Yanisari, Pasukan Elit Kesultanan Turki Utsmani yang Ditakuti Eropa

Kamis, 12 Januari 2023 - 17:07 WIB
loading...
Yanisari, Pasukan Elit...
Pasukan elit Turki Utsmani bernama Yanisari ini paling ditakuti seluruh pasukan militer yang ada di dunia pada abad ke-15 dan 16. Foto/dok Channel Mehdy History
A A A
Yanisari atau Yeniceri (Janissary) adalah pasukan tempur elit yang dibentuk Kesultanan Turki Utsmani (Turki Ottoman). Unit infanteri elit ini merupakan tentara modern pertama di Eropa.

Kesultanan Turki Utsmani merupakan salah satu dinasti paling disegani di dunia. Kerajaan Islam ini pernah menguasai hampir sekitar sepertiga dunia.

Pasukan elit Turki Utsmani ini berdiri pada akhir abad ke-14 hingga tahun 1826. Mereka adalah pasukan paling ditakuti dan paling dihormati dari seluruh pasukan militer yang ada di dunia terutama pada abad ke-15 dan 16.

Nama ini diberikan oleh seorang ulama pada masa kesultanan Orkhan bernama Haji Baktasy. Pasukan ini terkenal tangguh dalam menumpas musuh. Mereka direkrut dari pasukan para Mujahid dan komandan perang Romawi yang masuk Islam.

Selain ditugaskan di medan perang, pasukan elit ini juga bertugas menjaga keamanan seorang Sultan. Mereka juga ditugaskan ketika masa damai untuk menjaga kota-kota perbatasan dan mengawasi ibu kota, Istanbul. Mereka adalah militer modern pertama yang ada di wilayah Eropa.
Yanisari, Pasukan Elit Kesultanan Turki Utsmani yang Ditakuti Eropa

Korps Yanissari awalnya dikelola oleh melalui sistem upeti dimana pemuda Kristen diambil dari Provinsi Balkan yang masuk Islam dan direkrut menjadi dinas Ottoman. Setelah melalui rekrutmen itu, kemudian mereka diberi pelatihan terbaik, sehingga mereka menjadi pasukan elit. Selain itu mereka juga dipersenjatai dengan mesin tempur terbaik pertama di dunia.

Menjadi bagian dari pasukan elit ini tidaklah mudah. Karena ada aturan khusus yang harus dipatuhi oleh mereka. Sebagai contoh aturan larangan menikah, sehingga secara tidak langsung mereka terasingkan oleh masyarakat sipil pada umumnya.

Namun aturan itu mulai dilonggarkan yakni tepat pada awal abad ke-18. Rekrutmen asli mulai ditinggalkan dan mulai membuka jalur khusus untuk barisan umat Muslim di Turki. Barisan muslim sangat dikenal dengan barisan khusus pemanah.

Penambahan umat Muslim ke dalam barisan tentara elit tentu menambah jumlah pasukan khusus kekaisaran Turki Utsmani. Pada tahun 1574 atau tepatnya sebelum umat muslim bergabung, jumlah tentara elit sebanyak 20.000 personel.

Pada Tahun 1826 atau sejak bergabungnya tentara muslim, jumlah keseluruhan menjadi 135.000 personel. Dengan adanya jumlah tersebut, maka kekuatan militer Turki Utsmani sangat kuat dibandingkan dengan tentara lain yang ada di dunia pada waktu itu.

Namun hal tersebut justru berbanding terbalik dengan kekayaan dari kaisar Turki utsmani. Mereka menuntut gajinya bertambah dan meminta perbaikan pada sebagian alat persenjataannya. Dengan adanya usulan itu, pemerintahan Turki Utsmani tidak mampu menurutinya.
Yanisari, Pasukan Elit Kesultanan Turki Utsmani yang Ditakuti Eropa

Sehingga mereka menempuh jalan lain dengan menjalin perdagangan bersama masyarakat sipil. Tindakan militer yang berhubungan dengan masyarakat sipil ini menyebabkan mereka tidak lagi setia sepenuhnya kepada pemerintahan.

Mereka bertindak lebih arogan dengan membentuk organisasi yang bersifat konservatif dan menolak kebijakan sultan. Dengan sedikit kekuatan yang dimilikinya, pada Tahun 1826 Yanisari melakukan pemberontakan besar-besaran.

Aksi pemberontakan itu bertepatan dengan era pemerintahan Sultan Mahmud II, sehingga mereka dibubarkan sebagai korps pasukan elit. Korps ini dihapuskan oleh Sultan Mahmud II setelah 135.000 Yanisari memberontak kepada sultan. Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan, sekitar 6.000 Yanisari lebih dieksekusi.

Demikian sekilas eksistensi pasukan elit Turki Utsmani, Yanisari hingga akhirnya dihapuskan oleh Sultan Mahmud II.

(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1783 seconds (0.1#10.140)