Kisah Louis Farrakhan Yakin Didukung Allah Taala Membangun Islam di Amerika

Rabu, 30 November 2022 - 05:15 WIB
loading...
Kisah Louis Farrakhan Yakin Didukung Allah Taala Membangun Islam di Amerika
Louis Farrakhan. Foto/Ilustrasii: splcenter
A A A
Dia terlahir dengan nama Louis Eugene Walcott. Setelah bergabung dengan Nation of Islam, organisasi yang didirikan Elijah Muhammad, namanya diganti menjadi Louis Farrakhan. Sepeninggal Elijah Muhammad, ia mendirikan Nation of Islam "baru".

"Saya yakin bahwa saya telah dipilih secara ketuhanan. Saya tidak melihat dengan cara bagaimana saya dapat berhasil jika bukan karena pilihan Tuhan dan dukungan-Nya, khususnya dalam usaha untuk membangun Islam di Amerika," ujar Louis Farrakhan, sebagaimana dinukil Steven Barbosa dalam buku berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X".

Menurutnya, siapa pun di antara mereka yang hari ini berdiri sebagai wakil dari Islam, sebagai wakil dari kebenaran, dan sebagai wakil Allah jika tidak ditunjuk oleh tuhan untuk melaksanakan tugas itu, tidak akan dapat meraih keberhasilan. "Saya yakin bahwa saya dipilih dan didukung oleh Allah untuk berhasil dalam mengangkat derajat masyarakat kulit hitam," ujarnya.



Berikut adalah petikan selengkapnya wawancara Steven Barbosa dalam buku yang telah diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995).

Saya tidak akan menggambarkan gerakan kami sebagai gerakan nasional, walaupun kami sangat menginginkan mempunyai kebangsaan yang bebas bagi orang-orang kami. Memiliki suatu bangsa yang bebas dan berdiri sendiri bukanlah ide baru, tetapi itu merupakan sebuah ide yang diterima dan berkembang sangat pesat di Amerika, baik di kalangan kulit putih maupun kulit hitam.

Kami yang benar-benar memikirkan rakyat kami harus mencarikan pemecahan bagi persoalan-persoalan kami; dan pemecahan tersebut bukan hanya untuk masyarakat kulit hitam kelas menengah, tetapi harus merupakan pemecahan yang pada akhirnya mempersiapkan masa depan setidaknya bagi rakyat kami.

Kami tidak melihat integrasi tidak bisa memberikan itu. Kami melihat hal itu dalam bentuk sebuah bangsa yang merdeka dengan dukungan pemerintah Amerika Serikat.

Kepemimpinan macam apakah yang akan Anda pilih jika Anda mendapatkan kebebasan tersebut?

Saya tidak melihat adanya model kepemimpinan lain kecuali dari para Utusan tuhan. Ketika Israel, menurut Kitab Suci, masih dijajah Mesir, Tuhan menginginkan para putra Israel untuk tujuan-Nya, untuk kebesaran-Nya.

Lalu Dia mengutus Musa untuk memisahkan anak-anak Israel dari anak-anak Mesir dan memimpin mereka keluar dari Mesir menuju daerah mereka sendiri, di mana mereka mendirikan sebuah teokrasi yang berdasarkan pada aturan dan hukum Tuhan.

Contoh terakhir dari kepemimpinan semacam itu adalah Nabi Muhammad SAW, yang mendapati orang-orang Arab terbagi atas beberapa suku tanpa satu kebangsaan, tanpa fokus nasional, tanpa lembaga pendidikan.



Nabi Muhammad, dengan Al-Quran, menggalang persatuan di antara orang-orang tersebut dan membentuk mereka menjadi sebuah bangsa-bukan bangsa seperti bangsa Amerika, Perancis atau Inggris, tetapi sebuah bangsa yang meluas keluar batas daerah Arabia. Dan bangsa itu mencakup semua manusia dari berbagai warna kulit dan keturunan ras yang memeluk agama Islam. Mereka menjadi anggota 'Bangsa yang beragama Islam,' Nation of Islam.

Apakah Yang Mulia Elijah Muhammad seorang nabi, dan siapakah nabi yang terakhir?

Yang Mulia Elijah Muhammad tidak pernah mengatakan bahwa dia adalah seorang nabi. Para nabi diutus oleh Tuhan. Nabi Muhammad adalah penutup dari semua nabi. Beliau membawa kitab atau wahyu terakhir, yaitu Al-Quran. Kami tidak percaya ada nabi yang lain setelah Nabi Muhammad. Kami melihat bahwa Al-Quran mengajarkan pada kami bahwa setiap bangsa mendapat seorang utusan. Setiap bangsa menerima peringatan.

Sejak masa Nabi Muhammad, kami mendapati satu kenyataan baru di Amerika. Amerika adalah sebuah negara yang dihuni oleh penduduk asli Amerika. Kami tidak mempunyai catatan utusan Allah datang kepada penduduk asli Amerika.

Orang Kaukasia dari Eropa datang kemari. Mereka mempunyai nabi-nabi tetapi wahyu nabi-nabi tersebut telah lama diubah. Jadi apa yang Anda dapati di Amerika adalah orang-orang Kaukasia yang mendirikan sebuah bangsa dan pemerintahan yang berdasarkan pada Kitab Taurat Nabi Musa dan Kitab Injil Nabi Isa yang telah diubah.

Jadi Amerika adalah sebuah bangsa baru yang tidak memiliki hubungan yang nyata dengan ajaran Musa yang sebenarnya, dengan ajaran Isa yang sebenarnya, bahkan tidak pula dengan ajaran Muammad yang sebenarnya.

Maka sekarang, siapakah yang akan membawa ajaran-ajaran yang benar itu ke negara Barat dan memantapkannya di kalangan penduduk asli Amerika, di antara orang-orang Chicanos, di antara orang kulit hitam, dan di antara orang kulit putih?



Orang itu tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa dukungan dari Tuhan, dan kami yakin bahwa Tuhan selalu mengangkat seorang utusan-Nya di masa lalu dari kalangan orang yang tertindas --kami meyakini bahwa Tuhan telah mengangkat Elijah Muhammad dari kalangan kami, bukan sebagai nabi, tetapi untuk membawa ajaran Islam kepada kami menurut kondisi kami.

Apakah arti nama Farrakhan dan bagaimana Anda mendapatkan nama itu?

Nama Farrakhan diberikan kepada saya oleh Yang Mulia Elijah Muhammad. Ketika saya bertanya kepadanya apa arti nama tersebut, dia berkata nama itu mengandung banyak sekali arti yang bagus. Itu merupakan salah satu nama mutakhir Tuhan.

Dia berkata, "Saya mempunyai catatan artinya. Suatu hari nanti saya akan memberikannya kepadamu." Saya tidak pernah mengerti artinya. Jadi saya dapat mengatakan kepada Anda dengan jujur bahwa saya benar-benar tidak mengetahuinya.

Menurut Anda mengapa kaum kulit hitam di seluruh penjuru negara tertarik pada Anda? Apakah karena alasan agama?

Orang tertarik pada seseorang atau pada suatu kepribadian karena berbagai alasan yang berbeda. Marilah kita menoleh kembali ke belakang, ke orang-orang yang pertama mengikuti Nabi.

Setiap orang mempunyai motif yang berlainan untuk bergabung dengan Nabi. Setelah bergabung bersama Rasulullah, secara bertahap motivasi mereka berubah.



Rasul membawa mereka menuju cara hidup Islam sepenuhnya. Ribuan orang dari seluruh bangsa ini bersaksi kepada satu Tuhan, kepada Nabi Muhammad SAW, kepada Kitab Suci Al-Quran. Tetapi sekarang, kita harus memberikan Al-Quran ke tangan mereka. Kita harus memberitahu mereka bagaimana menjadi seorang Muslim.

Seiring dengan waktu, kita akan melihat jutaan Muslim Amerika berkembang seperti kaum Muslim di Arabia. Nabi memerlukan waktu dua puluh tiga tahun untuk membawa pengikutnya dari tempat asal mereka ke tempat beliau meninggalkan mereka.

Dan keadaan di zaman jahiliyyah menurut pendapat saya tidaklah terlalu mengerikan jika dibanding keadaan kita sekarang. Maka memang diperlukan banyak waktu untuk membuat kita menjadi orang yang berkualitas seperti yang dibutuhkan dunia. Tetapi kami sudah berada di jalan kami. Kami sedang dalam proses.

Allah akan melakukan bagi kami apa yang Dia lakukan bagi orang Arab, seperti yang Dia lakukan bagi orang Yahudi, seperti yang Dia lakukan bagi semua orang dan bangsa yang menerima seorang utusan. Dia akan memberikan arti bagi kehidupan kami.

Seorang laki-laki Muslim di New York mengatakan kepada saya bahwa tempat orang laki-laki itu di masjid dan tempat kaum wanita di gereja. Apakah menurut Anda hal itu benar?



Ajaran Islam belum disampaikan dengan semestinya. Salah satu ciri-ciri Nabi adalah bahwa Nabi selalu berhasil mengajak para wanita dan pemuda. Mari kita tengok kembali sejarah Nabi. Beliau tidak hanya dikelilingi oleh orang laki-laki. Beliau mempunyai pengikut laki-laki dan pengikut wanita yang setia.

Jadi kita menyalahi sunnah Nabi kalau mengatakan bahwa masjid-masjid hanya boleh didatangi kaum lelaki dan para wanita tidak diharapkan berada di dalamnya. Ini bukan aturan pemisahan jenis kelamin, tetapi merupakan sikap sebagian lelaki Muslim. Ini sikap yang tidak baik.

Mereka kadang-kadang memusuhi kaum wanita yang datang ke masjid. Dan menurut saya sikap seperti itu merupakan sikap kuno dan tidak layak... kaum wanita tidak mengambil tempat yang sama dengan pria di dalam masjid, tetapi mereka mempunyai tempat yang sama di Masjid al-Haram di Makkah.

Kadang-kadang selama menjalankan ibadah haji atau umrah, Anda akan melihat seorang wanita bersujud tepat di samping seorang laki-laki dan tak ada seorang pun yang berkata kepadanya, "Bangun, keluar dari sini." Nah, jika kita tidak melakukan hal itu di Masjidil Haram, mengapa kita harus melakukannya di masjid lain?

Di masjid Anda sendiri, Anda menempatkan laki-laki di satu sisi dan wanita di sisi yang lain.

Tentu saja. Kami tidak mengatakan bahwa laki-laki dan wanita tidak boleh dipisahkan. Tetapi kami mengatakan bahwa kedua jenis kelamin yang berbeda tersebut harus mendapatkan tempat yang sama untuk beribadah kepada Tuhan. Dan dalam dunia Islam kami, Anda dapat menjumpai banyak keturunan dari orang-orang yang telah memeluk agama Islam sejak berabad-abad yang lalu kini meninggalkan Islam.

Mengapa? Itu disebabkan oleh adanya ketidakpuasan dari kaum wanita mengenai bagaimana mereka dipandang, bagaimana mereka diperlakukan. Itu menyebabkan tumbuhnya pemberontakan kaum wanita. Bukan berarti mereka ingin disejajarkan dengan kaum pria.

Mereka tidak berkeberatan dengan adanya perbedaan status, tetapi mereka tidak dapat menerima keadaan bahwa mereka dibedakan, dalam arti tidak dihargai. Ketika saya berada di Mekkah untuk menjalankan ibadah haji, kami tinggal di Mina, dan ketika tiba waktu makan siang, kaum lelaki makan siang di ruangan ber-AC. yang nyaman sedangkan para wanita makan di ruang atap yang kotor.



Mereka begitu marah atas keadaan tersebut. Mereka berontak dan mengeluh atas cara mereka diperlakukan. Jadi jika Anda menempatkan kaum lelaki di sebuah ruangan ber-AC. Mengapa Anda menempatkan kaum wanitanya di atas atap di siang hari yang panas?

Kita sebagai orang Muslim harus benar-benar mengkaji kembali kelakuan kita dan membandingkannya dengan tindakan Rasulullah untuk mengetahui mengapa para wanita di zaman Nabi sangat mencintai, menghormati dan mengikuti jejak langkah beliau.

Apakah Anda mengalami satu saat istimewa dalam perpindahan Anda ke agama Islam?

Tidak. Sejauh yang dapat saya ingat, saya selalu dihantui kerinduan untuk melihat kaum kulit hitam bebas. Saya dibesarkan di gereja. Saya menyanyi dalam paduan suara gereja. Saya membawa salib. Saya mencintai gereja. Tetapi gereja tidak membicarakan masalah pembebasan kaum kulit hitam dan saya selalu mencari.

Ketika saya berusia sebelas tahun, saya mengunjungi paman saya di New York. Ada seorang kulit hitam tergantung di dinding rumahnya. Aneh sekali, sebab orang-orang Karibia yang berasal dari Hindia Barat Inggris biasanya meletakkan foto Raja George atau bangsawan lainnya di atas rak perapian. Tetapi paman saya memasang foto seorang kulit hitam di dindingnya.

Saya bertanya siapakah orang itu, dan dia menjawab bahwa orang itu datang untuk mempersatukan kaum kulit hitam. Nah, saya tahu bahwa pasti orang itulah yang selama ini saya cari. Saya sangat pendek.

Saya meminta pada paman saya agar diperbolehkan berdiri di atas kursi untuk memandang dan menyelami wajah orang tersebut. Saya bertanya, "Di mana orang itu tinggal? Saya ingin mengunjunginya."

Paman saya berkata, "Dia telah meninggal". Saat itu juga air mata mengalir di pipi saya karena saya telah merasa begitu dekat dengan orang yang datang untuk mempersatukan kaum kulit hitam itu, tetapi dia telah tiada. Dia adalah Marcus Garvey.

Pencarian saya terus berlanjut sampai saya kuliah di daerah Selatan. Saya melihat dan merasakan permusuhan di kalangan kaum kulit hitam dan saya mengetahui ada yang tidak beres dengan ajaran Kristen, cara ajaran tersebut dipraktikkan, sebab saya tidak boleh pergi ke gereja orang kulit putih, kecuali jika duduk di balkon.

Saya tahu itu bukan ajaran Jesus. Saya juga melihat pelecehan terhadap gadis-gadis kecil kami oleh orang yang disebut pastur. Lalu saya memutuskan saya harus mencari yang lebih baik. Ketika saya menemukan Elijah Muhammad, jiwa saya, hati dan pikiran saya menjadi terbuka. Tetapi saya belum yakin sepenuhnya. Dan ketika saya mendengar Malcolm X berpidato, saya menjadi yakin sepenuhnya bahwa Elijah Muhammad adalah orang yang saya cari sepanjang hidup saya.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2180 seconds (0.1#10.140)