QS. Al-A’raf Ayat 180
"Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barangsiapa menghafalnya masuklah dia ke surga." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Jumlah sembilan puluh sembilan itu tidaklah berarti batas jumlah, sesungguhnya nama Allah itu tidaklah terbatas. Dalam Al-Quran nama Allah lebih dari jumlah angka tersebut. Nama-nama itu merupakan sifat dari zat Allah Yang Maha Esa, bukan zat Tuhan yang dikira orang musyrikin.
Mengenai Asmaul Husna yang sembilan puluh sembilan itu diriwayatkan oleh at-Tirmizi dan al-Hakim dari jalan (sanad) al-Walid bin Muslim sebagai berikut:
Dialah Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia. (1) Yang Maha Pengasih, (2) Yang Maha Penyayang, (3) Maharaja, (4) Yang Mahasuci, (5) Maha Sejahtera, (6) Yang Maha Menenteramkan, (7) Yang Maha Memelihara, (8) Yang Mahaperkasa, (9) Yang Mahakuasa, (10) Yang Maha Memiliki Kebesaran, (11) Yang Maha Menciptakan, (12) Yang Mengadakan, (13) Yang Membentuk Rupa, (14) Yang Maha Pengampun, (15) Yang Maha Mengalahkan, (16) Yang Maha Pemberi, (17) Yang Maha Memberi Rezeki, (18) Yang Maha Memberi Keputusan, (19) Yang Maha Mengetahui, (20) Yang Maha Membatasi Rezeki, (21) Yang Maha Melapangkan Rezeki, (22) Yang Maha Merendahkan, (23) Yang Maha Meninggikan, (24) Yang Maha Menjadikan Mulia, (25) Yang Menjadikan Hina, (26) Yang Maha Mendengar, (27) Yang Maha Melihat, (28) Yang Jadi Hakim, (29) Yang Mahaadil, (30) Yang Mahahalus, (31) Yang Mahateliti, (32) Yang Mahasantun, (33) Yang Mahaagung, (34) Yang Maha Mengampuni, (35) Yang Maha Mensyukuri, (36) Yang Mahatinggi, (37) Yang Mahabesar, (38) Yang Maha Memelihara, (39) Yang Maha Penentu Waktu, (40) Yang Maha Membuat Perhitungan, (41) Yang Penuh Kebesaran, (42) Yang Maha Pemurah, (43) Yang Jadi Pengawas, (44) Yang Maha Mengabulkan, (45) Yang Mahaluas, (46) Yang Maha Bijaksana, (47) Yang Maha Mencintai,(48)Yang Mahamulia, (49) Yang Maha Membangkitkan, (50) Yang Maha Menjadi Saksi, (51) Yang Penuh Kebenaran, (52) Yang Maha Menjadi Tempat Bertawakkal, (53) Yang Mahakuat, (54) Yang Mahakokoh, (55) Yang Maha Melindungi, (56) Yang Maha Terpuji, (57) Yang Maha Menghitung, (58) Yang Maha Menciptakan, (59) Yang Maha Mengembalikan, (60) Yang Menghidupkan, (61) Yang Mematikan, (62) Yang Maha Hidup, (63) Yang Berdiri Sendiri, (64) Yang Maha Menemukan, (65) Yang Mahamulia, (66) Yang Mahamandiri, (67) Yang Maha Esa, (68) Yang Maha Tumpuan, (69) Yang Maha Kuasa, (70) Yang Maha Menentukan, (71) Yang Maha Mendahulukan, (72) Yang Maha Mengakhirkan, (73) Yang Mahaawal, (74) Yang Mahaakhir, (75) Yang Mahanyata, (76) Yang Maha Tersembunyi, (77) Yang Maha Melindungi, (78) Yang Maha Meninggikan, (79) Yang Maha Pelimpah Kebajikan, (80) Yang Maha Penerima Tobat, (81) Yang Maha Pembalas, (82) Yang Maha Pemaaf, (83) Yang Maha Penyantun, (84) Yang Memiliki Kekuasaan, (85) Yang Maha Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, (86) Yang Mahaadil, (87) Yang Menghimpun, (88) Yang Mahakaya, (89) Yang Maha Memberi Kekayaan, (90) Yang Maha Mencegah, (91) Yang Maha Pemberi Mudarat, (92) Yang Maha Pemberi Manfaat, (93) Yang Maha Bercahaya, (94) Yang Maha Pemberi Petunjuk, (95) Yang Maha Pencipta Keindahan, (96) Yang Mahakekal, (97) Yang Maha Mewarisi, (98) Yang Maha Pemberi Bimbingan, (99) Yang Mahasabar. (Riwayat at-Tirmizi dan al-Hakim)
Terjemahan nama-nama Allah sesungguhnya tidak dapat diterjemahkan secara tepat. Terjemahan ini sekedar untuk menjelaskan maknanya sesuai dengan keterbatasan bahasa Indonesia.
Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menyebutkan nama-nama yang paling baik ini dalam berdoa dan berzikir. Karena dengan berdoa dan berzikir itu mereka selalu ingat kepada Allah, dan iman mereka bertambah hidup dan subur dalam jiwa mereka
Dalam pada itu Allah memerintahkan pula kepada orang-orang yang beriman agar mereka meninggalkan perilaku orang-orang yang menyimpangkan pengertian nama-nama Allah dari pengertian yang benar, misalnya dengan memberikan tawil atau memutar-balikkan pengertian sehingga mengaburkan kesempurnaan yang mutlak dari sifat-sifat Allah. Mereka yang berbuat demikian kelak akan ditimpa azab Allah. Penyimpangan atau penyelewengan dari nama-nama Allah Yang Maha Sempurna itu bermacam-macam bentuknya, antara lain:
1. Memberikan nama kepada Allah dengan nama yang tidak terdapat dalam Al-Quran ataupun dalam hadis Rasul yang sahih. Semua ulama sepakat bahwa nama dan sifat Allah itu harus didasarkan atas penjelasan Al-Quran dan hadis Rasul (tauqifi).
2. Menolak nama-nama dan sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah untuk zat-Nya, atau menolak untuk menisbahkan suatu perbuatan kepada Allah karena memandang yang demikian itu tidak patut bagi kesucian-Nya atau mengurangi kesucian-Nya. Mereka yang menolak ini memandang diri mereka seolah-olah lebih mengetahui dari Allah dan Rasul-Nya, mana yang layak dan mana yang tidak layak bagi Allah.
3. Menamakan sesuatu selain Allah dengan nama yang hanya layak bagi Allah.
4. Memutar-balikkan nama dan sifat-sifat Allah dengan penafsiran sendiri sehingga keluar dari pengertian dan maksud yang sebenarnya, seperti paham yang mengatakan bahwa sifat-sifat Allah sama dengan sifat manusia, seperti mendengar, melihat, berkata-kata, punya muka, tangan, kaki, tertawa, marah, senang dan sebagainya. Kendati Allah memiliki sifat mendengar, melihat dan sebagainya, namun mendengarnya Allah tidak sama dengan mendengarnya makhluk, melihatnya Allah tidak sama dengan melihatnya makhluk. Atau paham yang memberikan takwil terhadap sifat-sifat Allah sedemikian rupa sehingga sifat Allah itu tidak memilikik arti sama sekali.
5. Mempersekutukan Allah dengan sembahan selain Allah dalam segi nama yang khusus untuk Allah. Seperti memakai lafal Allah untuk sebuah berhala atau kata Rabbul alamin.
Surat Al A'raaf yang berjumlah 206 ayat termasuk golongan surat Makkiyah, diturunkan sebelum turunnya surat Al An'aam dan termasuk golongan surat Assab 'uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Dinamakan Al A'raaf karena perkataan Al A'raaf terdapat dalam ayat 46 yang mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas Al A'raaf yaitu: tempat yang tertinggi di batas surga dan neraka.
Bacaan selawat asyghil pertama kali dicetuskan oleh Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo. Kata asyghil, dalam bahasa Arab berarti sibuk.
Bacaan doa agar tidak hujan bisa diamalkan jika turunnya hujan justru merugikan diri kita. Doa ini dikenal juga sebagai doa agar dihindarkan dari hujan yang merusak.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.