, 10.000 di Chicago-- merupakan orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang. Hampir semuanya berpakaian seragam, seperti dasi kupu-kupu. Beberapa wanita memakai rok mini.
Di Milwaukee, Wisconsin, pada 1990, laki-laki yang berdasi kupu-kupu dan wanita yang bergaun panjang putih menggeledah kerumunan 6000 orang satu demi satu. Bahkan kertas pembungkus korek api pun disita. "Kami ingin melindungi Menteri Farrakhan," jelas seorang menteri muda dari atas panggung "Dan juga kami ingin anda semua aman di sini."
Setelah uang sumbangan terkumpul, Farrakhan muncul dari gerombolan pengawalnya, dan menyelinap ke atas panggung. Dia mengenakan dasi kupu-kupu, setelan biru dengan kancing manset sebesar sendok dari emas yang mengingatkan kepada gambaran Elijah Muhammad dikelilingi berlian, memakai cincin yang sesuai dan jam tangan yang bertatahkan berlian. Dia berbicara di antara kerumunan massa itu sebagai seorang pemimpin, dan mereka menyorakinya seperti sorak-sorai kegirangan pemirsa di studio televisi pada lewat tengah malam.
Dalam dua setengah jam pidato mendadaknya, dia mencerca pihak "musuh," dengan mengatakan bahwa AIDS "diciptakan" dan kemudian disebarkan dengan sengaja di antara kaum kulit hitam, orang kulit putih telah menciptakan celah untuk membunuh orang kulit hitam, dan daerah kaum kulit hitam merupakan "daerah peperangan." "Lebih aman membesarkan anak-anak kalian di hutan Vietnam --di daerah peperangan yang sebenarnya!-- daripada di dalam kota," katanya.
Siapa yang akan memimpin serangan balasan dalam "peperangan" ini? "Para Nabi pun tidak dapat mengatasinya," tandas Farrakhan. "Anda bawa Nabi Nuh dan ajak beliau melihat Milwaukee sekali saja, maka beliau akan segera naik ke perahunya dan cepat-cepat mengayuh dayungnya."
Di hari-hari akhir dunia, dia meramalkan, Tuhan akan memberikan keajaiban "melalui seorang manusia."
Mungkin, Farrakhan.
Dia menciptakan begitu banyak kontroversi di kalangan umat Islam. Satu penyebabnya adalah karena dia menganggap dirinya utusan tuhan.
Dalam suatu mimpi pada 1985, katanya, dia dinaikkan ke atas UFO, yang dikaitkan pada kapal induk, sebuah obyek menyerupai planet yang berdiameter setengah mil. Di dalamnya, dia bercerita, dia mendengar Elijah Muhammad berkata:
"Presiden Reagan telah mengadakan pertemuan dengan Para Kepala Staf untuk merencanakan sebuah peperangan. Saya ingin engkau mengadakan konferensi pers di Washington D.C. dan mengumumkan rencana mereka. Katakan pada dunia bahwa engkau mendapat informasi dari saya di angkasa."
Farrakhan berkata dia baru sadar kalau yang dimaksudkan pesan Elijah itu adalah bahwa kesatuan militer Amerika akan menyerang Libya. Jadi dia memberi peringatan awal kepada para pejabat Libya.
Beberapa orang Muslim yang taat menganggap pengalaman mistiknya sebagai halusinasi. Tetapi tetap saja mereka mengundang Farrakhan untuk berbicara dalam konferensi-konferensi mereka.
Pada September 1990, di hadapan 750 imam, termasuk para pejabat Mekkah, Farrakhan menyatakan dia percaya pada Allah dan kenabian Muhammad dari Arabia. W.D. Farad Muhammad, guru Elijah Muhammad, tambahnya, datang untuk membantu orang kulit hitam Amerika. Ucapan itu melukai hati para imam yang menganggap Farad sebagai orang bid'ah.
"Saya tidak ingin tampak seperti anak haram dalam Islam," kata Farrakhan. "Saya tidak ingin saudara-saudara saya memandang rendah pada saya dan menyebut saya sebagai orang kafir, munafik, atau memanggil saya dengan sebutan yang menurut saya tidak tepat untuk menggambarkan diri saya dan karya saya untuk Amerika."
Dia meminta para imam untuk bersabar; Islam berkembang dalam keadaan damai di antara para pengikutnya dan pengikut Warith D. Mohammed. "Walaupun kami mempunyai banyak perbedaan," dia melanjutkan, "kami tidak pernah berbuat terlalu jauh sehingga membuat hidung pengikut yang lain berdarah. Anda dapat berkata begitu untuk orang-orang Iran dan Irak."
Di atas panggung, dia memeluk Mohammed, mengakhiri, paling tidak di depan umum, perselisihan teologis mereka. Mohammed kemudian menyatakan bahwa semua Muslim harus menerima Farrakhan sebagai seorang saudara seiman. Dan banyak yang melakukan hal itu.
Lihat Juga: Catatan Mualaf Asal Jerman Wilfred Hoffman: Makmum Berkulit Hitam dan Imam Berkulit Putih
(mhy)