Orientalis Ini Kupas Tuduhan Islam tentang Yahudi dan Kristen Mengorupsi Kitab Suci

Kamis, 12 Januari 2023 - 20:07 WIB
loading...
Orientalis Ini Kupas...
William Montgomery Watt. Foto/Ilustrasi: AP/masjidma
A A A
Orientalis yang pakar studi-studi keislaman dari Britania Raya, William Montgomery Watt (1909-2006), mengatakan salah satu prestasi paling penting para ulama Islam masa awal adalah pengembangan ajaran pada titik pandang yang luas, dalam mana masa lampau Yahudi dan Kristen telah mengorupsi atau mengubah kitab suci mereka.

Dalam buku yang diterjemahkan Zaimudin berjudul "Titik Temu Islam dan Kristen, Persepsi dan Salah Persepsi" (Gaya Media Pratama, 1996), William Montgomery Watt mengatakan pengubahan ini dilakukan tidak lama setelah kitab Taurat dan Injil yang sebenamya asli diterima oleh Nabi Musa dan Nabi Isa secara berturut-turut. Hal ini memudahkan bagi umat Islam untuk menepis berbagai argumen dari umat Kristen yang didasarkan atas kitab Bibel.

Sekadar mengingatkan William Montgomery Watt adalah seorang penulis barat tentang Islam. Ia pernah mendapatkan gelar "Emiritus Professor," gelar penghormatan tertinggi bagi seorang ilmuwan. Gelar ini diberikan kepadanya oleh Universitas Edinburgh. Penghormatan ini diberikan kepada Watt atas keahliannya di bidang bahasa Arab dan Kajian Islam (Islamic Studies).



Menurutnya, klaim bahwa ajaran Kristen ini telah dikorupsi atau "berubah" --tahrif-- diketemukan di dalam Al-Qur'an. Ada empat ayat Al-Qur'an yang memakai kata yuharrifuna yang merupakan bentuk kata kerja dari kata tahrif sebagai masdarnya.

Pengujian keempat ayat ini menunjukkan bahwa keempat ayat itu tidak mengandung pengertian sebagai perubahan ajaran yang universal. Dalam terjemahan "mengubah" atau "mengganti" digunakan untuk mengalih-bahasakan kata yuharrifuna itu.

"Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubah-nya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui" ( QS 2 : 75).

"Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah (arti kata untuk menambah dan mengurangi) perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: 'Kami mendengar tetapi kami tidak mau menurutinya." Dan (mereka mengatakan pula): 'Dengarlah', sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa.' Dan (mereka mengatakan): 'Ra'ina' (sudilah kamu memperhatikan kami) dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: 'Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah dan perhatikanlah kami', tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis" ( QS 4 : 46).

"Tetapi karena mereka melanggar janjinya, kami kutuki mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dan tempat-tempatnya, dan mereka sengaja melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan mereka kecuali sedikit yang tidak berkhianat, maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik" ( QS 5 : 13).



"Wahai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekufurannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: 'Kami telah beriman', padahal hati mereka belum beriman; dan juga di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi) itu amat suka mendengarkan berita bohong dan amat suka mendengarkan perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka mengubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: 'Jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh mereka) kepadamu, maka terimalah dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah'". ( QS 5 : 41).

William Montgomery Watt berpendapat frase yang samar-samar "mengubah kata-kata dari tempat-tempatnya" dengan sengaja digunakan, sebab kata Arab mawadhi dapat berarti "tempat" atau "tujuan."

Akhir dari ayat-ayat di atas kemungkinan memberi preferensi yang agaknya menganggap rendah "tempat-tempat" sebagai suatu perubahan, karena secara literer "mengubah kata-kata dari tempat-tempatnya", dan ini dapat berarti "ke tempat-tempatnya (tujuan-tujuannya) pada keadaan-keadaannya."

Akhir dari ayat-ayat di atas juga nyaris bermakna misterius dan tidak meyakini ketentuan "kesimpulan-kesimpulannya" yang diberikan pada komentar-komentar tersebut, namun arti ini tidak relevan digunakan di sini.

"Penting untuk dicatat bahwa perubahan ini adalah hal yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi Madinah yang sezaman dengan Nabi Muhammad dan kesan ini diberikan hingga apa yang mereka ubah itu hanyalah ayat-ayat (surat-surat) tertentu dan bukan Taurat yang sesungguhnya," ujar William Montgomery Watt.

"Manuskrip-manuskrip Bibel masih tetap ada sebelum Muhammad, namun secara absolut tidak dikatakan di dalam Al-Qur'an hingga di satu waktu seluruh kitab Bibel itu telah diubah di masa lampau sebelumnya. Maka tidak ada kolusi yang dilakukan antara orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi yang terpenting dalam rangka mengubah kitab Perjanjian Lama," tambahnya.



Selanjutnya, berikut selengkapnya tulisan William Montgomery Watt tersebut:

Perlu juga dicatat bahwa contoh-contoh yang diberikan pada Al-Qur'an 4: 46, bukan kutipan dari Bibel melainkan trik-trik verbal yang dimainkan oleh orang-orang Yahudi Madinah atas kaum muslimin.

Contoh pertama di atas itu adalah memperbaiki umat Islam dengan mempergunakan kesamaan pendengaran antara orang Yahudi "kami mendengar dan menuruti" (sami'u wa 'ashinu) dan bahasa Arab menyebutkan sami'na wa ashayna.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2048 seconds (0.1#10.140)