Cerita Ustaz Ahmad Sarwat Ketika Beda Mazhab

Jum'at, 31 Januari 2020 - 20:20 WIB
Cerita Ustaz Ahmad Sarwat Ketika Beda Mazhab
Cerita Ustaz Ahmad Sarwat Ketika Beda Mazhab
A A A
Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia (RFI) Ustaz Ahmad Sarwat bercerita tentang perbedaan mazhab yang pernah dialaminya. Ada banyak hikmah yang disampaikannya terkait perbedaan mazhab ini.

Diceritakannya, ketika salat di Istanbul Turki, beliau terkejut ketika mendapati cara membaca Al-Fatihah yang berbeda dengan muslim di Indonesia pada umumnya. "Saya pernah ke Istanbul. Pas Salat Maghrib imam baca Al-Fatihah, saya ucapkan Aamiin, yang lain diam. Ternyata di Turki memakai Mazhab Hanafi bacaan Aamiinnya dipelankan," ungkap Ustaz Sarwat saat mengisi kajian di Masjid An-Nabawi, Cipondoh, Tangerang, baru-baru ini.

Ketika ditanya, baca Al-Qur'an pakai riwayat siapa? Gak tahu, kami ngikutin Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam (SAW). "Semua juga begitu tapi kan ada jalurnya. Kalau kita keluar negeri bisa kacau tuh karena gak tahu," ujarnya.

Orang Indonesia itu Mazhabnya Syafi'i , dan tentu tidak cocok dengan negara yang lain karena yang diajarkan di negeri sendiri adalah Mazhab Syafi'i. Misalnya, dalam Mazhab Hanbali, kotoran hewan gak najis asalkan hewannya halal untuk disembelih. Makanya orang Saudi Arabia itu kalau bajunya kena kotoran hewan gak najis.

"Berani gak salat kayak begitu? Tentu enggak, karena dari kecil kita diajarkan begitu," terangnya. Nah, begitulah Mazhab Syafi'i.

Ini sering terjadi, ketika kaum ibu ditanya mazhabnya apa? Banyak yang diam karena tidak bisa menjawab. Ketika ditanya, jika terkena najis babi maka membersihkannya dicuci 7 kali, benar gak? Jawabannya iya. "Nah itu Mazhab Syafi'i, cuma kita gak tahu atau gak ngaku aja," katanya Ustaz Sarwat.

Itulah pentingnya belajar perbandingan mazhab. "Seperti tadi imam kita mazhabnya Syafi'i karena bacaan bismillah-nya dijaharkan (dikeraskan). Kalau di Saudi Arabia disihrkan. Imam As-Sudais seumur-umur tak pernah baca bismillah dijahrkan. Tapi karena dia paham perbandingan mazhab ketika datang ke Indonesia jadi imam Salat Jumat di Masjid Istiqlal, bacaan bismillahnya dijahrkan. Orang semasjid pada kaget," jelasnya.

Begitulah kalau orang 'alim, ilmunya luas bisa menghormati orang lain. Jangan sedikit-sedikit salah, bid'ah. Yang konyol ilmu tak seberapa, rujukan gak ada, ngajinya lewat Mbah Google, terus lihat perbedaan pendapat cakep nih dia cari yang beda.

"Di masjid yang gak pakai Qunut dia malah Qunut sendirian, atau sebaliknya masjid yang Qunut dia gak Qunut. Kalau tahu perbandingan mazhab mestinya ngikut aja kalau qunut ya qunut, kalau enggak gak qunut ya gak qunut, Tarawih 23 ya 23, jangan pas 8 rakaat milih pulang," katanya.

Ada orang salat, jarinya goyang-goyang. Sampai ada yang bilang ustaz bisa gak bikin fatwa kalau salat tangannya gak goyang-goyang? Saya jadi gak khusyu' salatnya. "Bapak kalau salat urusin jari bapak saja, jangan jarinya orang," kata Ustaz Sarwat.

Itulah kalau tidak terbiasa melihat perbedaan. Contoh lain, kalau mau salat menempelkan kaki gak masalah asalkan gak ganggu. Di situlah perlunya keluasan ilmu sehingga kalau melihat salatnya orang berbeda santai saja. Ada yang sehabis salat zikirnya dikeraskan silakan, mau dalam hati silakan.

"Jangan kemudian masjid ini selama masih ada zikir berjamaah bid'ah, gak boleh salat di sini. Gak usah sampai segitunya. Kalau ditanya berapa hadis yang dihafal belum tentu juga. Jangan dikit-dikit salah, dikit-dikit bid'ah," terangnya.

Fiqih perbandingan mazhab itu memberikan penjelasan kepada kita adanya perbedaan yang banyak. Pilih salah satunya dan berpegang teguh. Jangan mengatakan saya yang benar, yang lain salah, yang lain bid'ah, masuk neraka. Sebab, khilafiyah itu sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW . Kadang-kadang Rasulullah tidak menyalahkan salah satunya, tapi membenarkan dua-duanya.

Wallahu A'lam Bish-Showab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3312 seconds (0.1#10.140)