Bukan Anak Nakal
A
A
A
Ba'da Maghrib usai salat berjamaah di Ma'had Askar Kauny Cijulang, saya melampiaskan amarah. Mendapat laporan dari ummi dan ustadz pengasuh atas kelakuan para santri, maka saya pun berbicara garang di hadapan mereka.
Satu anak dengan kelakuan "di luar kewajaran" menjadi sorotan amarah saya. Tidak dengan pukulan, jeweran atau ancaman. Malam itu saya hanya memberi peringatan kepada santri tersebut bahwa ia akan dipulangkan bila tidak merubah kelakuan.
Semua santri hadir menyimak arahan. Dan ‘si fulan’, tertunduk lesu meresapi wejangan. Usai memberi arahan, maka seperti kebiasaan kami ba'da Maghrib, semua santri mengulang hafalan (murajaah) mereka secara bersama.
Tiba adzan Isya, semua berdiri dan melakukan salat qabliyah. Santri "si fulan" berdiri salat. Dia salat secara khusyuk di sisi saya.
Hingga saat saya sujud, tak lama wajah "si fulan" yang masih berusia 9 tahun pun mendarat di tanah tepat di sisi saya. Dalam nikmat sujud, saya mendengar lisannya berujar… “Subhana Rabbiyal A’la…...yang dibaca olehnya 3x ….”
Namun ia tidak hanya membaca doa tersebut….. Dalam sujudnya, ia menambahkan doa berikut… “Rabbighfir lii wa liwalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani shagiraa…. (ya Rabb, ampuni aku dan kedua orang tuaku. Sayangi kedua orang tuaku seperti mereka menyayangiku di waktu kecil).
Subhanallah….
Terperanjat saya mendengar doa anak santri yang saya anggap nakal tadi. Tak terasa sajadah tempat wajahku bersujud basah dengan air mata yang deras. Aku bersyukur, Allah menahan wajahku untuk tidak lekas bangun dari sujud, hanya untuk secuil episode indah ini!!!
Seolah Alloh SWT memberitahukan kepada saya bahwa santri ini sudah bertaubat dan berjanji untuk menjadi lebih baik lagi. Dan hikmah yang lebih dahsyat dari episode anugerah Allah SWT itu adalah sebuah pesan bagi saya yang tengah membina santri-santri penghafal Alquran.
Pesan yang menyatakan bahwa TIDAK ADA ANAK YANG NAKAL! Semua anak adalah ISTIMEWA, apalagi mereka para PENGHAFAL AL QURAN! Hanya saja perlu kesabaran, kesabaran, dan kesabaran dalam membersamai hidup dengan mereka. Aku cinta kalian semua, wahai anak-anakku!
Dengan peluk penuh cinta, Abi kalian yang suka marah.
Satu anak dengan kelakuan "di luar kewajaran" menjadi sorotan amarah saya. Tidak dengan pukulan, jeweran atau ancaman. Malam itu saya hanya memberi peringatan kepada santri tersebut bahwa ia akan dipulangkan bila tidak merubah kelakuan.
Semua santri hadir menyimak arahan. Dan ‘si fulan’, tertunduk lesu meresapi wejangan. Usai memberi arahan, maka seperti kebiasaan kami ba'da Maghrib, semua santri mengulang hafalan (murajaah) mereka secara bersama.
Tiba adzan Isya, semua berdiri dan melakukan salat qabliyah. Santri "si fulan" berdiri salat. Dia salat secara khusyuk di sisi saya.
Hingga saat saya sujud, tak lama wajah "si fulan" yang masih berusia 9 tahun pun mendarat di tanah tepat di sisi saya. Dalam nikmat sujud, saya mendengar lisannya berujar… “Subhana Rabbiyal A’la…...yang dibaca olehnya 3x ….”
Namun ia tidak hanya membaca doa tersebut….. Dalam sujudnya, ia menambahkan doa berikut… “Rabbighfir lii wa liwalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani shagiraa…. (ya Rabb, ampuni aku dan kedua orang tuaku. Sayangi kedua orang tuaku seperti mereka menyayangiku di waktu kecil).
Subhanallah….
Terperanjat saya mendengar doa anak santri yang saya anggap nakal tadi. Tak terasa sajadah tempat wajahku bersujud basah dengan air mata yang deras. Aku bersyukur, Allah menahan wajahku untuk tidak lekas bangun dari sujud, hanya untuk secuil episode indah ini!!!
Seolah Alloh SWT memberitahukan kepada saya bahwa santri ini sudah bertaubat dan berjanji untuk menjadi lebih baik lagi. Dan hikmah yang lebih dahsyat dari episode anugerah Allah SWT itu adalah sebuah pesan bagi saya yang tengah membina santri-santri penghafal Alquran.
Pesan yang menyatakan bahwa TIDAK ADA ANAK YANG NAKAL! Semua anak adalah ISTIMEWA, apalagi mereka para PENGHAFAL AL QURAN! Hanya saja perlu kesabaran, kesabaran, dan kesabaran dalam membersamai hidup dengan mereka. Aku cinta kalian semua, wahai anak-anakku!
Dengan peluk penuh cinta, Abi kalian yang suka marah.
(lis)