Bentuk-Bentuk Kegiatan Sufi Menurut Idries Shah

Sabtu, 14 Januari 2023 - 21:47 WIB
loading...
A A A
"Tetapi kita bahkan tidak memulai untuk menghitung atau menyebut satu demi satu di ladang-ladang yang mana kaum Sufi dan entitas-entitas yang terkenal, telah ditemukan oleh mereka (mereka ini belakangan menjadi suatu minoritas dari jumlah yang sebenarnya, karena Sufisme adalah tindakan, bukan institusi), telah mengamalkan bentuk-bentuk tindakan sosial, filosofis, dan lain-lain, seribu tahun lalu," katanya.

Karakter-karakter yang tampaknya bermacam-macam sebagaimana keterusterangan ar-Rumi, kesucian Chisyti, si 'mabuk Tuhan' al-Hallaj, ahli kenegaraan dari para Mujaddid, telah bekerja untuk abad-abad selanjutnya reunifikasi yang aktual dari komunitas-komunitas yang tampaknya terbagi secara tetap.

Menurutnya, karena usaha-usaha mereka ini, dan dinilai dengan standar-standar yang tidak cukup, dan sering tidak akurat dari para komentator mereka, orang-orang ini telah dituduh menjadi orang-orang Kristen (secara) rahasia, Yahudi, Hindu, Kafir, dan penyembah matahari.

Ketika para pendukung Bektasli menggunakan nomer (angka) duabelas, dan diberi --seperti al-Arabi dan ar-Rumi-- mitos-mitos orang Kristen, suatu tempat yang tinggi dalam ajaran-ajaran mereka.



Hal itu telah (dan tetap) dianggap bahwa mereka memupuk modal atau memberi modal pada daerah yang terdapat banyak orang Kristen tanpa suatu kepemimpinan efektif.

Validitas tindakan ini menunggu pembuktian dari jawaban Sufi bahwa orang-orang Kristen, seperti juga lainnya, rumusan-rumusan mengandung suatu ukuran berharga mengenai pemikiran (yang dalam) 'dalam keadaan yang cocok atau pantas' dapat diterapkan kepada manusia.

Para pengikut Haji Bektash (wafat 1337) telah dan tetap dalam beberapa tempat, dianggap sebagai amoral, karena praktek mereka mengijinkan kaum perempuan pada pertemuan-pertemuan mereka.

Tidak ada seorang pun yang dapat, atau akan mengerti mereka ketika mereka mengatakan bahwa hal itu (adalah) penting atau tak dapat dihindarkan, untuk mengenakan kembali 'pakaian' keseimbangan sosial, dari suatu masyarakat yang didasarkan atas supremasi kaum laki-laki.

'Pengembalian kedudukan sosial kaum perempuan' dengan mudah disuarakan, hingga belum lama berselang hal itu menjadi suatu tujuan yang 'dapat diterima' seperti sebuah jubah atau selubung untuk pesta yang memabukkan.

Tidak ada seorang pun yang mempunyai kedudukan sosial, bahkan di abad ke-19 dan awal abad ke-20, menyusahkan diri sendiri untuk melihat pada tuntutan, yang dibuat oleh laki-laki seperti Sufi Turki yang terpelajar dan Zia Gokalp yang ternama, bahwa para penulis Sufi pada abad-abad yang lalu, memiliki garis besar dan menggunakan teori-teori yang belakangan diidentifikasi dengan nama-nama dari Berkeley, Kant, Foullee, Gruyeau, Nietzsche, dan William James.

"Hal ini membawa kita kepada proyeksi Sufi lain yang penting, sesuatu yang menyebabkan teka-teki --dan bahkan kegusaran-- pada beberapa macam orang tertentu, tetapi sekalipun demikian harus dihadapi," ujar Idries Shah.



Hal itu adalah tuntutan bahwa apabila kegiatan Sufistik menjadi terpusat pada satu pokok, atau satu komunitas dalam suatu bentuk yang sangat aktif dan 'sebenarnya' (bukan tiruan), juga dikerjakan hanya untuk waktu terbatas dan tujuan-tujuan berbeda.

Inilah tipe orang yang mengatakan, 'Saya ingin hal itu di sini dan sekarang atau tidak sama sekali,' yang tidak menyukai pernyataan ini.

Mengajukan cara lain, gagasan bahwa tidak pernah ada masyarakat yang sempurna, juga tidak kebutuhan-kebutuhannya secara pasti, sama seperti masyarakat-masyarakat lain.

"Tidak ada seorang Sufi yang bermaksud menegakkan sebuah institusi yang berlangsung secara terus menerus. Bentuk luar di mana dia menanamkan gagasan-gagasannya adalah suatu kendaraan singkat atau wahana yang didiami sementara, dirancang untuk operasi lokal. Bahwa hal itu berlangsung lama, ia berkata, adalah dalam wilayah lain," demikian Idries Shah.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1692 seconds (0.1#10.140)