Ciri-ciri Istri yang Baik dan Saleha

Selasa, 21 Januari 2020 - 16:46 WIB
Ciri-ciri Istri yang...
Ciri-ciri Istri yang Baik dan Saleha
A A A
Semua laki-laki muslim tentu mendambakan istri yang baik dan saleha. Istri yang baik dan saleha merupakan karunia besar Allah Ta'ala kepada hamba-Nya.

Pengasuh Yayasan Al Hawthah Al Jindaniyah, Al-Habib Ahmad bin Novel Jindan membeberkan ciri-ciri istri saleha menurut Al-Qur'an dan Hadis . Habib Ahmad yang juga pengajar di Ponpes Al-Fachriyah Tangerang ini menukil sebuah Kitab Pendididkan Anak dalam Islam (Kasyful Anwar Syarwani).

Dalam kitab itu dijelaskan salah satu tanda istri saleha yaitu menyenangkan hati suaminya. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam (SAW) bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قِيْلَ، يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَال : الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلاَ تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ (رواه النسائي)

"Dari Abi Hurairah RA berkata: Ditanyakan kepada Rasulullah, perempuan yang bagaimana yang paling baik? Beliau menjawab: Perempuan yang menyenangkan jika suaminya memandangnya, mematuhi jika suami menyuruhnya dan tidak melakukan sesuatu yang tidak disukai suami pada dirinya dan hartanya." (HR. An-Nasa'i)

Hadis ini menjelaskan tentang beberapa sifat perempuan yang layak dan pantas untuk dijadikan istri dalam membangun sebuah rumah tangga yang harmonis.

Kalimat تسره إذا نظر yaitu seorang istri yang dapat memberikan kenyamanan dan kebahagiaan ketika suami melihatnya yang meliputi senyuman dan keriangan berhias dan mempercantik diri, berpenampilan rapi, memakai wangi-wangian, menyediakan makanan kesukaan suami serta memberikan apa yang diinginkan oleh suami. Seorang istri yang menghadapi suami dengan wajah muram dan berpenampilan yang tidak sedap dipandang sesungguhnya dia telah membuka jalan adanya pertengkaran dan permusuhan.

Selain menyenangkan hati suamin, ketaatan istri terhadap suami juga merupakan kriteria dari perempuan yang baik. Allah Ta'ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلىَ النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوْا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّا لِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka, sebab itu wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." (QS. An-Nisa': 34)

Dan kemimpinan seorang suami terhadap istrinya telah diterangkan oleh Allah dalam ayat di atas :
بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ
Dikarenakan keutamaan yang diberikan kepadanya, baik dari kemampuan berpikir dan memimpin, serta kemampuan dalam melindungi, laki-laki lebih mampu dalam menghadapi perjuangan hidup, kemampuan intelektual. Fisik wanita bisa saja menyamai laki-laki, akan tetapi kekuatannya terbatas dalam segi fitrahnya sebagai seorang yang harus mengandung dan menyusui.

Keutamaan lain bahwa laki-laki sebagai seorang suami diberi tanggung jawab penuh untuk memberi nafkah keluarganya serta mengatur segala hal yang berkaitan dengan urusan rumah tangga, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَبِمَا أَنفَقُوْا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

Di akhir ayat dijelaskan tentang sifat-sifat istri yang saleha sebagai berikut :
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ

Allah memberikan kategori tentang seorang istri yang baik (salehah) di antaranya:
1. Perempuan yang taat kepada Allah Ta'ala.
2. Patuh kepada suami.
3. Perempuan yang mampu menjaga harta suami dan kehormatan dirinya ketika sang suami tidak ada di rumah atau saat di rumah. Hal ini termasuk menjaga diri dari perbuatan zina, agar sang suami tidak menanggung malu atas segala perbuatannya dan agar anak keturunan mereka tidak terkontaminasi dengan keturunan (benih) orang lain.
4. Tidak menolak kemauan suami selama kemauan itu halal dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
5. Istri tidak menonjolkan pendapatnya atau ingin menang sendiri ketika suami mengajak bermusyawarah dalam urusan keluarga. Misalnya ketika putrinya dilamar orang dengan pertimbangan demi kemaslahatan bersama. Lebih-lebih kalau pendapatnya itu akan dapat menyinggung perasaan suami. Sebab semakin banyak perbedaan pendapat akan menyebabkan seringnya terjadi pertengkaran dalam rumah tangga. Dan kalau terus berlanjut tidak menutup kemungkinan akan terjadi perpisahan antara mereka berdua.
6. Seorang istri tidak bersifat congkak dan sombong terhadap suami. Istri yang patuh akan merasa selalu memiliki suaminya, berbeda dengan istri yang selalu menentang kehendak suaminya.

Wallahu A'lam Bisshowab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3342 seconds (0.1#10.140)