Kisah Mualaf Alexander Russell: Dari Kristen Orthodox Sekte Presbitarian Menjadi Muslim
loading...
A
A
A
Alexander Russell Webb nama lahirnya. Setelah menjadi mualaf nama itu ditambah menjadi Mohammed Alexander Russell Webb. Ia lahir di Hudson, Columbia, New York pada 9 November 1846 dan wafat pada 1 Oktober 1916.
Russell Webb dikenal sebagai seorang penulis, penerbit. Ia sempat menjadi Konsul Amerika Serikat untuk Filipina. Selama menjalankan tugas itulah ia mempelajari Islam dan menggabungkan dirinya dalam lingkungan kaum muslimin.
Dia masuk Islam pada tahun 1889, dan dianggap oleh para sejarawan sebagai mualaf Muslim Anglo-Amerika terkemuka yang paling awal. Pada tahun 1893, dia adalah satu-satunya orang yang mewakili Islam di Parlemen pertama Agama-Agama Dunia.
Setelah menjadi muslim, ia mengadakan perjalanan keliling dunia Islam, dan sampai akhir hayatnya beliau mencurahkan waktu untuk melaksanakan misi Islam, dan duduk sebagai pimpinan Islamic Propaganda Mission di Amerika Serikat.
Berikut penuturan Mohammed Alexander Russell Webb tentang perjalanan rohaninya menjadi muslim sebagaimana dinukil buku berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah yang ditermahkan Bachtiar Affandie (PT Alma'arif, 1981).
Saya telah diminta untuk menerangkan kepada anda, mengapa saya, seorang Amerika yang dilahirkan dalam sebuah negara yang secara resmi beragama Kristen, dibesarkan dalam lingkungan yang yang mewariskan atau lebih baik dikatakan menjalankan agama Kristen Orthodox sekte Presbitarian, telah memilih dan memeluk Islam sebagai pembimbing saya?
Dengan kontan saya jawab dengan penuh kesadaran dan kesungguhan, bahwa saya telah menjadikan agama ini sebagai jalan hidup saya, sebab setelah saya pelajari dalam tempo yang cukup lama, ternyata bahwa Islam adalah agama yang terbaik dan satu-satunya agama yang dapat mencukupi kebutuhan rohani ummat manusia.
Dan saya ingin menyatakan di sini, bahwa saya tidak lahir seperti anak-anak yang lain, yang memiliki semangat keagamaan. Pada waktu saya mencapai usia 20 tahun dan praktis telah dapat menguasai diri sendiri, dada saya serasa sempit melihat kebekuan Gereja yang sangat menyedihkan, sehingga saya bertekad untuk meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Untunglah bahwa waktu itu saya mempunyai cara berpikir yang mendalam. Saya selalu berusaha untuk menemukan sebab dari segala sesuatu. Ternyata bahwa tidak ada seorangpun dari kalangan para ahli pengetahuan dan ahli-ahli agama yang bisa memberikan kepada saya keterangan yang bisa dimengerti (rasional) tentang kepercayaan Gereja itu.
Kedua golongan itu hanya mengatakan kepada saya bahwa persoalan ini termasuk misterius (pelik dan samar), atau dikatakan bahwa soal itu di luar kemampuan saya berpikir.
Sebelas tahun yang lalu, saya tertarik untuk mempelajari agama-agama Timur. Saya telah membaca buku-buku yang ditulis oleh Mill, Kant, Locke, Hegel, Fichte, Huxley dan lain-lain. Penulis ternama ini menerangkan dengan penampilan ilmu pengetahuan yang besar tentang protoplasma (unsur-unsur atom dalam pembentukan jasad makhluk yang hidup) dan monad (bagian-bagian atom dalam hewan yang hidup).
Akan tetapi tidak ada seorangpun dari mereka yang bisa menerangkan kepada saya, tentang apakah jiwa/roh itu dan bagaimana atau di mana roh itu sesudah mati?
Saya telah banyak berbicara tentang diri saya, dengan maksud untuk menjelaskan bahwa saya masuk Islam bukan hasil pemikiran dan perasaan yang salah, bukan turut-turutan buta, dan bukan dorongan emosi. Akan tetapi adalah hasil penelitian dan pelajaran yang sungguh-sungguh, jujur, tekun dan bebas disertai penyelidikan serta keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengetahui kebenaran.
Inti akidah Islam yang murni, ialah menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan, dan tanda penjelmaannya ialah ibadat sembahyang. Islam mengajak kepada persaudaraan dan kecintaan ummat manusia sedunia, dan berbuat baik kepada sesama manusia.
Islam juga menuntut kejernihan akal, kebaikan amal/perbuatan dan kebenaran dalam kata-kata, bahkan Islam mengajak ke dalam kesucian dan kebersihan badan.
Agama ini, tidak diragukan, adalah agama yang paling mudah dan paling mampu mengangkat derajat kemanusiaan.
Russell Webb dikenal sebagai seorang penulis, penerbit. Ia sempat menjadi Konsul Amerika Serikat untuk Filipina. Selama menjalankan tugas itulah ia mempelajari Islam dan menggabungkan dirinya dalam lingkungan kaum muslimin.
Dia masuk Islam pada tahun 1889, dan dianggap oleh para sejarawan sebagai mualaf Muslim Anglo-Amerika terkemuka yang paling awal. Pada tahun 1893, dia adalah satu-satunya orang yang mewakili Islam di Parlemen pertama Agama-Agama Dunia.
Setelah menjadi muslim, ia mengadakan perjalanan keliling dunia Islam, dan sampai akhir hayatnya beliau mencurahkan waktu untuk melaksanakan misi Islam, dan duduk sebagai pimpinan Islamic Propaganda Mission di Amerika Serikat.
Berikut penuturan Mohammed Alexander Russell Webb tentang perjalanan rohaninya menjadi muslim sebagaimana dinukil buku berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah yang ditermahkan Bachtiar Affandie (PT Alma'arif, 1981).
Saya telah diminta untuk menerangkan kepada anda, mengapa saya, seorang Amerika yang dilahirkan dalam sebuah negara yang secara resmi beragama Kristen, dibesarkan dalam lingkungan yang yang mewariskan atau lebih baik dikatakan menjalankan agama Kristen Orthodox sekte Presbitarian, telah memilih dan memeluk Islam sebagai pembimbing saya?
Dengan kontan saya jawab dengan penuh kesadaran dan kesungguhan, bahwa saya telah menjadikan agama ini sebagai jalan hidup saya, sebab setelah saya pelajari dalam tempo yang cukup lama, ternyata bahwa Islam adalah agama yang terbaik dan satu-satunya agama yang dapat mencukupi kebutuhan rohani ummat manusia.
Dan saya ingin menyatakan di sini, bahwa saya tidak lahir seperti anak-anak yang lain, yang memiliki semangat keagamaan. Pada waktu saya mencapai usia 20 tahun dan praktis telah dapat menguasai diri sendiri, dada saya serasa sempit melihat kebekuan Gereja yang sangat menyedihkan, sehingga saya bertekad untuk meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Untunglah bahwa waktu itu saya mempunyai cara berpikir yang mendalam. Saya selalu berusaha untuk menemukan sebab dari segala sesuatu. Ternyata bahwa tidak ada seorangpun dari kalangan para ahli pengetahuan dan ahli-ahli agama yang bisa memberikan kepada saya keterangan yang bisa dimengerti (rasional) tentang kepercayaan Gereja itu.
Kedua golongan itu hanya mengatakan kepada saya bahwa persoalan ini termasuk misterius (pelik dan samar), atau dikatakan bahwa soal itu di luar kemampuan saya berpikir.
Sebelas tahun yang lalu, saya tertarik untuk mempelajari agama-agama Timur. Saya telah membaca buku-buku yang ditulis oleh Mill, Kant, Locke, Hegel, Fichte, Huxley dan lain-lain. Penulis ternama ini menerangkan dengan penampilan ilmu pengetahuan yang besar tentang protoplasma (unsur-unsur atom dalam pembentukan jasad makhluk yang hidup) dan monad (bagian-bagian atom dalam hewan yang hidup).
Akan tetapi tidak ada seorangpun dari mereka yang bisa menerangkan kepada saya, tentang apakah jiwa/roh itu dan bagaimana atau di mana roh itu sesudah mati?
Saya telah banyak berbicara tentang diri saya, dengan maksud untuk menjelaskan bahwa saya masuk Islam bukan hasil pemikiran dan perasaan yang salah, bukan turut-turutan buta, dan bukan dorongan emosi. Akan tetapi adalah hasil penelitian dan pelajaran yang sungguh-sungguh, jujur, tekun dan bebas disertai penyelidikan serta keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengetahui kebenaran.
Inti akidah Islam yang murni, ialah menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan, dan tanda penjelmaannya ialah ibadat sembahyang. Islam mengajak kepada persaudaraan dan kecintaan ummat manusia sedunia, dan berbuat baik kepada sesama manusia.
Islam juga menuntut kejernihan akal, kebaikan amal/perbuatan dan kebenaran dalam kata-kata, bahkan Islam mengajak ke dalam kesucian dan kebersihan badan.
Agama ini, tidak diragukan, adalah agama yang paling mudah dan paling mampu mengangkat derajat kemanusiaan.
(mhy)